Mohon tunggu...
Joko Purwadi
Joko Purwadi Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pensiunan, sehat, positif logis, berenergi

Lakukan apa yang bisa kita lakukan, wiraswasta, menikah, satu anak, Islam, Lampung Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Di Ujung Kesepakatan Dengan Allah

4 Oktober 2010   08:03 Diperbarui: 26 Juni 2015   12:44 196
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pemerintahan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Hal ini terjadi biasanya pada saat manusia tengah dilanda kesulitan yang amat sangat atau dilanda bencana. Seperti yang pernah saya alami, saat dalam perjalanan tugas survey ke sebuah pulau terpencil, perahu / speed boat yang kami tumpangi berempat mengalami bocor di tengah laut, padahal jarak dari daratan mencapai ratusan kilometer dan gelombang alun tinggi, setinggi rumah, yang apabila melihat ke depan perahu kecil yang kami tumpangi seperti mau dilalap gelombang alun.

Beruntung, di dekat itu ada gundukan pasir, menyerupai pulau kecil tak berpenghuni, jadi sebelum tenggelam perahu dibelokkan ke arah pulau itu, dan kami bisa selamat. Namun bagaimana kami bisa kembali ke daratan lagi ? Tentu saja menunggu pertolongan. Dan kapan pertolongan itu ada ? Menunggu kalau ada kapal nelayan lewat.

Dari sini saya menyadari bahwa betapa kecilnya arti kehidupan dan keberadaan manusia di tengah lautan luas dengan gelombang tinggi.

Berdampingan Antara keadaan alam yang mematikan dengan hidup manusia.

Ini memang benar-benar harus diakui bahwa Allah Maha Besar dan Maha Kuasa.

Selain dari itu, karena tugas-tugas yang harus saya lakukan, saya sering keluar masuk hutan, saya bisa melihat langsung aneka ragam vegetasi dan binatang liar di hutan. Pada suatu hari ketika sedang melakukan pengamatan, tiba-tiba posisi saya dalam keadaan terkepung oleh tiga ekor binatang buas (harimau). Tentu saja saya tidak bisa berbuat apa-apa kecuali harus memanjat pohon untuk menyelamatkan diri. Yang menjadi pikiran saya adalah, sampai berapa lama binatang buas itu bertahan mengepung saya ?. Waktu sudah lewat tengah hari, mendung hitam pekat, tampaknya mau hujan lebat. Tiba-tiba guntur mengelegar keras disertai dengan kilat yang menyilaukan mata, tak disangka, binatang buas itu bubar dan berlarian. Cepat-cepat saya turun dan menstart motor trail. Saya keluar hutan dengan selamat.

Dari sini saya menyadari bahwa betapa kecilnya arti hidup manusia yang terkepung binatang buas.

Sekali lagi, berdampingan antara keadaan alam yang mematikan dengan hidup manusia.

Sekali lagi harus diakui bahwa Allah Maha Besar dan Maha Kuasa.

Smakin manusia bisa memahami dan dekat dengan alam, maka manusia akan smakin dekat dan memahami tentang Allah.

Dari sini saya berfikir dan sepatkat dengan apa yang harus dilakukan manusia hidup di dunia, yaitu :

1. Hubungan manusia dengan Allah, yaitu perlunya manusia untuk selalu beribadah kepada Allah.

2. Hubungan manusia dengan dirinya sendiri, yaitu manusia wajib memperlakukan dirinya sendiri dengan baik dan sehat.

3. Hubungan manusia dengan sesama, yaitu manusia jangan sampai menyakiti dan merugikan sesamanya

4. Hubungan manusia dengan alam sebagai tempat hidupnya, yaitu manusia jangan merusak lingkungan alam tempat hidup atau tempat tinggalnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun