Mohon tunggu...
Joko Susilo
Joko Susilo Mohon Tunggu... Guru - pendidik

Seorang pendidik di sebuah lembaga pendidikan swasta di Kabupten Pati Jawa Tengah

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Hari Santri, Kita Dapat Apa?

23 Oktober 2023   23:45 Diperbarui: 23 Oktober 2023   23:52 107
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ahad (22/10) lalu menjadi momen istimewa bagi santri di seluruh Indonesia. Pada hari tersebut diperingati sebagai Hari Santri Nasional (HSN). Mulai dari lembaga pemeritah hingga masyarakat lapisan terbawah ramai-ramai menyelenggarkan HSN. Peringatan Hari Santri Nasional tersebut dilaksanakan setelah keluar Keputusan Presiden (Keppres) Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2015 tentang Hari Santri.

Keputusan tersebut diambil awalnya sebagai janji kampanye Presiden Jokowi pada tahun 2014. Sebagai realisasi janji tersebut kemudian banyak muncul usulan waktu peringatan hari santri tersebut. Hingga akhirnya diputuskan bahwa waktu peringatan tersebut jatuh pada setiap tanggal 22 Oktober. Waktu ini merujuk pada peristiwa keluarnya Fatwa Resolusi Jihad Hadratus Syaikh K.H. Hasyim Asy'ari selaku Rais Akbar Nahdlatul Ulama' pada tahun 1945. Salah satu fatwa tersebut berisikan kewajiban kaum muslimin pada radius 90 Km dari Surabaya sebagai daerah pusat perlawanan ketika itu.

Berkat dasar tersebut akhirnya banyak kaum muslimin terutama para santri yang sami'na wa ato'na atau mematuhi fatwa tersebut untuk ikut mengangkat senjata melakukan perlawanan kepada penjanjah demi mepertahankan kemerdekaan. Bukan hanya di daerah yang masuk "wajib perang" tetapi juga santri dari seluruh penjuru Pulau Jawa merespon fatwa tersebut. Hingga secara heroik meletuslah Peristiwa 10 November 1945 yang berhasil dimenangkan para pejuang Indonesia. Aksi heroic para pejuang terutama kalangan santri inilah yang menjadi titik dasar diperingati Hari Santri Nasional. Lalu pertanyaannya kemudian apakah kita hanya merayakannya dengan upacara atau apel? Atau hanya sekadar memakai sarung?

Sebagai seorang santri yang pernah "mampir" di pondok pesantren, penulis menyimpulkan momen peringatan HSN ini merupakan kesempatan kita untuk mengambil nilai kesantrian agar kita bisa belajar banyak dari semangat juang para santri. Apa saja itu?

Pertama, semangat belajar. Ruh dari kehidupan pesantren adalah semangat tholabul ilmi ( menuntut ilmu ). Pesantren merupakan pusat sambungan sanad keilmuan dari santri kepada kyai pesantren hingga terus tersambung ke atas sampai kepada Rasulullah SAW. Maka semangat belajar ini yang menjadi ciri khas para santri sejak dulu. Menuntut ilmu dari satu pesantren ke pesantren di Nusantara bahkan sampai ke Makkah atau Madinah sebagai pusat perkembangan ilmu pengetahuan. Ditambah masa belajar yang tidak singkat hingga puluhan tahun.

Kedua, kesederhanaan.  Salah satu ciri khas pesantren beserta santrinya adalah kesederhanaan. Santri selalu bisa bertahan dengan keadaan apapun. Santri sudah terbiasa hidup qanaah atau menerima kondisi dengan rasa syukur tanpa mengurangi semangat belajar. Mulai dari berpakaian dengan ciri khas sarung, peci hingga jilbab sederhananya. Maka di pesantren tidak akan ada bedanya santri dari keluarga ekonomi atas atau bawah karena symbol mereka sama peci dan sarungnya.

Ketiga, ketawadhuan. Ketawadhuan  atau bisa disebut rendah hati kepada guru, orang tua serta kepada siapapun. Tawadhu, hormat dan taat kepada orang tua dan guru merupakan kewajiban bagi santri. Bagi santri karakter tersebut merupakan syarat mutlak agar mendapatkan keberkahan dalam hidup. Sehingga tidak akan ada cerita bagi santri untuk melawan guru ataupun orang tua.

Keempat, kecintaan kepada tanah air. Bagi santri hubbul wathon minal iman ataupun cinta tanah air juga merupakan harga mutlak. Begitulah kami diajarkan. Islam dan kecintaan terhadap tanah air bukanlah sesuatu yang bertentangan. Kemerdekaan Indonesia diperjuangkan oleh santri hingga ulama. Dasar negara pun demikian yang merupakan hasil konsesus para pendiri bangsa termasuk tokoh santri hingga ulama di dalamnya. Sehingga sampai kapanpun kecintaan terhadap tanah air merupakan bagian tak terpisahkan bagi santri.

Empat nilai ini paling tidak bisa kita ambil pelajaran dari banyak nilai yang dari peringatan HSN ini. Sehingga ketika memperingati HSN ini kita tidak hanya sekadar upacara ataupun mamakai sarung. Tetapi yang terpenitng nilai-nilai kesantrian bisa kita implementasikan dalam kehidupan kita sehari-hari. Semoga!

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun