Mohon tunggu...
Joko Kristiono
Joko Kristiono Mohon Tunggu... Konsultan - Berkah Dalem

Putra Bangsa Kelahiran Semarang. Mencintai keheningan, berusaha terus menerus cinta damai terhadap setiap makluk.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Diselamatkan dari Penderitaan

31 Juli 2012   07:00 Diperbarui: 25 Juni 2015   02:24 119
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Suatu  hari diriku duduk termenung si kursi plastik samping rumah sambil menikmati angin sore sepulang kerja. Pikiranku melayang jauh mengingat nasib hidupku yang kini miskin dan menderita. Beberapa tahun silam, aku hidup berkecukupan karena mengelola sebuah perusahaan kecil rumah tangga milik tetangga yang baik hati. Aku tergolong orang yang tekun, rajin dan dapat dipercaya. Itu sebabnya, ketika pemilik perusahaan hendak mengembangkan usahanya di Batam, aku sserahi kepercayaan untuk melanjutkan perusahaannya.

Tetapi, perusahaan yang aku kelola tidak berkembang, malah cenderung menurun omsetnya, gara-gara uang perusahaan aku pakai untuk cari hiburan ke pub-pub. Mulanya hanya iseng dan sekedar menghibur diri bersama teman-teman. Lama-lama karena banyak ceweknya jadi ketagihan juga.

Karena takut ketahuan si pemilik dan cemas dikejar teman-teman yang menagih hutang, aku lari ke Singapore, Di Singapore aku berusahan mencari pekerjaan sekenanya. Tetapi malang bagiku, sebab aku tak kunjung juga dapat pekerjaan hanya sekedar tukang cuci piring atau tukang sapu sekalipun. Pernah aku dapet kerjaan sebagai tukang semir sepatu, tapi hasilnya tak cukup untuk biaya hidup. Karena ternyata orang Singapore sepatunya ganti  baru jika nampak kusam sedikit saja. Aku jadi merasa kecewa dengan hidupku sendiri. Aku sangat merindukan kehidupan yang layak seperti dulu.

Tiba-tiba aku terhenyak dari lamunan, karena seseorang datang  menepuk punggungku dari belakang. Ia datang membawa kabar gembira. Katanya: "Sudah berbulan-bulan saya datang di Singapore mencari Pak Yustinus. Tapi baru sekarang bisa bertemu. Saya disuruh Bapak mencari Pak Yustinus supaya Pak Yus mau  pulang. Bapak tidak tidak marah, juga tidak akan menuntut apa-apa, malah akan memberi pekerjaan kepada Pak Yus. Pak Yus yang penting percaya saja". Tanpa ragu-ragu aku mempercayai apa yang aku dengar tadi, karena yang datang adalah si ragil putra bapak. Maka pulanglah aku dan memdapatkan apa yang selama ini aku impikan: hidup bahagia, penuh kedamaian.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun