Pada suatu kemarau yang panjang di sebuah desa transmigrasi yang terletak di lereng gunung sedang mengalami kesusahan hidup disebabkan banyak warga yang kekurangan makan dan juga terserang penyakit batuk dan sesak nafas.
Desa transmigrasi tersebut dulunya terdiri dari ratusan rumah, namun seiring waktu banyak warga pulang ke Daerah asal karena sulitnya hidup dan juga kondisi yang tidak aman yang disebabkan setiap kali panen selalu saja dicuri oleh penduduk setempat.
Pak Bambu dan Pak Jati merupakan penduduk asli daerah tersebut. Pak Bambu seorang petani cukup sukses, terlihat dari adanya tiga mobil truk dan juga lahan yang cukup luas, sementara Pak jati seorang  guru yang cukup sukses, pintar namun juga dihomati karena sering melakukan pelayanan rohani dan selalu digunakan tenaganya untuk hal hal yang bersifat resmi di daerah tersebut.
Pak Jati : "Pak Bambu, kita  ke desa trans baru yuuk, untuk menguatkan mereka."
Pak bambu"Ok pak Jati, saya tak pergi ke pasar beli dirigen dan beras dulu,dan obat batuk.ya."
Pak Jati: "Jangan Pak nanti kesorean karena waktu menuju ke trans cukup jauh dan jalan juga gak bagus!"
Pak Bambu"Ok, kalo gitu pak Jati dulu aja, nanti saya nyusul."
Pak jati segera berangkat menuju desa trans baru untuk memberi penghiburan dengan  kotbah dan juga doa penghiburan seperti yang dilakukan selama ini ketika berkunjung. Sampailah Pak jati di balai desa disambut oleh Lurah setempat, mengutarakan maksudnya, dan pak Lurah segera mempersilahkan Pak Jati untuk memberikan penghiburan kepada penduduk yang sakit dan lapar.
Pak Jati :"Bapak Ibu terkasih, bahwa kita sekarang berada dalam kesesakan, kita kurang makan dan terlanda penyakit namun percayalah Tuhan sang Penyembuh pasti menyembuhkan kita, Tuhan Maha Kasih pasti memberikan kita rezeki yang bisa kita nikmati." Amin.
Ketika Pak Jati memberikan penghiburan dari rumah ke rumah datanglah Pak Bambu dengan membawa sembako dan air minum dan obat batuk. Pak Lurah segera mempersilahkan Pak Bambu untuk membagi sembako ke warga. Dalam sekejab datanglah warga ramai-ramai menyerbu mobil pak Bambu, ratusan dirigen air bersih ,sembako murah, dan obat batuk laris manis.
Sementara itu pak Jati dengan bersemangat memberikan penghiburan dari rumah yang satu kerumah yang lain dan saat itu sedang berada di rumah Pak Oyek. Sekonyong-konyong pak Gaplek berlari ke rumah Pak Oyek untuk memberitahukan bahwa ada pembagian air bersih dan sembako. Seketika Pak Oyek pamitan kepada pak Jati untuk ambil sembako sementara istri dan anaknya yang sakit tetap mendengarkan penghiburan dirumah. Sesampai di Balai desa pak Oyek segera mengambil dirigen air bersih dan sembako sama seperti warga lainnya.
Ketika pak Jati mau memberikan penghiburan ke rumah sebelah ternyata rumah kosong karena sudah pergi ke Balai desa untuk ambil sembako, begitu juga rumah selanjutnya kosong dan ternyata warga sudah banyak yang berlari ke Balai desa.Pak Jati segera mengurungkan niatnya untuk memberikan  penghiburan dan menuju Balai desa tempat dimana mobilnya di parkir dan mendapati sangat ramai dengan kerumunan warga. Ketika hampir memasuki halaman  Balai desa pak Jati berpapasan dengan dengan pak Oyek.
Pak Oyek :"Mohon maaf  dan terima kasih banyak pak Jati sudah berkenan menghibur dan datang ke rumah kami, doa dan penghiburannya berguna dan menguatkan kami, namun untuk saat ini sembako, air dan obat-obatan lebih berguna dan bermanfaat bagi kami, ngapunten nggih."
Pak Jati : Terima kasih juga sudah berkenan menyambut saya pak oyek."
Pak jati segera memasuki halaman Balai desa Trans Baru yang sudah penuh dengan warga untuk ambil sembako dan dirigen air bersih. Segera pak jati menstarter mobilnya untuk pulang. Hari itu pak Jati dapat pelajaran berharga bahwa doa atau kotbah hebat yang sanggup menggoncangkan Sorga sekalipun , kurang begitu  bermanfaat bagi orang orang yang dalam kesusahan. Pak Jati salut kepada Pak Bambu, ternyata Pak bambu walaupun tak berpendidikan tinggi  telah sukes mengajar dirinya dan lebih berguna bagi sesama.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!