Ada begitu banyak cara dalam mendidik, dalam dunia pendidikan  yang dilakukan oleh para pemerhati pendidikan utamanya para Pendidik  mulai dari tingkat  SD, SMP, dan SMA  namun kebanyakan dari lembaga formal itu lebih banyak belajar di dalam kelas atau dalam lingkup lingkungan sekolah . Tidak boleh dipungkiri bahwa mendidik  dengan cara itu juga banyak menghasilkan pribadi-pribadi yang  unggul, mereka juga menghasilkan banyak output handal yang tentu berguna bagi masyarakat kita.
Dalam tulisan ini saya mau mencoba bahwa ada suatu pola atau cara baru dalam mendidik para siswa dan siswi  yang begitu menyentuh dan terasa begitu "LIVE" yang tentunya hal ini akan membekas dihati para peserta didik. Cara ini adalah yang disebut dengan "Live-in" yang bermakna  kurang lebih terjemahan bebasnya adalah "Tinggal bersama dalam" yang maknanya  bahwa setiap peserta didik mau tinggal dalam sebuah keluarga. Dalam keluarga tersebut para peserta didik boleh belajar dari Bapak atau Ibu angkatnya bagaimana Para Bapak dan Ibu angkatnya bekerja mulai dari subuh menjelang senja.
Setiap perserta didik yang dititipkan ke  keluarga itu harus memperhatikan dan bahkan harus ikut bekerja dengan bapak dan ibu angkatnya, artinya bahwa ketika bangun pagi cuci piring maka peserta didik itu harus ambil bagian dari mencuci sampai selesai  dalam membuat  sarapan pagi. Mereka boleh mengambil alih kegiatan dapur saat pagi itu ketika ibu angkatnya mulai memasak pagi.
Ketika Bapak dan ibu angkatnya berangkat kerja untuk petik kopi, untuk panjat pohon aren untuk membuat gula merah, petik kopi di kebun  atau melakukan kegiatan mencari nafkah lainnya peserta didik harus membantu Bapak Ibu angkatnya membersihkan rumah, atau merumput, atau mengepel, membersihkan parit, halaman maupun pekerjaan rumah lainnya.Â
Ketika petang  tiba  para peserta didik juga harus mengikuti kegiatan ibadah para Bapak dan Ibu angkatnya melakukan kegiatan ibadah seperti sholat maghrib, pertemuan lingkungan, puja puji  serta ibadah-ibadah yang lain  sesuai dengan yang dianut oleh peserta didik tersebut.
Melalui pengalaman yang didapat selama "Live in" para peserta didik harus menulisnya, nerefleksikannya lalu mensharingkannya kepada teman maupun keluarganya baik pengalaman yang menyenangkan maupun yang tidak menyenangkan. Melalui pengalaman tersebut para peserta didik akan mampu mengambil pelajaran yang selanjutnya akan menjadi sebuah kenangan atau sebuah pemahaman bahwa hidup itu harus diperjuangkan, hidup harus diarahkan, dan harus ditebus dengan cucuran keringat demi kebutuhan sehari-hari. Mereka mendapatkan itu karena belajar dari bapak dan ibu angkatnya selama beberapa hari selama Live in.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H