Mohon tunggu...
YULIANUS JOKO KRISTIANTO
YULIANUS JOKO KRISTIANTO Mohon Tunggu... Guru - Guru

Menulis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Aku Mencuri Jagungmu untuk Biaya Anakku

24 Januari 2023   23:05 Diperbarui: 24 Januari 2023   23:07 564
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Terik panas setelah tengah hari pada sore itu tak dirasakan oleh  dua orang pria yang sedang duduk sambil bercakap  di Ladang jagung yang sudah dipanen  oleh pemiliknya. "Makin Susah banget hidup ini Karto yo nggak?"  Tanya Tarmo kepada sahabat buruhnya Karto.  "Yang susah ya susah, yang seneng ya seneng Tarmo yang kelas buruh kayak kita ini ya susah walau hari lebaran sekalipun," Timpal Karto sambil ngisap rokok cap gandum kesukaannya. "Ku tadi mau minta kerjaan buruh nyangkul ladangnya kang Kemis tapi gak dapet karena dia juga belum mau bertanam karena modal  gak ada dan panen bulan ini merugi."  Keluh Tarmo sambil sambil membuka topi buruh lusuhnya.   " Iya aku juga  kemarin jual jagung hasil leles di kebun pakde Kemo juga murah banget, katanya gudang masih penuh, pikirku  bisa  beli rokok sebungkus dan sisanya bisa ku kasih orang rumah, ehhh malah  Cuma bisa tuk beli beras  dua kilo gak cukup buat seminggu." Keluh Karto tak kalah susahnya sama Tarmo. 

Keduanya  lalu beranjak untuk memetik sisa sisa jagung yang ditinggal dibatang oleh pemetiknya karena  kurang layak jika dijual.  "Tirto teman kita leles jagung dulu itu nggarap tanahnya Dikdo  bos gudang itu yo To?" Tanya Tarmo sambil memasukan jagung ke karung goninya. "Iya!,  Tirto penggarap tanahnya  Dikdo bos gudang." Jawab Karto sambil memasukan jagung ke karungnya   "Wah lapamg  rejeki Tirto yo?"  TanyaTarmo agak iri.  "Lapang apanya  kemarin istrinya ditagih koperasi keliling sembunyi di rumahku Tarmo."  Kata Karto meninggi  suaranya.   "Kok bisa gitu ya, bukannya Tirto dekat sama Dikdo?"  Selidik Tarmo."Heran juga ya sudah nggarap tanah lebar masih ngutang koperasi ."  Kata Tarmo keheranan. "Kayaknya aja enak kut Boss Mo, tapi nyatanya  gak, kok." Jelas Karto. Kedua  karib itu tampak semangat   memetik sisa-sisa jagung demi bisa memberikan istrinya beberapa puluh   ribu rupiah  sore itu.   

Dokpri
Dokpri

"Kudengar anakmu lanang  sudah mau tamat kelas tiga SMP yo Mo?'  Tanya Karto.  "Yo, tahun ini dah kelas 3 bentar lagi tamat." Jawab Tarmo singkat.  "Mau lanjut mana anakmu Mo?"  Kejar Karto.  "Gak tau juga To, soalnya biayanya belum ada, maunya siih SMA Negeri yang  murah kalau Swasta mahal."  Jawab Tarmo lesu.  "Sama aja Mo, gak negri gak swasta sama aja pakek biaya."  Sela Karto sambil masukan jagung ke karungnya.  Sore itu kedua karib itu cukup banyak  dapat lelesan jagung karena memang kayaknya jagung diladang itu kurang dirawat sehingga banyak banget jagung gak dipanen.   

Dokpri
Dokpri

" Karto jagung dirumahmu dah banyak belum?,  besok kita timbang tempat Boss Dikdo yuuk?"  Ajak Tarmo semangat.    "Belum Tarmo , malahan belum dipipil jagungnya, mungkin  tiga  hari lagilah , nanti aja ya, bareng nimbangnya." Jawab dan pinta  Karto.  " Tadi pagi istriku bilang beras udah mau habis.' Keluh Tarmo. "Aku belum bisa kalau besok jagungku juga belum banyak." Jelas Tarmo.  "Yaudah tiga hari lagi kita timbang jagung kita."  Jawab Karto  gak nyaman. "Besok kita gak usah  pergi leles jagung  dulu  yo To?,  soalnya aku mau buruh nyangkul tempat Pak de Bardi  mungkin sehari rampung."  Ajak Tarmo.  "Iyo Tarmo kujuga mau bantu bantu nguli di gudangnya Dikdo  soalnya ku diajak Tirto kemarin malam." Jawab Karto semangat. "Ok!, kita akur!  besok gak usah leles jagung dulu."Tutup Tarmo sambil ngikat karungnya yang sudah penuh. Sore itu  dua  buruh karib  itu karungnya penuh dari hasil  leles mereka . Itulah  yang membuat semangat , kendatipun harus mengangkat delapan puluhan kilo dipundaknya menuju motor bututnya.   

Dokpri
Dokpri

" Lhohh!...Jam segini Kok udah pulang Kang?  Biasanya petang mau mahgrib?"  Tanya Wiyah istri Tarmo agak heran.  "Yahh hari ini lumayan, dapet sekarung penuh Yah,  mudahan bisa gini terus dapetnya."  Jawab Tarmo semangat  sambil menjatuhkan karung di Halaman rumah sederhananya. "Mana Setyo, biar bantu angkat karung kedalam  rumah?"  Tanya Tarmo. Wiyah segera memanggil Setyo umtuk bantu Bapaknya angkat  karung.  Setyo dan Tarmo segera mengangkat karung jagung itu ke dalam rumahnya dengan penuh semangat. Wiyah merasa senang karena suamintya hari itu dapat banyak jagung dengan harapan besok jika ditimbang dapat uang yang cukup yang untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari. Setelah mandi Tarmo berkata istrinya. "Wiyah besok aku mau nyangkul  tempatnya Pakde Bardi." Kata Tarmo.  "Terserah Kang yang penting besok bisa beli beras, karena beras udah mau habis." Jawab Wiyah sambil menaruh segelas kopi di depan suaminya. Tak berapa lama ketika  menikmati kopi saat habis maghrib petang itu,  tiba-tiba Taryo anaknya Pakde Bardi datang ke rumah Tarmo untuk memberikan uang upah buruh esok harinya. " Permisi Kang Tramo." Kata Taryo sambil megetuk pintu.  "Silahkan dekTaryo, lho kok tumben petang-petang dateng?"  Ungkap Tamo Ramah.  "Begini Kang Tarmo, Bapak nyuruh ngasih duit upah nyangkul besok  sebanyak  delapan puluh ribu sehari,  karena Bapak besok mau pergi ke Kota, jadi ku disuruh tuk ngasih duit ini ke Kang Tarmo." Jelas Taryo.  "Ohhh  gitu makasih saya terima dek Taryo." Sahut Tarmo girang.  "Ohhh iya, Kang kalo kopi dan snack disiapin tapi kalo  makan gak Kang." Tambah Taryo. "Gak apa dek ku bisa mbontot sendiri besok. Setelah guyon sedikit sana-sini Taryo pamit. Tarmo segera memanggil istrinya wiyah dengan memberikan uang delapan puluh ribu kepada istrinya. Malam itu keluarga Tarmo bersuka karena selain dapat lelesan jagung yang banyak juga dapat rejeki dari Pakde Bardi dari upah buruh nyangkul. Karena  begitu capeknya badan juga ditambah beratnya beban hidup sehari-hari  membuat Tarmo segera membantigkan tubuhnya ke dipan sederhananya sebab besok raganya harus bertarung di  lahan Pakde Bardi dengan bermandikan nikmatnya terik matahari. 

Dokpri
Dokpri

Kesokan harinya setelah menikmati nyaman dan nikmatnyaa malam selama hampir  sembilam jam itu Tarmo segera mempersiapkan pakaian, cangkul, sabit, topi lusuhnya, dan motor bututnya untuk berangkat ke kebun Pakde Bardi. "Sarapan dan minum dulu kopinya Kang." Pinta wiyah disela kesibukan Tarmo. "Ni rantang bontotnya dibawa tuk makan siang nanti." Tambah Wiyah kepada suaminya. Tarmo segera menikmati sarapan  hidangan sambel tempe dan tumis kangkung hangatan dengan lahap karena harus tarung bersama cangkul dan sabitnya hari itu. Setelah menhabiskan segelas kopinya, Tarmo segera pergi bersama motor bututnya ke kebun Pakde Bardi. Tarmo seorang pekerja keras , kaku, namun penuh semangat dan jujur,  buruh nyangkul  sebenarnya pekerjaan pokok yang dilakoni sejak masih remaja hingga berkeluarga. Menjelang sore jam empat segera  Ia menghentikan ativitasnya lalu segera  membersihkan cangkulnya ,kemudian bergegas dengan arit tajamnya menuju belukar terdekat  untuk mencari rumput kambingnya. Maghrib dirasa  begitu cepat berlalu,setelah  rumput  untuk makan kambingnya sudah banyak  diikatnya segera kemudian di tumpangkannya ke atas motor bututnya.

Dokpri
Dokpri

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun