Dari jauh tampak oleh Ismoko  langkah anggun dari seorang gadis bernama Maris sebuah nama yang membuat semangat belajarnya menggelora  berjalan mendekatinya. Perasaan Ismoko bergejolak karena sangat bahagia. Pandangan Ismoko tertuju pas pada mata dimana pada mata itu ada  tatapan hangat  yang oleh karena  tatapan itu telah membuat hidupnya seakan  penuh arti. Dengan senyum manis sambil  mengulurkan tanggannya  Maris  berkata: "Is selamat ya, kamu berhasil saya suka banget." Lalu jawab Ismoko :"Terima kasih Maris, saya sangat suka banget kamu sangat mendukung saya." Gejolak hati Ismoko terus menderanya  tatapan matanya kepada Maris kian hangat, Maris juga menatapnya namun segera mengalihkan pandangganya. Lalu kata Maris kepada Ismoko :"Mau lanjut studi dimana kamu?" Jawab Ismoko :"Mungkin saya mau cari kerja dulu setahun dua tahun ini Maris."  Lalu Ismoko bertanya kepada Maris :"Ris, kalau kamu mau lanjut studi dimana?" Jawab Maris :"Mungkin kalau diterima di PTN, saya mau ke Jogja tapi mungkin juga  ke Palembang tinggal mana nanti  dapatnya  dimana."  Tampak sekali mereka begitu akrab dan larut dalam percakapan namun tiba tiba  orang tua Maris memanggilnya untuk diajak pulang.  Kata Maris kepada Ismoko :"Is saya pulang dulu ya, jaga dirimu daaa!"  Saat itu tatapan Maris dan Ismoko kembali beradu yang membuat hati Ismoko tiba tiba menjadi sedih.
Hari berganti Minggu,  Minggu berganti Bulan tak terasa sudah tiga  bulan mereka berpisah, rasa kangen menyelimuti hati Ismoko. Kemudian Ia mengambil Ponselnya dan mencari nomer WA Maris, segera dicarinya nomer WA Maris dan mulai mengetik :"Hai Maris apa kabarmu?"  Kira kira dua puluh lima menit kemudian ada balasan dari Maris :"Hai Is, kabarku Baik, Gimana kabarmu juga?" Jawab Ismoko :"Kabarku sangat baik, dimana Maris sekarang berada?" Jawab Maris : "Saya melanjutkan studiku di Jogja, Kamu sekarang lanjut dimana Is?" Jawab Ismoko : " Saya belum melanjutkan studi karena saat ini saya lagi cari kerja Maris." Lalu Jawab Maris :"Sip banget semangat ya Ismoko, ooh ya sudah dulu ya mau pergi kuliah dulu."  Rasa kangen Ismoko sedikit terobati atas balasan WA yang diberikan Maris, sebuah nama yang membuat  semangat belajarnya tumbuh dan hidupnya  terasa begitu  berarti.
Hari tambah hari menjadi minggu dan setelah dua minggu Ismoko menghubungi nomer WA maris sambil mengetik :"Hai Maris pa kabarmu?"  Setelah  tiga puluh menit ada balasan dari Maris : "Baik Is." Setelah itu tanda online di WA Maris tidak ada. Perasaan Ismoko tidak tenang, mau hubungi takut mengganggunya, maka Ia segera melakukan kegiatan untuk membunuh rasa kangenya yang mulai menderanya. Dua hari setelahnya Ismoko menghubungi WA maris dengan mengetik : "Hai Maris lagi apa kamu?"  Di WA Maris ada tanda terbaca tetapi tidak ada jawaban. Hati Ismoko mulai tambah kangen kepada Maris dari hari demi hari. Ismoko secara berkala selalu menghubungi WA Maris namun hasilnya sama, terbaca namun tiada balasan. Pada tingkat kangen yang mendalam Ismoko melawan dirinya sebagai sebuah titik akhir akan rasa sayangnya kepada sebuah Nama yang tatapanya mampu menembus hati dan mengubah hidupnya.  Kiriman WA terakhirnya tertulis :"Maris aku menyerah,  terima kasih atas tatapanmu di Kelas tempo dulu, sebuah tatapan yang menjadi pohon yang susah untuk tercabut dari hatiku, selamat malam ya  Maris."
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H