Mohon tunggu...
YULIANUS JOKO KRISTIANTO
YULIANUS JOKO KRISTIANTO Mohon Tunggu... Guru - Guru

Menulis

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Pendidikan Sex di Sekolah

2 November 2022   09:15 Diperbarui: 2 November 2022   09:28 2070
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Perlunya  peran pihak Pemerintah memberikan materi pendidikan sex sejak sekolah tingkat dasar hingga menengah untuk menagkal dampak digitalisasi

Kita mengetahui bahwa generasi muda Indonesa adalah generasi penerus bangsa, oleh karena itu sangat perlu dipersiapkan sejak dini tentang perlunya generasi bermental tangguh, sehat, bermartabat dan penuh kompetisi. Situasi dunia saat ini dengan berkembangnya teknologi informasi memudahkan para generasi muda khususnya para peserta didik untuk mengakses segala sesuatu yang ada di media media sosial terutama internet. Dalam perkembangan media informasi yang begitu  cepat beredarnya, tentu terdapat  dua  pengaruh, baik itu pengaruh baik maupun pengaruh yang jelek  

Jumlah peserta didik tingkat dasar menurut laporan Badan Pusat Statistik (BPS). Dari jumlah tersebut, mayoritas atau sebanyak 24,84 juta siswa (54,95%) di antaranya merupakan siswa sekolah dasar (SD). (Sumber). Dari jumlah peserta didik tingkat dasar yang begitu besar, makanya sangatlah perlu untuk memberikan pendidikan sex yang memadai bagi mereka, memang harus diakui bahwa oleh sebagian besar massyrakat Indonesia dirasa tabu jika membicarakan masah sex, maka pemahaman yang seperti ini harus segera dikikis sebab sejatinya bahwa sex adalah sebuah anugerah dari sang Pencipta yang harus pertanggungjawabkan dan dipahami secara benar. 

Pendidikan sex pada peserta didik tingkat dasar tentunya tidak artikan sebagai suatu pendidikan tentang bagaimana melakukan reproduksi atau dengan gambar gambar yang vugar, namun lebih kepada hal hal ringan mengenai bahwa manusia berbeda yaitu tercipta sebagai laki laki dan perempuan. Tidak jarang dijumpai bahwa terdapat juga kasus pelecehan yang ditujukan kepada peserta didik maupun oknum tertentu, dan ini tentunya mencederai perkembangan psikologis bagi yang bersangkutan (Sumber), Maka seyogyanya Pemerintah yang terkait dalam lingkup pendidikan segera menggagas tentang materi ajar yang berhubungan dengan pendidikan sex usia dini. 

Selanjutnya bahwa setelah melewati masa kanak kanak dari tingkat dasar,  para peserta didik akan memasuki usia remaja yang naik setingkat menuju jenjang menengah pertam. Tentunya  bahwa di era digital  dewasa ini, sebagian besar  dari mereka dipastikan memiliki ponsel sebagai sarana untuk belajar maupun untuk mencari relasi di antara mereka, yang tidak menutup kemungkinan bahwa antar mereka sudah pernah melihat adegan adegan dewasa yang mungkin berasal dari kiriman temannya maupun dari situs situs dewasa yang seharusnya tidak boleh terjamah oleh mereka. 

Dalam usia tigkat pertama ini peserta didik sudah mulai ada ketertarikan antar lawan jenis, dimana juga hormon hormon seksual juga sudah mulai berfungsi, dan juga banyak diantara mereka sudah mengalami mimpi basah. Maka dalam  kondisi yang penuh gejolak ini para peserta didik harus mendapat pengetahuan yang cukup mengenai seksualitas (Sumber) Menyikapi ini semua maka sangatlah perlu  bagi para pemangku ranah pendidikan untuk membentuk sebuah pendidikan ataupun materi  tentang seksologi, minimal 1 (satu jam pembelajaran dalam seminggu yang dalam pelaksanaannya tentu bisa dilakukan dengan menjalin kerjasama dengan pihak kesehatan setempat.  

Bahwa ketika pada masa remaja yang penuh dengan gejolak berhasil dilalui dengan kondisi psikologis yang belum stabil, faktanya bahwa nereka berhasil menyelesaikan pendidikan tingkat pertama yang tentunya akan melanjutkan pada pendidikan tingkat menengah atas. 

Dalam kondisi yang sedemikian tersebut psikologis yang berkenaan dengan gejolak seksual bukan tambah menjadi surut, malahan semakin menjadi jadi, karena pada usia tingkat menengah ini para peserta didik sudah menjalin atau bahkan sudah banyak yang terlibat dalam mengkonsumsi film film dewasaa. 

Hal ini terjadi karena mereka sudah mendengar atau melihat langsung beberapa  figur publik yang videonya sudah tersebar yang tentunya mendorong keinginan mereka untuk menikmati adegan tersebut melalui ponsel mereka masing masing Bahwa sering dijumpai para peserta didik kedapatan mengandung pada pada saat masih dibangku usia sekolah, yang barang tentu ini akan menjadi aib bagi dirinya maupun bagi keluarganya, yang megakibatkan tindakan diluar kemanusian dilakukan demi menyelamatkan harga dirinya dan keluarganya (Sumber). 

Demi membekali diri supaya tidak terjadi penyimpangan tentang  tindakan tindakan seksual yang tidak sehat, sebaiknya pada awal sebelum memasuki belajar mengajar diadakan penyuluhan tentang  pendidikan sex bagi setiap peserta didik. Program ini bisa dilakukan pada  masa pengenalan lingkungan sekolah (MPLS)  dengan menghadirkan dinas kesehatan terkait untuk memberikan penyuluhan mengenai seksualitas bagi para peserta didik.

Tidak dapat ditunda tunda lagi bahwa pendidikan sek sejak  tingkat dasar sampai tingkat menegah harus segera diwujudkan  sebagai sebuah perlawanan  diri dari  para peserta didik. Hal ini harus segera diwujudkan sebagai sebuah tindakan nyata dari dampak begitu besarnya pengaruh negatif  jaman digitalisasi yang berhubungan dengan kehidupan seksualitas peserta didik. Untuk mewujudkan hal tersebut tentunya membutuhkan biaya, daya upaya serta  pemikiran yang adaftif  yang merupakan  tanggung jawab semua elemen masyarakat yang dalam ranah ini aadalah pihak Pemerintah sebagai motor serta roda penggerak demi terselamatkannya para peserta didik dari pengaruh seksualitas tidak sehat sebagai akibat dari pesatnya perkembangan era digitaliasi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun