Mohon tunggu...
Joko Hariyono
Joko Hariyono Mohon Tunggu... -

Research Fellow @ University of Ulsan, South Korea

Selanjutnya

Tutup

Politik

Surat Untuk Capres yang Tercinta: Usulan Cara Menyelesaikan Masalah Bangsa

2 Juli 2014   22:31 Diperbarui: 18 Juni 2015   07:47 336
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Sewaktu studi di program Master of Engineering beberapa waktu yang lalu, ada teori menarik yang sampai saat ini masih terus saya serap dan implementasikan dalam kehidupan nyata, yaitu teori Law of Requisite Variety karya Ross Asby. “A system has good Control if and only if the dependent variables remain the same even when the independent variables or the State Function have changed”. Teori yang ditulis oleh ilmuwan asal Britania Raya ini menjelaskan rumusan bagaimana mengatasi kompleksitas dalam sebuah sistem, yang tentu saja berkorelasi dengan upaya kita mengatasi berbagai hambatan dalam kehidupan kita sehari-hari, maupun bagaimana mengatasi permasalahan bangsa yang kita hadapi saat ini.

Artikel ini mencoba mengajukan beberapa gagasan terkait dengan pemikiran sangat mendasar yang kami tawarkan untuk bersama-sama membantu bangsa keluar dari berbagai permasalahan yang hingga saat ini masih kita geluti. Ada tiga hal yang ingin kami bahas pada artikel ini, pertama, gagasan umum definisi sistem bernegara, dilanjutkan kesalahan melihat yang telah difahami oleh masyarakat umumnya, lalu ide-ide mengatasi permasalahan bernegara, serta diakhiri penutup.

Definisi Sistem

Dalam sistem sebuah Negara, terdiri dari banyak unsur (varieties) yang harus dikendalikan. Artikel ini tidak membahas dari sisi tata Negara dan hukum, namun mengacu pada definisi berdasarkan entitas yang membangun sebuah bangsa agar dapat bergerak dinamis untuk mencapai tujuannya.

Sumber daya manusia (SDM), sebagai unsur utama (subjek) penggerak kehidupan bernegara. Tidak ada alasan lain dalam setiap inisiatif apapun yang dilakukan oleh sebuah bangsa, selain untuk mensejahterakan warga Negara atau SDM yang dimilikinya. Selain sebagi unsur utama penggerak dan tujuan sebuah bangsa, SDM juga bersifat tumbuh dalam pemikiran, dan unsur utama penghasil kompleksitas dan permasalahan dalam sebuah bangsa yang perlu mendapatkan penanganan dan control cukup besar dalam kehidupan bernegara.

Sumber daya alam (SDA) dan Asset Negara lainnya, sebagai unsur objek yang diexplorasi, dikelola, digunakan bagi sebesar-besarnya kepentingan warga negara. SDA hanya berfungsi sebagai asset/modal awal bagi sebuah bangsa. Karena sifatnya natural dan bersumber dari alam, ia tidak dapat dikuatifikasi secara signifikan, nilainya sangat bergantung dari kemampuan SDM yang dapat mengelolanya menjadi jauh lebih berharga daripada saat ditemukan dari alam

Tata kelola pemerintahan (Governance), sebagai unsur tools (alat) yang dapat digunakan oleh SDM agar dapat mengelola asset dan SDA sebaik-baiknya dan seakurat mungkin, agar dapat menghasilkan value (revenue) sebesar-besarnya bagi kemakmuran seluruh warga negaranya.

Kesalahan Pandangan

Saya ingin menjelaskan beberapa kesalahan umum yang saat ini dianggap sebagai sebuah kewajaran dalan system kita bernegara, maupun dalam kehidupan bermasyarakat yang dianggap sebagai pandangan umum.

- Indonesia Negara Kaya

Setiap pemilihan kepala Negara, kita seolah-olah selalu diingatkan pelajaran sejarah sewaktu kita duduk di bangku seklah dasar, “Indonesia adalah Negara yang kaya raya”. Namun diujung penggunaan kalimat ini selalu disertai penudingan bahwa ada pihak yang tidak tepat mengelola kekayaan bangsa dan dilanjutkan promosi bagi kepentingan dirinya sendiri. Ini tidak terjadi dalam sekali pemilihan Presiden, tapi diulang-ulang oleh calon-calon selanjutnya, dan selalu berakhir sama diujung periode kepengurusannya. Ini kami jadikan sebagai kesalahan pertama dalam kita memahami kehidupan bernegara, dan sebagai hal mendasar yang jadi pemikiran umum kita sebagai sebuah bangsa. SDA tidak punya nilai exact, tapi hanya punya nilai setelah ada campur tangan SDM untuk meningkatkan value nya. Minyak Bumi, Gas, Mineral yang dimiliki Indonesia itu bukan kekayaan sebenarnya yang bisa kita klaim, dan kita kuatifikasikan sebagai justifikasi bahwa Indonesia adalah Negara yang kaya, melainkan itu hanya seperti tabungan/cadangan bagi generasi selanjutnya yang kita upayakan dapat digunakan dalam keadaan tertentu dan memaksa dalam perjalanan sebuah bangsa.

Potensi alam yang terlihat, seperti keindahan panorama, tanah yang subur, alam yang natural, fauna yang exotic adalah sebuah potensi. Namun bukan kekayaan Negara sesungguhnya. Jika kita perhatikan, saat ini Negara-negar maju dapat dengan mudah membangun lahan yang dulu tandus, tidak punya potensi kekayaan alam, dengan kerja keras dapat diubah menjadi potensi wisata yang exotic, kawasan industry yang modern dan asri, lahan pertanian buatan dan modern dengan modifikasi cuaca, serta suaka margasatwa dengan koleksi yang lengkap. Lalu apakah kita masih berfikir bahwa Indonesia adalah Negara yang kaya raya?

- Negara Hukum

Negara berlandaskan hukum, dan semua warga Negara memiliki kedudukan yang sama dimuka hukum. Dalam definisi yang telah kami jelaskan didepan, kami menempatkan hokum sebagai salah satu variable dalam mengelola (governance) pemerintahan. Ada sebagian pihak yang melihat hukum ini sebagai satu-satunya alat penyelesai berbagai permasalahan bangsa, misalnya menempatkan penegak hukum (Kepolisian, kejaksaan dan KPK) sebagai pilar utama untuk menegakkan pemerintahan yang bersih. Kami melihat pandangan ini tidak sepenuhnya benar, bagaimanapun juga hukum hanya berfungsi sebagai alat, dimana fungsi dan kemanfaatannya hanya tergantung dari SDM yang mengontrolnya. Sekali lagi tujuan utama penggunaan hukum adalah untuk menyelamatkan penggunaan asset, potensi dan sumber daya alam oleh warga ataupun Negara dapat dikontrol sebaik-baiknya, bagi kemakmuran seluruh warga Negara Indonesia. Hukum disebuah negara itu lemah, selemah SDM yang ada didalamnya, dan sebaliknya, hukum seolah-olah sangat berkuasa karena ada ditengah-tengah masyarakat memiliki kesadaran akan pentingnya ilmu dan pendidikan.

- Definisi Kepakaran

Sewaktu saya memutuskan untuk melanjutkan studi S-3 di Korea, Kakak saya bertanya, “Sekolah tinggi-tinggi untuk apa tho Om? apa S-1, S-2 masih kurang, kok masih cari S-3?“ Bagi sebagian orang, gelar pendidikan identik dengan tingkat kepakaran seseorang. Wajar jika kemudian deretan nama-nama menteri, pejabat Negara dan juga politisi maupun pemimpin daerah berlomba-lomba meningkatkan status sosialnya dengan mengejar gelar pendidikan formal setinggi-tingginya. Ini memang tidak sepenuhnya benar, namun bisa jadi salah satu indikator paling mudah untuk diperhatikan.

Gelar pendidikan formal sejatinya tidak begitu penting, karena bagi sebagian orang bisa dimanfaatkan untuk meningkatkan citra seseorang, sehingga dapat menimbulkan niat kurang baik untuk mendapatkan gelar dengan cara-cara tidak dibenarkan. Value (nilai) didalam gelar tersebut jauh lebih penting daripada sekedar title yang disandangnya. Orang-orang yang tinggal dinegara maju umumnya telah memiliki kesadaran, bahwasanya kepakaran itu dapat diraih melalui dua hal, pertama adalah investasi waktu yang tidak pendek sebagaimana Malcolm Gladwell dalam bukunya Outliers telah menemukan kaidah 10.000 jam. Kedua adalah proses tumbuh didalam waktu, ini yang membedakan antara satu orang dengan lainnya. Pendidikan formal adalah salah satu jalan untuk kita meraih kepakaran, yaitu menggunakan sebagian besar waktu produktif kita untuk mendalami minat riset tertentu.

Solusi Mengatasi Permasalahan Bangsa

Berdasarkan penjelasan tersebut diatas kami ingin mengajukan 3 hal secara komprehensif sebagai solusi untuk mengatasi kompleksitas permasalahan bangsa Indonesia berdasarkan teori Law of Requisite Varieties. Adapun sasaran dari solusi ini adalah didalam entitas individu (SDM) sebagai unsur penggerak system bernegara di tanah air.

1. Membangun SDM berkualitas dengan Pendidikan berbasis Pengalaman

Kompleksitas penyalahgunaan wewenang dalam pengelolaan SDA maupun rendahnya tingkat kesadaran hukum, akar permasalahan mendasarnya bukan di tata kelola pemerintahan yang kurang baik, namun karena kualitas pendidikan yang terpisah dari individunya. Kami tidak bermaksud menyalahkan sistem pendidikan di tanah air, karena sebagai bekal penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi, pendidikan general seperti yang saat ini ada seharusnya sudah cukup. Proses belajar mengajar, evaluasi dan penilaian, serta seleksi masuk akan lebih mudah jika dikuantifikasikan sebagaimana pendidikan yang sudah berjalan saat ini. Lalu pendidikan seperti apa yang dapat melekat pada setiap individu?

Experience based learning, yaitu pendidikan yang berbasis pengalaman pada setiap siswa yang dapat terikat selalu dalam karakter individu. Perlunya dirumuskan kurikulum tambahan pendidikan berbasis pengalaman untuk melengkapi pengetahuan kuatitatif siswa, sehingga sekolah formal tidak hanya menjadi penguatan IQ siswa, namun juga meningkatkan kualitas EQ siswa dalam berinteraksi dan bersosialisasi dengan siswa lain.

Kompleksitas penyalahgunaan wewenang dan rendahnya kesadaran hukum, diakibatkan tidak terikatnya emosional seseorang dengan sesama warga Negara yang lain. Tumbuhnya kesadaran emosional Antara seseorang dengan lingkungannya dapat mengikis ego sentris dan sifat-sifat individualis sebagai akar keserakahan dan penyalahgunaan wewenang.

2. Menciptakan Daya Saing dengan Kompetisi Global

Emosi yang terikat dengan lingkungannya sebagaimana yang telah kami jelaskan di solusi pertama tidak hanya dama mengikis sifat individualis dan ego sektoral, namun disisi lain juga dapat menumbuhkan antusiasme untuk menciptakan value agar dapat bersaing dengan lingkungannya. Jika sebagian orang berusaha keras untuk berusaha menangkal masuknya kompetisi dari dampak globalisasi, ini disebabkan ego sektoral dan keinginan untuk mempertahankan kepentingannya agar tidak diambil alih oleh pihak lain. Sekuat apapun kita untuk menangkal dampak globalisasi sebenarnya tetap akan merugikan kita, karena informasi yang mengalir melalui internet bak air bah tidak mudah untuk dapat kita tangkal. Apa korelasinya? Informasi sebenarnya adalah potensi transaksi, kita tidak mungkin dapat menangkal transaksi perdagangan dari maupun ke luar negeri dengan membiarkan informasi dengan mudah diakses oleh warga negara.

Cara terbaik untuk tetap survive di persaingan global, adalah meningkatkan value kita dengan menciptakan daya saing. Baik potensi perdagangan, wisata, ilmu pengetahuan dan teknologi maupun budaya. Coba kita perhatikan, mengapa dinegar-negara maju mereka begitu welcome dengan hadirnya orang-orang asing yang masuk ke negaranya untuk studi, bekerja, ataupun berwisata? Karena hanya dengan memberikan pengalaman secara langsung kepada warga negaranya, yang memberikan pengalaman emosional untuk dapat berkompetisi secara global dengan Negara-negara lain.

Solusi yang kami tawarkan adalah perlunya menciptakan kesadaran bagi setiap WNI bahwa kita adalah bagian dari dunia. Tumbuhnya kesadaran global justru dapat meningkatkan rasa memiliki tanah air Indonesia secara mendalam. Jika sedang jalan-jalan di Korea, saya sering dikira orang dari Jepang, Vietnam, Thailand atau bahkan China, namun dengan rasa nasionalisme yang tinggi saya memperkenalkan diri bahwa saya adalah seorang WNI. Secara tidak sadar, perasaan untuk memperkenalkan potensi tanah air yang kita miliki jadi meningkat dan tumbuh, bahkan menjadikan diri kita sebagai Duta Bangsa yang ingin memperkenalkan apapun yang kita miliki untuk menarik warga Negara lain agar mengunjungi keindahan wilayah tanah air kita.

3. Continuous Improvement

Solusi yang ketiga, adalah penyempurna dua solusi sebelumnya, yaitu kesadaran untuk meningkatkan kemampuan diri secara terus menerus. Pakar ilmu syaraf (neuroscience) Richard Haier dari Universitas California dan Irvine serta Rex Jung dari Universitas New Mexico, Amerika Serikat, menemukan bahwa inteligensi atau kecerdasan yang sering dinyatakan dalam ukuran IQ tidak terpusat pada satu bagian tertentu dari otak, melainkan merupakan hasil interaksi antarbeberapa bagian dari otak. Makin bagus kinerja antar bagian- bagian otak itu, makin tinggi tingkat kecerdasan seseorang (teori parieto-frontal integration). Fungsi dari alat tubuh kita tumbuh karena digunakan, demikian juga dengan semua potensi SDM, SDA dan Tools pembangunan hanya dapat menjadi lebih baik dengan terus dijalankan.

Didalam penggunaannya, harus menghasilkan pengalaman-pengalaman baru dan update pengetahuan yang terus memaksa kita tumbuh dan update dengan zaman. Meskipun bangsa ini punya banya SDM yang cerdas, pekerja keras dan ulet, jika Negara tidak dapat menggunakannya dengan baik, niscaya mereka akan memilih untuk tinggal dinegara maju, agar ilmu dan pengetahuan yang dimilikinya dapat digunakan dengan baik. Jadi, memiliki saja tidak cukup, yang lebih penting dari itu adalah kemampuan kita untuk menggunakan dengan sebaik-baiknya dan dapat memaksa kita untuk tumbuh dan belajar terus menerus setiap waktu.

Penutup

Berdasarkan teori Law of Requisite Variety, kita hanya dapat mengatasi kompleksitas permasalahan dengan pemikiran lebih kompleks dari masalah itu sendiri. Di sebuah organisasi dibutuhkan pemimpin yang dapat menjawab setiap kebutuhan dan permasalahan bawahannya. Adapun permasalahan disebuah Negara dapat teratasi dengan meningkatkan kualitas entitas penggerak sistem bernegaranya, yaitu SDM. Ada 3 solusi yang telah kami tawarkan untuk meningkatkan kompleksitas solusinya, yaitu Membangun SDM berkualitas dengan Pendidikan berbasis Pengalaman, Menciptakan Daya Saing dengan Kompetisi Global dan peningkatan secara terus menerus melalui continuous improvement.

Biografi

Penulis mendapatkan gelar Sarjana Teknik dan Master of Engineering dari Jurusan Teknik Elektro dan Teknologi Informasi, Universitas Gadjah Mada pada tahun 2000 dan 2009. Ia adalah dosen pegawai negeri sipil, mengajar mata kuliah manajemen strategis dan aspek legal, ekonomi dan anggaran teknologi informasi di Magister Teknologi Informasi, Universitas Gadjah Mada.

Saat ini penulis sedang melanjutkan studi doctoral di University of Ulsan, Republic of Korea. Minat studi di bidang robotika, navigasi autonomous dan omnidirectional camera. Disamping aktif riset, penulis juga aktif di beberapa lembaga formal lainnya sebagai Koordinator Personal Development Center Universitas Terbuka Korea Selatan, Director of Education Ulsan Islamic Center dan Dewan Pembina Baburrahmah Ulsan Mosque.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun