Ketika berbicara tentang dua profesi ini, banyak sekali perspektif atau opini yang bermunculan. Mulai dari isu bidan mengeluh bahwa perawat mengambil alih profesi bidan; dan kebalikannya perawat mengeluh dengan adanya bidan desa namun tidak ada perawat desa, dan isu lain dimana bidan tidak boleh mengajar di sekolah keperawatan. Ya kalau boleh saya bilang dua profesi ini saling gengsi untuk menjadi yang terbaik. Sempat saya terpikir mau sampai kapan kedua profesi ini saling berkompetisi.
Disini saya akan berbagi tentang pengalaman saya selama di Bangkok Thailand.
Di Thailand ini tidak ada pemisah antara profesi Bidan dan Perawat. Keduanya bersatu dibawah naungan Konsil Keperawatan dan Kebidanan yang juga mengeluarkan undang-undang keperawatan dan kebidanan sejak tahun 1985. Dari undang-undang ini dibagi menjadi 3 grup yaitu grup perawat, grup bidan, dan grup perawat-bidan. Terus apa perbedaannya dari 3 grup ini?
Perawat artinya individu yang sudah teregistrasi dan mendapatkan surat izin perawat dari Konsil keperawatan dan kebidanan untuk memberikan pelayanan kepada yang sakit, termasuk rehabilitasi, pencegahan penyakit, promosi kesehatan, dan sebagai mitra dokter untuk meberikan pengobatan yang berdasarkan prinsip keilmuan dan seni keperawatan.
Terus bagaimana dengan perawat-bidan? Perawat-bidan ini artinya individu yang sudah teregistrasi dan mendapatkan surat izin perawat-bidan dari Konsil keperawatan dan kebidanan untuk memberikan pelayanan baik sebagai bidan ataupun perawat.
Dari segi pendidikan, perawat dan bidan berada di sekolah yang sama dan satu kurikulum selama 4 tahun untuk program S1. Dan setelah tamat, mereka bisa memilih untuk menjadi perawat atau bidan, atau perawat-bidan. Disisi lain juga, bidan sangat boleh untuk mengajar di sekolah keperawatan. Tidak ada masalah dalam hal ini, dan tidak ada yang saling tubrukan, menyikut, atau saling mendahului antara dua profesi ini di Thailand.
Sehingga muncul dibenak apakah kita perlu meniru sistem di Thailand ini untuk menjadi lebih baik? Mungkin ada baiknya kita untuk bersatu dan berhenti menjaga gengsi.
Â
Salam,
Joko Gunawan, S.Kep.Ners
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H