Mohon tunggu...
Joko Ade Nursiyono
Joko Ade Nursiyono Mohon Tunggu... Penulis - Penulis 34 Buku

Tetap Kosongkan Isi Gelas

Selanjutnya

Tutup

Nature Artikel Utama

Bijak Menangani Sampah Daun

3 Januari 2023   04:51 Diperbarui: 4 Januari 2023   08:00 1402
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi membakar sampah daun. (sumber: PIXABAY/BRIANSTEPHENS00 via kompas.com) 

Membakar mungkin menjadi jalan keluar termudah ketika terdapat sampah daun. Sebagian orang mungkin beranggapan, bila ada sampah daun yang berserakan, membakar adalah solusi tercepatnya.

Sampah daun memang saban hari kita jumpai. Kalau hanya sedikit, sampah daun bisa saja diabaikan. Namun, berbeda bila jumlahnya banyak, melimpah, bahkan tersebar di mana-mana. 

Kondisi yang demikian tentu sangat mengganggu pemandangan, lebih-lebih bila kita jumpai di tengah kota. 

Pastinya, setiap waktu, ada saja petugas pembersih sampah yang datang, menyapu atau memungutinya, lalu membuang atau membakarnya. Sungguh sebuah kenyataan yang tidak terhindarkan.

Di sepanjang perjalanan menuju tempat kerja, kita mungkin sering melihat beberapa orang yang sedang kerja bakti membersihkan sampah, termasuk sampah daun yang bersumber dari ranting atau batang pohon yang dipangkas. 

Timbulan sampah daun itu kemudian diangkut, dibuang dalam tumpukan bercampur dengan sampah plastik dan yang lain. Lantas, lagi dan lagi, biasanya dibakar.

Sadarkah kita bahwa membakar sampah daun adalah tindakah yang salah dan tidak baik bagi lingkungan?

Menurut keterangan dari Taste of Home yang saya peroleh dari berita Kompas edisi Rabu (3/2/2021), membakar sampah daun memiliki beberapa risiko yang tidak baik. 

Risiko tersebut di antaranya berpotensi menjadi polutan yang mengganggu pernafasan hingga risiko yang paling besar menyebabkan kebakaran dan kecelakaan.

Ternyata, hasil pembakaran sampah daun menghasilkan partikulat yang apabila terhirup dan masuk dalam sistem pernafasan akan menyebabkan nafas terganggu. 

Selain itu, polusi asap hasil pembakaran sampah daun menghasilkan percikan-percikan api yang apabila terbawa angin, memungkinkan untuk menjadi pemicu kebakaran lingkungan sekitar.

Tidak hanya itu, tentu masih hangat dalam ingatan kita mengenai kejadian sekitar September 2022 lalu. 

Asap yang ditimbulkan oleh pembakaran sampah bahkan menyebabkan kecelakaan beruntun di kilometer 253 Tol Pejagan-Pemalang. 

Padahal posisi proses pembakarannya lumayan jauh dari jalan tol, tetapi karena hempasan angin, partikulat padat asap secara nyata mengganggu penglihatan para pengemudi hingga akhirnya terjadi kecelakaan beruntun.

Dipendam saja

Sebetulnya dampak tersebut bisa diantisipasi bila sampah daun ditangani dengan baik dan benar. Mengingat daun merupakan sampah organik yang lebih mudah terurai daripada sampah plastik. 

Sampah daun cukup dikumpulkan, kemudian dipendam dalam tanah, maka tidak perlu ada asap yang mengepul sampai berefek buruk pada kesehatan dan lingkungan.

Pupuk kompos

Bagi yang hobi memelihara tanaman hias, sayur, atau urban farming, sampah daun juga dinilai bagus untuk dijadikan bahan pupuk kompos tanaman. 

Dengan menyampurkan sampah daun dengan sampah organik rumah tangga lain, seperti kulit pisang, kulit telur, dan sisa sayuran, sebuah pupuk kompos dengan bisa dipakai untuk menyuburkan tanah-tanah pekarangan, atau tanaman hias dan sayur di sekitar rumah. 

Selain bisa menyuburkan tanah, pupuk kompos berbahan sampah daun juga dapat meningkatkan daya ikat tanah terhadap air. Dengan demikian, tanah akan lebih lama untuk menyimpan air sehingga sangat mendukung kesuburan tanah.

Sungguh mudah bukan menangani sampah daun? Mau mudahnya, cukup dipendam dalam tanah, kalau mau sedikit bermakna, sampah daunnya dijadikan sebagai pupuk kompos. 

Sudah saatnya kita sadar bahwa sampah daun bukanlah sampah yang membahayakan lingkungan. 

Cukup dengan 2 langkah sederhana, kita telah menjadi penyelamat lingkungan sekaligus penyelamat kesehatan dan keselamatan orang di sekitar kita.

Salam

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun