Kita pahami bahwasannya yang hingga kini terancam kemiskinan adalah mereka yang tepat berada atau di sekitar garis kemiskinan. Apabila inflasi suatu saat meningkat, garis kemiskinan akan naik yang berakibat mereka yang tadinya tepat berada atau di atas sedikit dari garis kemiskinan masuk dan sekaligus menambah jumlah masyarakat miskin.
Kalaupun dikatakan oleh YLKI bahwa rokoklah yang menyebabkan miskin. Wah, perlu dibedah lebih jauh soal jumlah penduduk yang merokok aktif. Pun, mereka semestinya juga menyediakan data penduduk yang merokok aktif dan menjadi pelanggan listrik 900 VA. Beberapa data seperti inilah yang bila ada akan menguatkan opini mereka.
Hemat listrik, negara dinilai mampu menghemat anggaran hingga 24 miliar per tahunnya. Dan dana sebesar itu katanya sih untuk membangun pembangkit-pembangkit listrik di daerah terpencil, khususnya wilayah timur Indonesia.
Pemikiran semacam ini memang positivism paradigm jangka panjang pemerintah yang tentunya perlu untuk dikawal. Yang penting satu hal, bahwa pemerintah sudah seharusnya mendesain perencanaan mendalam sebelum membuat sebuah kebijakan. Sebab ini menyangkut hajat hidup banyak orang dan termaktub dalam Undang-Undang 1945 pasal 33. Kejahatan terbesar manusia adalah jika kebijakannya mengorbankan kehidupan sesamanya.(*)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H