Selepas lomba karnaval tak lantas membuat desa ini sepi. Sore harinya, tepatnya sekitar jam 3 sore, di lapangan Desa Gerbo terdapat pesta rakyat yang biasa disebut dengan kesenian Ujung. Sebenarnya kesenian ini merupakan seni tarian meminta hujan dan tari selamatan desa, tetapi masyarakat Gerbo senantiasa memperlombakannya. Pesertanya pun dari berbagai daerah, biasanya dari Desa Sumber Pitu, Desa Ngembal, Desa Gerbo sendiri, Desa Tutur dan Desa Pogal.
Dalam kesenian Ujung, dua orang peserta yang ikut serta diberi sebuah alat pemukul yang terbuat dari tanaman penjalin kemudian beradu dengan iringan gamelan Reyog Ponorogoan. Aturan permainannya pun cukup menarik, seorang peserta disepakati mendapatkan poin apabila ia mampu melepaskan pukulan ke lawan dan pantulan ujung penjalin mengenai punggung lawannya. Oleh sebab itulah maka diberi nama Ujung. Unik bukan?.
Desa Gerbo, sebuah desa yang memesona bagi setiap insan yang berkunjung. Memberikan kesan dan pesan yang tak terlupakan sebagai bingkisan terindah dalam ingatan. Desa ini begitu sekaligus memberikan kabar baik untuk Indonesia, bahwa masih ada yang peduli untuk melestarikan budaya dan menekuni kearifan lokal. Desa Gerbo seakan menjadi lahan inovasi daerah yang tiada henti, menginspirasi dan memotivasi untuk tetap menonjolkan identitas budaya nasional sekaligus melestarikanya. Melalui ragam budaya dan kearifan lokal, Desa Gerbo mampu menuang suatu masyarakat yang berkualitas dan bernasionalisme tinggi. Gerbo akan tetap menjadi miniatur budaya Indonesia. Kini, hingga nanti.
Artikel ini diikutsertakan pada Kompetisi Menulis Blog Inovasi Daerahku -https://www.goodnewsfromindonesia.id/competition/inovasidaerahku
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H