Mohon tunggu...
Joko Ade Nursiyono
Joko Ade Nursiyono Mohon Tunggu... Penulis - Penulis 34 Buku

Tetap Kosongkan Isi Gelas

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Gerbo, Miniatur Budaya Indonesia

27 Agustus 2016   18:02 Diperbarui: 27 Agustus 2016   19:33 377
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Selain dikenal ramah, masyarakat Gerbo juga dikenal sebagai masyarakat yang tidak gengsi dalam hal merawat kebudayaan. Dalam mengikuti lomba karnaval, mereka rela mencorat-coret muka dan tubuh mereka untuk sekadar menarik bagi penonton dan tentunya menarik bagi panitia.

Aneka bentuk kreativitas dan inovasi peserta lomba karnaval Gerbo, dok.pri
Aneka bentuk kreativitas dan inovasi peserta lomba karnaval Gerbo, dok.pri
Meski masyarakat Gerbo tidak begitu heterogen dari segi budaya, adat, suku dan agama, tetapi pada waktu perlombaan karnaval, mereka juga menunjukkan keberagaman yang ada di Indonesia ini melalui aksesori dan genre karnaval yang dibawakan. Hal ini menunjukkan bahwa Desa Gerbo merupakan patut dijadikan sebagai miniatur persatuan dalam keberagaman Indonesia. Indonesia dari desa aku menyebutnya.

Peserta karnaval anak-anak, dok.pri.
Peserta karnaval anak-anak, dok.pri.
Tak hanya diikuti oleh masyarakat kalangan dewasa, lomba karnaval Desa Gerbo juga diikuti oleh kalangan anak-anak dan pelajar. Panitia lomba karnaval memberikan kriteria kerapian dan keindahan sebagai salah satu unsur penilaian pemenang dalam lomba ini. Dengan demikian, seluruh peserta dalam setiap kontingennya selalu berbanjar, berbaris dan berjalan secara rapi dan beriringan satu dengan yang lain. Seni dan budaya yang disuguhkan oleh setiap kontingen begitu indah dan full color sehingga mencuri perhatian penonton.

Muda-mudi pun tampak bersemangat di dalam menjadi kontingen bergenre kesenian dalam karnaval. Seperti seni jaranan, seni pencak silat, bantengan dan macanan, serta seni Senterewe. Seni jaranan, mungkin kita sudah tahu, merupakan salah satu kesenian khas Jawa Timur. Seni ini dimainkan oleh laki-laki atau perempuan yang menggunakan anyaman bamboo berbentuk kuda dan penunggangnya menggunakan sebuah cambuk atau disebut pecut. Pakaiannya pun beragam dan berbagai versi. Nama lain dari kesenian ini adalah Kuda Lumping.

Kemudian kesenian pencak silat, kesenian ini menampilkan berbagai jenis jurus dalam dunia persilatan yang ada, tumbuh serta berkembang di Desa Gerbo. Kesenian ini juga menampilkan bantengan, yaitu kesenian yang menggunakan kayu berbentuk kepala banteng dan dimainkan oleh dua orang, yang satu memainkan kepala banteng, yang satu memainkan bagian ekornya. Termasuk pula kesenian macanan, kesenian ini menampilkan seseorang yang mengenakan baju loreng dan kepala harimau yang terbuat dari kayu. Biasanya dituntun dengan sebuah kayu oleh dua orang. Ada juga kesenian Senterewe, nah kesenian ini adalah salah satu kesenian tertua di Desa Gerbo. Kesenian ini sebenarnya merupakan varian dari Kuda Lumping. 

Bedanya, kesenian Senterewe mengkolaborasikan antara kesenian Reyog Ponorogo dengan kesenian Kuda Lumping. Dalam penampilannya, Senterewe selalu membuat penonton ketakutan karena anti dengan siulan. Apabila terdapat penonton yang bersiul, maka yang kesurupan berlari mengejar si pelaku. Senterewe biasanya merupakan kontingen yang berasal dari Dusun Pager Gunung. Selain itu, kesenian ini ditandai dengan atraksi caplokan—sebuah wajah murka yang terbuat dari kayu dan dimainkan dengan kedua tangan—dan memakan bunga mawar atau bunga wangi lainnya.

Dengan iringan gamelan Jawa, para peserta tampak berhias senyum saat terpotret kamera. Lomba karnaval ini sungguh menjadi kabar baik bagi Indonesia, bahwa masih banyak generasi muda yang peduli terhadap budaya bangsa dan kelestariannya.

gambar-4-57c166dfdd937373679dabaf.png
gambar-4-57c166dfdd937373679dabaf.png
Kesenian Jaranan, Pencak Silat dan Bantengan, Macanan serta Senterewe, dok.pri.

Berbeda dengan festival atau parade, berbagai bentuk seni dan kreativitas masyarakat Gerbo memang untuk diperlombakan. Dengan demikian, setiap kontingen diharapkan menyuguhkan performance terbaiknya selama arak-arakan keliling Desa Gerbo berlangsung. Selain ada yang pembawaannya serius-serius, ada juga peserta yang pembawaannya sekadar ikut berpatisipasi dan meramaikan saja, misalnya kontingen bergenre dunia sihir atau fantasi dan horor.

Peserta lomba karnaval kategori fantasi dan horor, dok.pri.
Peserta lomba karnaval kategori fantasi dan horor, dok.pri.
Tak mau ketinggalan, setiap sebelum atau bersamaan dengan lomba karnaval, masyarakat Gerbo juga mengadakan tradisi Selamatan Desa atau Grebeg Desa. Tahun ini, acara tersebut kembali digelar bersamaan dengan lomba karnaval. Tradisi ini merupakan tradisi kuno yang menampilkan arak-arakan hasil bumi dan barang-barang olahan diiringi oleh alunan Sholawat Nabi saw dan Hadroh yang dikolaborasikan dengan kendang serta jidor. Mirip sekali dengan kesenian khas Gerbo, yaitu Terbang Rudat yang terkenal hingga mancanegara.

Grebeg Desa Gerbo dalam lomba karnaval, dok.pri.
Grebeg Desa Gerbo dalam lomba karnaval, dok.pri.
Kreatif itu perlu, tetapi inovatif juga tak boleh terabaikan. Kali ini, kaum ibu-ibu juga ikut andil dalam perlombaan karnaval. Mereka menampilkan berbagai rona dan macam busana kreatif juga lho…ada yang berbentuk kupu-kupu, bunga, hewan merak, dan sebagainya. Berjalan pelan dan manis sehingga sangat bagus bila dipandang. Sorak-sorai penonton pun begitu riuh menyaksikannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun