Mohon tunggu...
Joko Ade Nursiyono
Joko Ade Nursiyono Mohon Tunggu... Penulis - Penulis 34 Buku

Tetap Kosongkan Isi Gelas

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Analisis Time Series Perlu Dipertanyakan

23 Juni 2014   18:25 Diperbarui: 18 Juni 2015   09:34 1622
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam bidang penelitian ilmiah, biasanya banyak peneliti yang menggunakan data runtun waktu atau time series. Kebanyakan penelitian yang menggunakan data runtun waktu berasal dari dua sumber, yaitu data primer yang didapatkan secara mandiri dengan melakukan penelitian langsung di lapangan dalam waktu tertentu dan data sekunder yang didapatkan dari instansi pemerintah atau dinas tertentu dalam periode waktu tertentu.

Data runtun waktu memang memiliki kelebihan dan kekurangannya. Kelebihan data runtun waktu adalah kemampuannya dalam mengestimasi, meramal dan memperkirakan nilai data pada periode berikutnya berdasarkan data sebelumnya. Selain itu, data runtun waktu juga dapat digunakan untuk memperkirakan data waktu sebelumnya dengan data runtun waktu yang telah tersedia. Inilah salah satu analisis yang biasa dipakai oleh para ekonom dan penelitian ilmiah hingga saat ini.

Tetapi, ada satu permasalahan yang perlu dibahas mengenai penggunaan data runtun waktu ini, khususnya bagi peneliti yang menggunakan data runtun waktu sekunder. Sebab, para peneliti seharusnya mengetahui dan mengerti data runtun waktu yang mereka dapatkan. Mereka tidak bisa langsung memakai data tersebut tanpa mengetahui bagaimana metodologi perolehan data runtun waktu tersebut didapatkan oleh instansi terkait penelitian. Selama ini, para peneliti mungkin berasumsi bahwa data runtun waktu yang mereka gunakan didapatkan dengan metodologi yang konsisten setiap periodenya, tetapi perlu diketahui bahwa hal tersebut mungkin belum tepat sepenuhnya.

Misalnya jika penelitian menggunakan data inflasi yang bersumber dari Badan Pusat Statistik (BPS). Data inflasi memang sangat sering digunakan oleh para peneliti dalam bidang ekonomi untuk melakukan peramalan atau mengukur sebab-akibat dari suatu fenomena perekonomian. Namun, perlu diketahui, bahwa data inflasi BPS itu berdasarkan tahun dasar yang berbeda-beda setiap periodenya, misal tahun 2000 = 100, 2007 = 100, 2010 = 100, dan bisa pada tahun yang lainnya. Selain itu, dalam mendapatkan angka inflasi tersebut, komoditas yang terkadung dalam Survei Biaya Hidup (SBH) untuk menentukan Indeks Harga Konsumen (IHK) dan kemudian diolah menjadi angka inflasi, itu terdapat barang dan tempat yang menjadi fokus pengamatan data harga berbeda-beda setiap tahunnya. Meskipun dalam hal metodologi, BPS sangat konsisten, tetapi dalam hal komposisi terlihat ada berbedaan sehingga sangat dihimbau kepada para peneliti yang menggunakan data runtun waktu untuk mempertimbangkan masalah ini.

Data sekunder dalam hubungannya dengan analisis runtun waktu memang terlihat ada suatu ulasan yang belum dibahas. Yaitu adanya perbedaan metodologi dalam perolehan angka suatu statistik setiap periodenya. Suatu instansi yang biasanya mengeluarkan angka yang sama, misal BPS dan Bank Indonesia yang sama-sama mengeluarkan angka Inflasi, nah ini juga harus mempertimbangkan dan dipertanyakan apakah setiap angka pada setiap periodenya menggunakan metodologi yang konsisten atau tidak.

Selain itu, ada juga dua instansi yang sama-sama mengeluarkan angka statistik (yang sama) tetapi nilainya berbeda, yang satu 0,96 dan yang satu 0,89 misalnya. Nah, ini selanjutnya untuk dapat dipublikasikan biasanya keduanya melakukan konsolidasi untuk mendapatkan angka tunggal (unik) untuk publikasi kepada umum. Ini, jika tidak diketahui oleh peneliti yang menggunakan data runtun waktu bisa menjadi berbahaya, sekalipun model runtun waktu yang ia dapatkan dalam hasil penelitiannya sangat ramping dan idealis untuk digunakan sebagai instrumen peramalan angka periode selanjutnya. Tahun 2000 angkanya dari instansi A, tahun 2001 angkanya dari instansi B, dan seterusnya.

Jika terdapat asumsi, tetapi dalam kebanyakan literatur adalah asumsi pemodelan runtun waktu itu sendiri. Sementara mengenai bagaimana asal-usul angka dalam data tersebut masih dipertanyakan. Inilah kendala bagi peneliti yang menggunakan data runtun waktu sekunder sementara ia tidak mau mengerti bagaimana data atau angka statistik dalam data runtun waktunya diperoleh, apakah metodologinya sudah konsisten setiap waktunya ? apakah terdapat angka hasil konsolidasi ?. Ini yang seharusnya diketahui oleh peneliti.

Bukan sekedar memodelkan hingga model penelitiannya ideal dan sempurna, tetapi tidak mengerti historis datanya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun