"Sudah, jangan bersedih, ini memang takdirmu, lee..."
"Iya, Kek"
Lalu mulailah ku bertanya mengenai peristiwa mencekik dan mencekam yang sesampainya dan seteganya ibuku pun menjadi korban letupan senjata dan bantaian benda tajam dan tumpul.
"Sebenarnya kenapa ibuku dibunuh, Kek?, apakah Kakek mengetahui?"
"Begini, lee. Di negara ini sekarang ada peristiwa besar perebutan kekuasaan yang dilakukan oleh sekelompok orang yang disebut Partai Komunis Indonesia atau PKI, lee. Selama itu, sebelum menjadi kelompok yang besar, mereka melakukan gerakan menjaring kader dan anggota kelompok mereka supaya menjadi kelompok yang banyak. Nah, caranya salah satunya adalah dengan membagi-bagikan sembako seperti beras yang kemarin sore telah terjadi di kampung kita. Para pemberi sembako itu sembari membawakan penerima sembako sebuah kertas guna diisi dan ditandatangani sebagai tanda bukti serah-terima sekilogram beras itu. Sebenarnya, penerima tidak punya salah apapun kepada negara, wong mereka sebenarnya tidak mengerti seluk-beluk pembagian beras itu untuk apa, karena semua butuh beras untuk makan, ya sudah, kebanyakan masyarakat menerima bantuan itu,lee. Termasuk menantuku dan istriku. Mereka kini sudah dikubur secara masal oleh oknum-oknum algojo militer negara ini, lee."
"Oh, begitu ya, Kek"
"Tapppi..."
"Tapi apa lee.."
Tapi ibuku sudah tiada, Kek. Aku masih butuh seorang ibu, aku masih belum siap ditinggal ibuku, Kek."
Aku pun menangis kembali dalam kemakluman seekor anak ayam yang kehilangan induknya. Dengan tangannya yang kasar, kakek itu memegang tanganku, ia mendekatiku dan memelukku. Ia menangis bersamaku.
PKI, sebuah singkatan yang bermakna kebiadaban sifat kanibalis manusia, kebuasan manusia sebab menuruti kebinatangannya demi kekuasaan. Orang tak bersalah harus mengalah dengan merelakan nyawanya menyala oleh api kebengisan merajalela. Penuh hasutan dan kebohongan, seolah masuklah manusia kala itu dalam kejahiliyahan zaman purba.