Mohon tunggu...
Joko Ade Nursiyono
Joko Ade Nursiyono Mohon Tunggu... Penulis - Penulis 34 Buku

Tetap Kosongkan Isi Gelas

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Terfitnah PKI, Ibuku Melayang Ku Bersedih

5 Juli 2014   04:17 Diperbarui: 18 Juni 2015   07:26 88
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Kenapa ??!....kenapa kau bunuh ibuku ? ibuku tak besalah apa-apa kepadamu !"

"Ibumu adalah antek PKI !..."

"mana ??!!....mana buktinya ??, mana ?!!!..."

Seorang lelaki, aku memang terlihat tampak tegas bertanya alasan pembunuhan ibuku. Aku tak mau hidup sendiri, aku belum siap ditinggal ibu, aku belum siap....

"Inilah bukti bahwa ibumu adalah antek PKI !!..., jadi diamlah !..."

Selembar kertas catatan lusuh dan kusam berisi daftar penerima sekilogram beras dari PKI mereka tunjukkan kepadaku yang masih terbata-bata membaca tulisan ini. Di dalam kertas itu memang ada tanda tangan ibuku dan sejumlah warga kampung yang juga dibantai habis dihiasi bangunan yang diluluh lantakkan, rata dengan tanah !..

"Apakah hanya karena ini, engkau membunuh ibuku ?"

"Iya !..., sudah !, ini tugas pimpinan kami !, jadi diamlah !.."

Lalu ku terbawa oleh mereka dalam sebuah mobil tronton yang hijau loreng coraknya. Ku menuju sebuah markas besar yang didalamnya berisi manusia-manusia yang berlogat tegas, lugas, dan penuh hormat. Aku didudukkan di sebuah kursi terbuat dari bambu depan markas itu. Tak ternyana, aku bertemu seorang kakek tua yang juga senasib denganku, umurnya yang sangat tua, berkopyah hitam terpasang miring ke kanan. Ia pun segera tersenyum kepadaku, meskipun giginya hanya tinggal satu.

"Lho, lee...kamu dibawah pak Kentara ke sini juga, toh ?" (Kentara = Tentara)

"Iya, Kek. Ibu saya sudah mereka bunuh, Kek. Sekarang saya tinggal sebatang kara, Kek."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun