Mohon tunggu...
Joko Ade Nursiyono
Joko Ade Nursiyono Mohon Tunggu... Penulis - Penulis 34 Buku

Tetap Kosongkan Isi Gelas

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Metode Mengurangi Kasus Pelecehan Seksual Pelajar

18 Juli 2014   20:41 Diperbarui: 18 Juni 2015   05:57 54
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Maraknya kasus pelecehan seksual di kalangan pelajar membuat kualitas pendidikan Indonesia dipertanyakan. Kualitas yang dimaksud tidak hanya dari pelajarnya tetapi juga dari kualitas pengajarnya. Guru yang selama ini sebagai sumber ilmu yang menjadi panutan dan media perantara ilmu kepada generasi muda malah ada yang menjadi oknum-oknum pengajar ilmu tak senonoh kepada siswa didiknya.

Ini musibah kedepannya, sebab fenomena seperti itu akan berdampak buruk pada psikis siswa didik juga pada orang tua terhadap kepercayaannya kepada tenaga pendidik (guru). Beberapa waktu yang lalu, masyarakat digemparkan oleh kasus Jakarta International School (JIS). Sebenarnya kejadian pelecehan bahkan penca**lan siswa didik sudah sering terjadi, hanya saja yang tersorot media hanya kasus JIS saja, maklum sekolah ternaman gitu lhoo.... Tetapi jika ditelusuri dengan cermat, kasus semacam JIS banyak terjadi di berebagai daerah. Hal ini sangat terpaut dengan peranan teknologi infomasi yang semakin membuka secara bebas segala hal yang ada di dunia ini, baik yang positif maupun yang negatif. Salah satu contohnya adalah maraknya media maya yang mengandung konten por*o dan diakses di seluruh Indonesia ini (bisa lihat ulasannya disini).

Situasi dan kondisi seperti inilah yang sebenarnya menjadi urgensi pemerintah menciptakan sebuah sistem pendidikan yang efisien, ramping dan praktis, baik bagi guru, maupun siswa didik dan orang tua, sistem pendidikan tersebut adalah home school atau media electronic learning. Dengan media ini siswa tidak harus belajar di sekolah untuk menghindari kejadian yang serupa dengan JIS, selain itu pengawasan orang tua juga sangat diharapkan dapat berperan penuh dalam menemani anaknya dalam belajar, sementara materi pembelajaran secara tersistem bisa diberikan melalui media elektronik. Seperti yang diimplementasikan di Australia, program home school ini tampak terlihat efektif selain itu mampu menjangkau siswa didik yang rumahnya sangat jauh dari sekolah.

Dampak dari penggunaan home school dapat memangkas anggaran pendidikan untuk infrastruktur bangunan sekolah sehingga bisa dialokasikan pada anggaran pembangunan sistemnya saja. Selain itu, metode ini diharapkan dapat mencegah dan sekaligus mengurangi jumlah kasus pelecehan seksual terhadap anak atau siswa didik di Indonesia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun