Mohon tunggu...
Joko Ade Nursiyono
Joko Ade Nursiyono Mohon Tunggu... Penulis - Penulis 34 Buku

Tetap Kosongkan Isi Gelas

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Adab Memberi Salam kepada Orang Lain

2 Agustus 2014   14:21 Diperbarui: 18 Juni 2015   04:37 444
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebagai sesama manusia, sudah semestinya kita saling mencintai dengan menebar keselamatan. Menebar keselamatan pada umumnya bisa kita ucapkan dengan berbagai bentuk kalimat dan bahasa, "Selamat pagi", "Assalamu'alaikum", "Salam sejahtera", dan kalimat salam yang lainnya.

Tetapi, memang pada realitanya setiap diri manusia memiliki kepentingan atau urusannya sendiri-sendiri sehingga membuat kita untuk selalu berhati-hati dan beradab dalam menyampaikan salam kepada orang lain. Dalam konteksnya, kita mau tidak mau harus membedakan kondisi tertentu terkait dengan waktu kita mengucapkan salam kepada sesama. Kita tidak semestinya mengucapkan salam sementara konteksnya berbeda, kondisinya beda, waktunya beda, atau aspek yang lainnya.

Terkadang atau bahkan sering kita mengucapkan salam (keselamatan) kepada orang lain atau khalayak malah tak digubris atau orang lain malah tidak merespon, atau tidak menjawab salam kita. Nah, tentu dalam kondisi seperti ini, hati kita terasa "ada yang kurang", tidak enak, kurang mantap, yang cenderung mengubah suasana hati kita sebagai pihak pemberi salam (keselamatan) kepada orang lain atau khalayak. Hal semacama ini perlu kita cermati dari diri kita terlebih dahulu. Sebab, kondisi tersebut memang sangat kurang pas bagi kita untuk mengucapkan salam kepada orang lain atau khalayak. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh kita sebelum mengucapkan salam (keselamatan) kepada orang lain atau khalayak.

Lihat terlebih dahulu kondisi ruangnya, apakah sedang ramai, semua orang berbincang sendiri, atau kalau seorang (individu) sedang serius melakukan pekerjaannya, misal sedang menelpon, sedang sms-an, sedang membenahi sesuatu yang rusak. Nah, pada kondisi ini, jika kita memberi salam dan tidak terespon, ya kita sendiri yang patut disalahkan, sebab kondisinya belum nyaman atau tenang bagi orang lain untuk menyediakan kesempatan menjawab salam kita. Jika dari kita sedang berpidato, guru akan menerangkan sesuatu kepada murid, atau seorang pendakwah akan bertausiyah, maka diamati dulu kondisinya, kalau tidak kondusif, maka berdiamlah, ambil waktu agar khalayak senyap akibat tindakan kita adalah diam, guru juga begitu, kelas yang gaduh dapat kita kondusifkan dengan berdiam diri, lihat semua murid, dengan demikian kita akan membuat aura ruangan menjadi eksklusif  untuk kemudian memberi salam.

Selain itu, kita juga hendaknya melihat Kondisi apakah orang lain sedang berkendaraan atau tidak. Jika orang lain berkendaraan dengan laju kencang, sebaiknya kita tidak mengucapkan salam, percuma orang tersebut tidak akan mendengar salam kita, kecuali kalau sedang pelan, tetapi kita hendaknya mengucapkannya dengan lantang agar terdengar untuk mendapatkan responnya.

Jadi, misalnya salam kita tidak dijawab, tidak digubris, tidak diperhatikan, maka hendaknya kita koreksi dulu apakah kondisi saat itu sudah pantas dan pas bagi kita memberi salam kepada orang lain.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun