Mohon tunggu...
Joko Ade Nursiyono
Joko Ade Nursiyono Mohon Tunggu... Penulis - Penulis 34 Buku

Tetap Kosongkan Isi Gelas

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Statistika : Mengenal Alpha dan Beta dalam Memutuskan Perkara

10 Agustus 2014   21:51 Diperbarui: 4 April 2017   17:14 12476
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Salam Statistika !

Lama tidak posting tulisan mengenai Statistika, kali ini saya akan mencoba menjelaskan mengenai apa yang biasa kita sebut dengan kesalahan jenis I dan kesalahan jenis II dalam Statistika. Tentu, mungkin bagi orang yang tidak mengenal Statistika, tidak akan begitu tertarik atau bisa jadi bertanya-tanya mengenai kedua hal ini. Tetapi, tidak masalah, Anda bisa belajar  Statistika mulai dari awal pada artikel saya sebelumnya.

OK. Pertama adalah mengenai kesalahan jenis I. Dalam Statistika, kesalahan jenis I ini disimbolkan dengan a (alpha). Kesalahan jenis I ini merupakan kesalahan sebab menolak hipotesis nol (H0), padahal Ho tersebut benar. Artinya, nilai alpha tersebut merupakan besarnya peluang kita salah dengan memutuskan untuk menolak hipotesis nol penelitian.

Sementara itu, kesalahan jenis II atau biasa disimbolkan dengan beta merupakan kesalahan yang terjadi akibat kita memutuskan untuk menerima hipotesisi nol (Ho), padahal Ho tersebut salah. Artinya, nilai beta tersebut merupakan besarnya peluang kita salah dengan memutuskan untuk menerima hipotesis nol penelitian.

Lantas, kenapa sih yang selalu dipakai acuan dan menjadi fokus dalam penelitian adalah kesalah jenis I atau alpha ?. Mungkin sebagian belum mengetahui mengapa kok harus alpha yang diutak-atik dan ditentukan sekecil mungkin oleh peneliti atau berdasarkan penelitian terkait sebelumnya ?.

Ilustrasinya begini, kita misalnya seorang hakim dalam pengadilan yang hendak memutuskan suatu perkara yang serius, misalkan saja perkara pencurian ayam. Ejawantahkan bahwa si terdakwa adalah Ho nya, lalu coba kita aplikasikan keputusan dengan melakukan kesalahan jenis I. Bahwa kita memutuskan menghukum terdakwa, padahal sebenarnya terdakwa tidak bersalah (pihak yang benar).

Kemudian, dengan alur yang sama, namun kita melakukan kesalahan jenis II. Kita tidak menjatuhkan hukuman terhadap terdakwa, padahal (meskipun) terdakwa itu sebenarnya salah (benar-benar mencuri ayam).

Nah, keputusan kita dengan kesalahan jenis I tampak tidak manusiawi jika dibandingkan dengan keputusan kita dengan kasalahan jenis II. Oleh karena itu, para ahli Statistika memutuskan untuk lebih fokus pada kesalahan jenis I (alpha), bukan kesalahan jenis II (beta), sekaligus memperlihatkan bahwa alpha dalam Statistika itu lebih tidak manusiawi daripada beta.

Artikel terkait bisa dibaca disini

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun