Mohon tunggu...
Joko Ade Nursiyono
Joko Ade Nursiyono Mohon Tunggu... Penulis - Penulis 34 Buku

Tetap Kosongkan Isi Gelas

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Perencanaan Finansial Menuju Keluarga Sakinah

8 September 2014   01:58 Diperbarui: 18 Juni 2015   01:21 604
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Lantas, bagaimana mengukur baik tidaknya perencanaan finansial dalam memenuhi kebutuhan dan keinginan dalam sebuah keluarga atau pasangan yang akan berencana membentuk keluarga ?. Pada fase awal inilah, perencanaan finansial pun juga memiliki indikator, yakni indikator yang mampu mengukur apakah perencanaan finansial yang telah dirancang dengan deskripsi gambar berikut.

[caption id="attachment_357805" align="aligncenter" width="493" caption="Indikator Perencanaan Finansial, sumber foto : Dok. Penulis"]

14100885041875717053
14100885041875717053
[/caption]

Menurut gambar tersebut, jelas terlihat bahwa keberhasilan perencanaan finansial sebuah keluarga atau calon pasangan ditentukan oleh kondisi pengeluaran dan pendapatan. Kondisi dikatakan baik apabila besar pengeluaran lebih kecil daripada pendapatan sehingga bila terjadi kelebihan senilai tertentu (sisa) maka dapat dialokasikan kepada tabungan (saving) atau alokasi kebutuhan tak terduga, misalnya menjenguk orang yang kecelakaan, melayat orang yang meninggal, menabrak orang, dan kejadian lainnya. Restriksi lain berdasarkan gambar tersebut juga memunculkan perlunya pertimbangan apakah kelebihan dari pengeluaran tersebut sebaiknya ditabung atau diinvestasikan. Hal ini harus diperhatikan betul dalam perencanaan finansial, terutama bagi kepala rumah tangga atau calon pasangan. Sedikitnya terdapat dua kondisi pokok terkait keputusan apakah kelebihan pengeluaran untuk ditabung atau diinvestasikan. Saat suku bunga rendah (turun) dan terjadi kenaikan harga sekelompok barang dan jasa atau inflasi, maka nilai tabungan akan kalah dengan inflasi serta suku bunga, artinya berapapun jumlah aset atau kelebihan yang akan ditabung, maka hasilnya tidak akan baik sebab jumlah tabungan dirugikan oleh lama waktu menabung. Selain itu, dalam menabung juga harus memperhatikan sistem yang berada pada bank apakah terdapat bunga atau tidak. Hal ini disebabkan bunga yang notabene merupakan sejumlah tambahan atau beban bagi nasabah yang memerlukan, entah itu melakukan transaksi peminjaman entah transaksi menabung. Meskipun menurut para ulama ahli ilmu fiqih dalam Islam baik klasik maupun ulama kontemporer mengatakan bahwa bunga bank memiliki perbedaan pendapat (khilaf bainal ulama') di antara para ulama. Namun, seyogyanya diharapkan dalam menabung pun pemilihan bank hendaknya bersistem syariah supaya lebih menjamin kehalalan dan keamanan aset kekayaan atau kelebihan tersebut.

Sementara itu, untuk keputusan menginvestasikan kelebihan pengeluaran juga harus dilakukan dengan hati-hati. Meskipun investasi pada dasarnya merupakan bentuk akselerasi aset kekayaan senilai uang dengan besaran tertentu, namun hendaknya dipastikan dahulu mengenai Return of Investasi (ROI) - nya. Jika nilai ROI lebih kecil daripada inflasi maka keputusan berinvestasi terbilang tepat, namun sebaliknya bila ROI lebih kecil daripada inflasi maka berdampak menaikkan suku bunga sehingga keputusan untuk berinvestasi kurang tepat.

Kedua kendala, baik tabungan maupun investasi sama-sama menjadi kunci pokok dalam perencanaan finansial dalam mengatur dan memanajemen keuangan keluarga di masa depan. Sebab, kedua kunci tersebut mengandung risiko sehingga menambah dorongan dibutuhkannya perencanaan finansial untuk meminimalisir hal-hal yang merugikan keuangan keluarga. Oleh karena itu, dalam tahapan selanjutnya perlu diketahui mengenai fungsi perencanaan finansial, tujuan perencanaan finansial, dan bagaimana mengeksekusi perencanaan finansial yang telah dirancang.

Fungsi perencanaan finansial khususnya dalam keluarga atau menuju membentuk sebuah keluarga, yaitu (1) untuk mengelola keuangan untuk mencapai tujuan yang diinginkan di masa depan. Dalam hal ini, pengelolaan keuangan pun diharapkan sesistematis mungkin supaya tidak terjadi tata kelola yang amburadul sehingga tidak mampu mengidentifikasi kerugian; (2) untuk mengatur alokasi rencana penerimaan dan besarnya pengeluaran. Pengeluaran yang sifatnya tidak bermanfaat atau kurang perlu sebaiknya dipangkas semaksimal mungkin agar sisanya dapat dialokasikan pada keperluan lain yang lebih utama dan bermanfaat; (3) untuk menata pengelolaan keuangan lebih rinci atau detail. Dengan merancang pengeluaran dan penerimaan secara detail, berarti secara langsung akan mampu mendeteksi tingkat kerugian finansial lebih akurat dan lebih nyata; (4) untuk menjaga konsistensi pengeluaran dan penerimaan secara konstan, teratur, dan bijaksana.

Fungsi perencanaan finansial tersebut selanjutnya akan menjadi instrumen untuk mencapai tujuan finansial. Berdasarkan waktunya, tujuan perencanaan finansial terbagi menjadi 3, yaitu : (1) untuk menjamin kebutuhan jangka pendek, misalnya membeli komputer, untuk tabungan, atau untuk liburan; (2) untuk memenuhi kebutuhan jangka menengah seperti membeli rumah bagi calon pasangan atau sebuah keluarga yang masih bertempat tinggal tidak tetap (kos, kontrak); (3) untuk memenuhi kebutuhan jangka panjang seperti asuransi jiwa dan biaya hari tua atau dana pensiun. Dan berdasarkan jenisnya, tujuan perencanaan finansial adalah memenuhi 3 jenis kebutuhan, yaitu kebutuhan barang konsumsi (kebutuhan dasar), kebutuhan terhadap barang tersier (tahan lama) seperti mobil dan rumah, serta kebutuhan barang tak berwujud seperti pembiayaan kesehatan, kecelakaan, dan pendidikan.

Setelah mengetahui fungsi dan tujuan perencanaan finansial, lebih baiknya sebelum membuat perencanaan finansial mengetahui kemampuan finansial keluarga atau calon pasangan dalam kondisi awal. Hal ini sangat berguna untuk menentukan kebijakan perencanaan finansial dalam fase pengalokasian pengeluaran dan penerimaan. Dengan mengidentifikasi kemampuan awal setidaknya akan menunjukkan kepantasan penetapan alokasi dan anggaran finansial sehingga lebih realistis antara penerimaan dan pengeluaran. Setelah mampu menentukan hal tersebut, maka dalam tahap akhir adalah menyusun perencanaan finansial menurut siklus berikut.

[caption id="attachment_357806" align="aligncenter" width="532" caption="10 P Siklus Perencanaan Finansial, sumber foto : Dok. Penulis"]

1410088655434194427
1410088655434194427
[/caption]

Dimulai dari perencanaan, yakni dengan mengidentifikasi kemampuan finansial atau keuangan internal terlebih dahulu. Kemudian setelah terlihat seberapa besar potensi keuangan internal barulah memulai menyusun alokasi anggaran pengeluaran dan target pendapatan. Pada tahapan selanjutnya adalah dengan mengelola anggaran atau alokasi pengeluaran dan target pendapatan dengan instrumen tahapan selanjutnya, yakni pencarian. Pada tahap pencarian, sebuah keluarga atau calon pasangan hendaknya mampu dan kreatif melihat peluang keuntungan bermu'amalah yang ada sebagai bahan baku memutuskan mengenai wahana yang tepat dalam tahapan berikutnya, yakni pengumpulan. Pada tahapan ini, sebuah keluarga harus berhati-hati dalam prosesnya agar tidak terdapat aset atau pendapatan yang hilang. Setelah dikumpulkan secara cermat dan dicatat secara teliti berapa arus kekayaan yang masuk dan keluar, maka tahapan selanjutnya adalah melakukan penyimpanan, umumnya dalam bentuk tabungan yang tentunya telah memperhatikan beberapa kendala ulasan sebelumnya. Setelah melakukan penyimpanan, tahapan selanjutnya adalah pengendalian, yaitu melakukan evaluasi terhadap hasil usaha pengumpulan aset. Setelah diketahui terdapat hasil yang positif, maka melakukan tahapan pengembangan dan peningkatan aset kekayaan, misalnya dengan beberapa bentuk usaha, diantaranya (1) Jualan atau online trading, seperti buku, pakaian (busana), sepatu, barang elektronik; (2) Investasi ternak sapi perah. Menurut penelitian Nursiyono (2013), beternak sapi perah memiliki peluang mendapatkan keuntungan besar sebab mulai dari susu, daging, kulit hingga kotorannya bernilai ekonomis; (3) Mendirikan usaha penerbitan buku, baik buku fiksi maupun non-fiksi; (4) Mendirikan lembaga Bimbingan Belajar (Bimbel); (5) Mendirikan Warung Internet (Warnet) dan toko alat tulis atau jasa pengetikan serta fotokopi.

Jika usaha tersebut menuai hasil atau malah merugi, maka pada tahapan selanjutnya adalah memeriksa kembali kondisi finansial yang ada atau tersisa selama proses berjalan atau hingga beberapa usaha dilaksanakan. Jika mengalami keuntungan maka patutlah usaha yang dijalankan untuk diteruskan, tetapi jika merugi maka sebaiknya secara pelan-pelan berganti usaha. Setiap aktivitas baik pengeluaran dan penerimaan kemudian dibukukan atau dicatat secara terperinci, rapi, dan sistematis sebagai bahan baku ulang perencanaan finansial selanjutnya apabila tingkat keuntungan atau kestabilan finansial masih belum menjamin masa depan kurang mampu memenuhi kebutuhan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun