[caption id="attachment_357798" align="aligncenter" width="453" caption="Kekokohan Finansial Menjamin Kebahagiaan Keluarga, sumber foto : Sun Life"][/caption]
Setiap waktu, manusia dihadapkan dengan kebutuhan hidup yang semakin kompleks. Kebutuhan manusia semakin tak terbatas sebab keinginannya untuk terus meningkatkan kuantitas aset kekayaan, kualitas hidup yang lebih baik serta jaminan atas kuantitas dan kualitas itu di masa depan. Kebutuhan itulah yang menjadi landasan psikologis manusia untuk melakukan pengorbanan dengan berusaha dan bekerja keras.
Berbicara mengenai kebutuhan manusia, memang sampai saat ini pun belum ada ujungnya. Mulai dari kebutuhan yang bersifat mendasar, kebutuhan yang bersifat pelengkap, hingga kebutuhan yang sifatnya tak terduga. Kebutuhan yang besifat mendasar pun sangat beragam macamnya, mulai dari kebutuhan makan sehari-hari, kebutuhan untuk membangun atau merenovasi tempat tinggal atau kebutuhan untuk memenuhi keperluan sandang atau pakaian. Kompleksitas kebutuhan manusia tidak sampai disitu, menurut teori kebutuhan yang dicetuskan oleh Abraham Maslow dalam buku Teori dan Aplikasi Psikologi Kepribadian dalam Konseling karya Dede Rahmat Hidayat (2011) menyatakan bahwa kebutuhan manusia itu terbentuk seperti piramida (dan kemudian disebut Piramida Kebutuhan), yaitu (1) kebutuhan fisiologi yang di dalamnya termasuk kebutuhan biologis manusia; (2) kebutuhan rasa aman, yaitu rasa keamanan dari setiap ancaman atau gangguan; (3) kebutuhan sosial yang di dalamnya termasuk kebutuhan pertemanan, kebutuhan membentuk keluarga, kebutuhan rasa cinta, dan kasih sayang; (4) kebutuhan penghargaan yang di dalamnya terdiri atas kebutuhan eksternal dalam bentuk pujian, piagam dan kebutuhan yang bersifat internal yang menunjukkan kondisi manusia tidak lagi membutuhkan pujian dari orang sekitarnya; (5) kebutuhan aktualisasi diri yang merupakan puncak dari sifat kemanusiaan yang sejati.
Konsep kebutuhan manusia memang sedikit berbeda dengan konsep keinginan manusia. Meskipun antara kebutuhan dan keinginan adalah dua hal yang tak terpisahkan, namun kebanyakan manusia belum mampu membedakan antara konsep kebutuhan dan keinginan. Kebutuhan pada dasarnya diartikan sesuatu yang harus dipenuhi dan dimiliki oleh manusia agar mampu bertahan hidup. Sementara itu, keinginan manusia diartikan sesuatu yang diinginkan (tidak harus) untuk dipenuhi dan dimiliki oleh manusia. Kedua definisi tersebut menunjukkan bahwa kebutuhan itu hukumnya wajib dipenuhi oleh setiap manusia, sementara keinginan tidak harus dipenuhi. Misalnya saja, keinginan untuk menelpon saudara atau keluarga di suatu tempat yang jauh tentu manusia membutuhkan alat komunikasi berupa Handphone (HP). Maka, HP merupakan kebutuhan bagi manusia sehingga harus dimiliki, sementara keinginan untuk berkomunikasi tidak harus dipenuhi untuk menelpon saudara atau keluarga, tetapi juga untuk berkomunikasi dengan orang lain. Dari kedua konsep mengenai kebutuhan dan keinginan inilah yang kemudian menjadi urgensi sekaligus alasan bagi manusia untuk mengorbankan sejumlah aset atau kekayaan yang dimilikinya agar mampu mereka dapatkan. Misalnya dengan menggunakan aset surat berharga, harta warisan, atau sejumlah uang.
Saat ini, urusan manusia yang tercampur antara kebutuhan dan keinginan pun demikian lebih rumit, misalnya saja dalam urusan membentuk sebuah keluarga. Realita menunjukkan masih banyaknya permasalahan yang diemban oleh sebuah keluarga, termasuk yang akan membentuk sebuah keluarga, menghadapi urusan finansial (keuangan). Dalam hal ini, perlu diketahui bahwa ketika mengulas mengenai kebutuhan dan keinginan sebenarnya dalam setiap masyarakat (komunitas) membicarakan mengenai finansial. Bagi mereka yang masih dalam tahap merencanakan membentuk keluarga saja, permasalahan finansial dapat dibilang merupakan masalah serius, seperti bagaimana mempersiapkan agenda pra-nikah, bagaimana membiayai pernikahan, bagaimana cara yang tepat dalam pengelolaan aset neraca keluarga kelak, bagaimana berpikir untuk sampai mendapatkan rumah tempat tinggal yang nyaman, hingga mengenai rencana kelahiran anak dan biaya hari tua. Namun, itu semua ternyata banyak mengandung masalah dan menyisakan masalah finansial. Masih saja terdapat keluarga atau calon pasangan (perencana keluarga baru) yang kurang peduli, kurang minat, atau kurang memperhatikan mengenai pengelolaan kebutuhan dan keinginan melalui manajemen finansial yang baik. Seorang kepala keluarga pada suatu ketika merasa tertekan secara psikis lantaran usahanya mengalami kerugian. Belum lagi ia tak mampu membiayai sekolah anaknya dan karena itu anaknya terpaksa di Drop Out (DO) dari sekolah. Selain itu, seorang ibu yang harus rela ditahan di rumah sakit bersalin hanya karena tak mampu membiayai persalinan anaknya yang baru lahir. Hal - hal semacam ini bisa saja terjadi setiap saat dalam kehidupan berumah tangga. Oleh karena itu, diperlukan sebuah perencanaan finansial dalam kehidupan keluarga.
Mengulas mengenai perencanaan finansial bukanlah hal yang semata-mata merupakan keinginan, tetapi perencanaan finansial merupakan sebuah kebutuhan, apalagi dalam rangka membentuk sebuah keluarga. Dari pengertiannya, perencanaan finansial pada dasarnya merupakan sebuah proses penentuan tujuan keuangan, prioritas keuangan, mempertimbangkan sumber daya yang dimiliki, profil risiko, serta gaya hidup saat ini. Dalam rangka merealisasikan tujuan tersebutlah, diperlukan sebuah panduan dalam memetakan suatu tindakan "bagaimana dan apa yang perlu dilakukan untuk mencapai tujuan tersebut" (Agus Rijal, 2011). Selain itu, menurut Yendi Wijaya (2012), seorang konsultan finansial independen juga menyatakan bahwa perencanaan finansial adalah proses mencapai tujuan hidup melalui pengaturan keuangan yang sesuai dan yang dapat memberikan solusi masalah keuangan, pengelolaan kekayaan, dan investasi. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa perencanaan finansial merupakan sebuah proses pengelolaan keuangan untuk mencapai tujuan dan mengatasi segala masalah berkaitan dengan keuangan dan risiko investasi.
Kondisi aliran finansial masyarakat pada umumnya dan sebuah keluarga pada khususnya merupakan sebuah aliran sederhana yang terdiri dari 4 komponen utama perputaran finansial. Mulai dari penerimaan, lalu akumulasi dari penerimaan tersebut digunakan untuk aktivitas konsumsi, produksi, atau distribusi keuangan dalam satu komponen pengeluaran, hingga ketika terjadi kondisi kelebihan atas pengeluaran tersebut maka aliran finansial akan masuk dalam komponen investasi berdasarkan gambar berikut.
[caption id="attachment_357799" align="aligncenter" width="425" caption="Sirkulasi Finansial Konvensional, sumber foto : Dok. Penulis"]
Berdasarkan aliran finansial secara umum, sebetulnya terdapat 2 komponen utama yang menjadi fokus utama pembahasan perencanaan finansial, yaitu tabungan dan investasi. Tabungan merupakan kekayaan yang berbentuk harta benda baik yang sengaja atau terencana disimpan dengan menggunakan media penyimpanan,seperti bank. Sementara itu, investasi merupakan sejumlah kekayaan yang digunakan sebagai suntikan dana usaha tertentu untuk mendapatkan keuntungan seoptimal mungkin. Mengingat bahwa tabungan dan investasi merupakan dua aspek penting sebagai penentu perencanaan finansial, maka diperlukan kaidah teoritis dan aplikatif untuk menjamin keamanan, kenyamanan, serta kehalalannya. Oleh karena itu, salah satu pertimbangan dalam melakukan perencanaan finansial adalah dengan menggunakan kaidah-kaidah syariah.
Mengapa harus syariah ?. Sebab, aktivitas investasi dan menabung sangat erat kaitannya dengan institusi atau lembaga perbankan. Masyarakat pastinya mengetahui, bahwa transaksi perbankan banyak mengandung unsur yang merugikan dalam urusan finansial. Pada posisi inilah Islam hadir di tengah-tengah masyarakat dengan menawarkan konsep-konsep perencanaan finansial berbasis syariah. Sama halnya dalam konsep syariah, tabungan dan investasi itu adalah dua hal yang sangat penting dan berdasarkan dalil-dalil yang kuat dari kitab pegangan umat Islam sebagai berikut.
[caption id="attachment_357800" align="aligncenter" width="472" caption="Al Baqarah Ayat 155 (Anjuran Perencaan Finansial), sumber foto : Dok. Penulis"]