Keberhasilan pembangunan nasional sampai saat ini tidak terlepas dari kuantitas terlebih lagi kualitas Sumber Daya Manusia (SDM). SDM merupakan kunci pokok yang mengeksekusi setiap aktivitas pembangunan dan sebagai pelaku aktif seluruh kegiatan perekonomian. Tanpa adanya stok SDM yang cukup dan berkualitas, tentunya negara seperti Indonesia akan sulit keluar dari keterpurukan.
Selama ini, kalau dilihat dari segi stok SDM, Indonesia lah salah satu negaranya. Dengan pertumbuhan penduduk yang pesat, Indonesia dari segi ketersediaan SDM masih mampu bertengger pada peringkat 5 besar negara berpenduduk terbanyak di dunia. Meskipun, kalau dilihat dari segi kualitas, SDM Indonesia masih menjadi tantangan besar hingga kini. Oleh karena itu, pemerintah terus menggalakkan pembangunan manusia-manusia Indonesia agar menjadi kader-kader generasi yang berkualitas sebagai penerus masa depan bangsa, salah satunya melalui pembangunan pendidikan.
Dalam perjalanannya, Indonesia memang terbukti mampu membangun kualitas pendidikannya. Terbukti dengan terus meningkatnya Indeks Pembangunan Manusia (IPM), kualitas pendidikan Indonesia tampak mengalami perbaikan dan perbaikan. Meski demikian, IPM yang tinggi dan terus meningkat ternyata belum mampu menjamin kualitas pendidikan nasional sepenuhnya. IPM yang tinggi ternyata masih belum memenuhi syarat cukup untuk mengatakan bahwa pendidikan Indonesia sudah terbilang membaik, apalagi berkualitas.
Pendidikan, sebagai upaya pemerintah dalam meningkatkan taraf kehidupan bangsa serta merealisasikan komitmen untuk mencerdaskan bangsa, masih belum tertopang dengan pondasi - pondasi yang kokoh. Pondasi pendidikan tersebut beberapa diantaranya adalah ketahanan infrastruktur pendidikan, ketersediaan dan kualitas pendidik atau guru, serta daya serap yang terpotret dari jumlah siswa didik atau murid yang mengenyam pendidikan.
Dalam hal ketahanan infrastruktur pendidikan, ketersediaan dan kualitas pendidik atau guru, serta jumlah murid di Indonesia, beberapa tahun terakhir masih saja mengandung masalah untuk diselesaikan.
[caption id="attachment_369064" align="aligncenter" width="485" caption="Jumlah Gedung Sekolah, Tenaga Pendidik (Guru), dan Jumlah Murid di Indonesia (diolah), sumber : Statistik Indonesia 2014, Dok.Pri."][/caption]
Data Statistik Indonesia menunjukkan bahwa jumlah gedung sekolah setiap Tahun Ajaran (TA) mengalami perubahan. TA 2010/2011 tercatat, jumlah gedung sekolah mencapai 30.290 unit gedung. Pada TA 2011/2012, tampak tumbuh mencapai 11,15 persen dan jumlah infrastruktur gedung sekolah kembali meningkat pada TA 2012/2013 menjadi 35.527 unit gedung. Sekilas memang, dari segi jumlah, infrastruktur sekolah memang meningkat, tetapi bila dilihat menurut provinsi justru deteksi masalah tersebut kian tampak. Data Statistik Indonesia menyebutkan, untuk Provinsi Papua Barat, pada TA 2010/2011 memiliki sebanyak 178 gedung sekolah dan bertambah menjadi 221 gedung pada TA 2011/2012, tetapi jumlah gedung tersebut turun pada TA 2012/2013 menjadi 213. Sama halnya, di Provinsi DKI Jakarta, pada TA 2010/2011 terdapat sebanyak 1.030 gedung sekolah, tetapi pada TA 2011/2012 tampak menurun menjadi 943 gedung saja. Meskipun pada TA 2012/2013 naik kembali menjadi 1.066 gedung.
Jumlah gedung sekolah kok bisa turun ?. Nah, sebagai pengguna data tentu tidak perlu sampai ada anggapan, "wah, datanya salah ini", atau, "waduh, kok bisa ?, ah itu data bohong...", misalnya. Tunggu dulu, sebab perlu adanya informasi tambahan sebelum sampai pada kesimpulan.
Perlu diketahui, bahwa mulai sekitar tahun 2011, Badan Pusat Statistik (BPS) mengubah metodologi pendataan di bidang pendidikan, itu yang pertama. Oleh karena itu, jumlah gedung sekolah pun bisa jadi karena cakupan pendataan berubah, maka jumlahnya pun berubah. Yang kedua, bahwa pada sekitar tahun 2011, di Indonesia banyak terjadi bencana alam (Kompas.com, 03/07/2011). Akibat kejadian bencana tahun tersebut, pemerintah telah membangun sekitar 1.000 gedung SD dan SMP yang rusak. Penanggung Jawab Program Kegiatan Bencana Alam Kementerian Pendidikan Nasional saat itu, Supriyono, juga menuturkan bahwa ada sebanyak 60 persen dari total gedung SD dan SMP seluruh Indonesia yang rusak akibat bencana alam, seperti karena gempa bumi atau banjir. Dari sini, mulai tampak terurai masalah tersebut. Dan, yang ketiga, penyebab jumlah sekolah rusak adalah karena usianya yang sudah tua dan tak pernah terjamah rehabilitasi dari pemerintah.
Setelah menilik kondisi gedung sekolah yang ada, data Statistik Indonesia juga memperlihatkan deskripsi mengenai jumlah guru (tenaga pendidik) di Indonesia. Terlihat bahwa pada TA 2010/2011, jumlah guru di Indonesia adalah sebanyak 526.615 orang. Dan pada TA 2011/2012 justru tampak turun menjadi 482.264 orang, dan kembali naik menjadi 552.083 orang pada TA 2012/2013. Dalam menanggapi jumlah guru yang juga tampak menurun pada TA 2011/2012, tentu juga terdapat beberapa kemungkinan. Pertama adalah adanya perubahan metode pendataan mengenai guru, bahwa mulai sekitar tahun 2011, BPS menggunakan konsep satu guru, satu sekolah tempat ia mengajar. Sebab memang terdapat seorang guru yang mengajar di beberapa sekolah sehingga tampak data yang tercatat ganda atau double cacah. Kedua, adanya sejumlah guru yang menginjak usia pensiun atau sudah tak mengajar lagi sehingga jumlahnya berkurang, atau kemungkin juga terdapat sejumlah guru yang meninggal. Oleh karena kondisi inilah, maka diharapkan Indonesia terus menambah jumlah tenaga pendidik atau guru, baik guru tetap maupun guru bantu (sukuan) di seluruh pelosok Indonesia.
Yang terakhir, adalah masalah jumlah murid yang bersekolah di Indonesia. Angka Partsipasi Sekolah (APS) Indonesia memang terus membaik, tetapi sekali lagi, APS belum mampu menjadi syarat cukup untuk menjamin kualitas pendidikan. Data Statistik Indonesia memperlihatkan, bahwa pada TA 2010/2011 jumlah murid di Indonesia mencapai 9.346.454 orang. Dan tampak tumbuh sekitar 0,84 persen pada TA 2010/2011 ke TA 2011/2012, menjadi 9.425.336 orang. Lalu, tumbuh kembali sebesar 2,42 persen pada TA 2012/2013 menjadi 9.653.093 orang. Dari segi jumlah siswa memang tampak terus meningkat, tetapi jika dilihat dari besarnya rasio antara jumlah guru 100 murid adalah sebesar 5-6. Artinya, kalau saja wilayah Indonesia ini dijadikan satu daratan, maka setiap 5-6 orang guru itu akan mampu mendidik sebanyak 100 muridnya. Masalahnya, di Indonesia ini kan, wilayahnya terpisahkan lautan sehingga angka rasio tingkat nasional antara guru terhadap murid masih belum menggambarkan kondisi riilnya. Belum juga ditambah adanya kondisi tidak semua guru bertugas mengajar, tetapi ada juga guru yang tugasnya malah mengurus administrasi sekolah. Ini sekaligus, menjadi urgensi bagi pemerintah untuk terus menambah jumlah guru di Indonesia.
Terakhir, jika dirasiokan antara jumlah sekolah terhadap jumlah murid, kalau saja wilayah Indonesia ini satu daratan, maka besarnya rasio tersebut adalah 1 : 287. Artinya, setiap satu gedung sekolah, akan terbebani oleh sebanyak 287 murid. Idealnya, satu kelas berisi 30 murid sehingga untuk gedung SD yang asumsinya terdapat 6 ruangan, maka secara ideal akan mampu menampung sebanyak 180 murid. Oleh karena itu, kenyataan ini juga menjadi landasan penting untuk pemerintah dalam menambah jumlah gedung sekolah di seluruh pelosok Tanah Air agar mampu memaksimalkan pelayanan institusi pendidikan nasional yang lebih baik. Semua pasti perlu proses. Dan tentunya, dukungan penuh dari seluruh lapisan masyarakat juga diperlukan agar semua rencana pembangunan pendidikan nasional dapat tercapai dan terlaksana dengan baik dan jujur.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H