Setiap daerah punya tarian tradisional masing-masing, termasuk Jawa Timur. Ada reog, gandrung, bondan, srimpi, gambyong, kelana, dan lain sebagainya.
Tari tradisional di Jawa Timur dapat dikelompokkan dalam beberapa gaya seperti Jawa Tengahan, Jawa Timuran, Osing, dan Madura.
Dalam aplikasinya, tari tradisional dari Jawa Timur punya karakteristik tersendiri. Kesenian tersebut memiliki sejarah dan makna filosofi yang dalam.
Berikut ini beberapa tarian tradisional yang masih dilestarikan di Jawa Timur :
Reog Ponorogo
Tari Reog berasal dari daerah Ponorogo, Jawa Timur. Tarian ini biasa dibawakan oleh beberapa wanita dan pria dengan jumlah 6 orang atau 8 orang.
Gerakan Tari Reog berasal dari suatu perjalanan Prabu Kelana Sewandana. Ia melakukan perjalanan untuk mencari kekasih hatinya. Kekasih yang dicari bernama Dwi Sanggalangit yang merupakan putri dari Kediri.
Sang Putri hanya akan menerima cinta Prabu Kelana jika bisa menciptakan suatu kesenian. Hingga akhirnya terciptalah tarian Reog yang dilakukan oleh para prajurit.
Daftar orang yang menarikan tari Reog yakni, Prabu Kelono Sewandono, Patih Bujangganong, dan prajuritnya Jathil, Warok, dan Pembarong.
Tari Gandrung Banyuwangi
Tarian ini berasal dari Banyuwangi, Jawa Timur. Kata gandrung diambil dari nama Dewi Sri yang merupakan lambang kemakmuran. Masyarakat yang menyaksikan pertunjukan tari Banyuwangi biasanya akan membawakan beras untuk dikumpulkan sebagai imbalan bagi penari.
Pada mulanya gandrung hanya boleh ditarikan oleh para keturunan penari gandrung sebelumnya. Tetapi sejak tahun 1970-an, mulai banyak gadis-gadis muda yang bukan keturunan gandrung mempelajari tarian ini.
Pertunjukan Gandrung yang asli terbagi atas tiga bagian yaitu jejer, maju atau ngibing dan seblang subuh. Tari Gandrung resmi menjadi maskot pariwisata Banyuwangi dengan membuatkannya patung Gandrung di perbatasan Banyuwangi-Jember.
Tari Glipang
Tarian Glipang memiliki ciri khas yang berbeda dengan tarian Jawa Timur lainnya. Tarian ini menggunakan musik Arab dan kata Glimpang merupakan saduran Bahasa Arab, Gholiban yang artinya kebiasaan.
Tari Glimpang diciptakan oleh Seno Truno sebagai simbol perasaan tertekan dengan sikap pemerintah Belanda yang selalu tak pernah bersikap adil kepada masyarakat. Ada beberapa gerakan yang dinilai kaku untuk menggambarkan sikap kolonial Belanda yang selalu arogan dan emosional.
Tari Remo
Tarian ini digunakan sebagai tari penyambut tamu terhormat. Biasa juga ditampilkan pada pertunjukan pembuka kesenian Ludruk. Mulanya, tarian ini dilakukan oleh laki-laki, namun sekarang sudah bisa dimainkan oleh perempuan juga.
Tarian ini memiliki tema perjuangan sehingga para penari berlaga layaknya pejuang. Gerakannya cukup cepat dengan ekspresi muka yang keras, tegas, dan sigap.***
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI