Tari Gandrung Banyuwangi
Tarian ini berasal dari Banyuwangi, Jawa Timur. Kata gandrung diambil dari nama Dewi Sri yang merupakan lambang kemakmuran. Masyarakat yang menyaksikan pertunjukan tari Banyuwangi biasanya akan membawakan beras untuk dikumpulkan sebagai imbalan bagi penari.
Pada mulanya gandrung hanya boleh ditarikan oleh para keturunan penari gandrung sebelumnya. Tetapi sejak tahun 1970-an, mulai banyak gadis-gadis muda yang bukan keturunan gandrung mempelajari tarian ini.
Pertunjukan Gandrung yang asli terbagi atas tiga bagian yaitu jejer, maju atau ngibing dan seblang subuh. Tari Gandrung resmi menjadi maskot pariwisata Banyuwangi dengan membuatkannya patung Gandrung di perbatasan Banyuwangi-Jember.
Tari Glipang
Tarian Glipang memiliki ciri khas yang berbeda dengan tarian Jawa Timur lainnya. Tarian ini menggunakan musik Arab dan kata Glimpang merupakan saduran Bahasa Arab, Gholiban yang artinya kebiasaan.
Tari Glimpang diciptakan oleh Seno Truno sebagai simbol perasaan tertekan dengan sikap pemerintah Belanda yang selalu tak pernah bersikap adil kepada masyarakat. Ada beberapa gerakan yang dinilai kaku untuk menggambarkan sikap kolonial Belanda yang selalu arogan dan emosional.
Tari Remo
Tarian ini digunakan sebagai tari penyambut tamu terhormat. Biasa juga ditampilkan pada pertunjukan pembuka kesenian Ludruk. Mulanya, tarian ini dilakukan oleh laki-laki, namun sekarang sudah bisa dimainkan oleh perempuan juga.