Mohon tunggu...
Joko Yuliyanto
Joko Yuliyanto Mohon Tunggu... Jurnalis - pendiri komunitas Seniman NU
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Penulis opini di lebih dari 100 media berkurasi. Sapa saya di Instagram: @Joko_Yuliyanto

Selanjutnya

Tutup

Worklife Artikel Utama

Transformasi Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Dunia Digital

21 Februari 2022   14:11 Diperbarui: 11 Maret 2022   16:57 2646
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Namun manfaat dunia digital mampu mengurangi pekerja kasar sebab keberadaan teknologi yang dianggap lebih efektif dan efisien dalam bekerja. Pekerja lebih banyak berkutat pada aspek pemasaran (promosi dan jualan) secara daring.

Digitalisasi pekerjaan memotong generasi tua sebab tidak dibutuhkannya pengalaman. Semua generasi belajar dari nol tentang pemanfaatan ruang digital dan kemajuan pesat teknologi.

Digitalisasi dan otomatisasi teknologi juga berdampak pada hilangnya banyak jenis pekerjaan yang bisa digantikan sistem atau robot yang kemudian memunculkan jenis-jenis pekerjaan baru.

Manajemen K3 harus adaptif menyesuaikan perkembangan dunia digital dengan tetap melibatkan pengusaha sebagai penanggung jawab utama. Strategi pengendalian K3 harus lebih efektif, efisien, dan inovatif mengikuti perkembangan teknologi.

Selain menggenjot kemampuan memanfaatkan dunia digital oleh pekerja, pemerintah juga harus sigap bertransformasi menyusun program yang seimbang. K3 harus dijadikan isu nasional untuk membuka mata pekerja digital tentang hak keselamatan dan kesehatan mereka.

Solusi K3 dunia digital

Hingga saat ini, masih banyak pekerja yang mengalami kecelakaan namun nihil pelaporan. Kurangnya pengawasan perusahaan, investigasi kecelakaan, pengelolaan inventaris, dan pengendalian risiko menyebabkan kecelakaan sering terjadi bahkan menyebabkan kecacatan dan kematian.

Selain itu, ketidakmampuan dan ketidakmauan perusahaan menyediakan Alat Pelindung Diri (APD) juga menjadi masalah pada sistem manajemen K3. Akhirnya kecelakaan kerja dijadikan pemakluman yang juga disetujui oleh pekerja sebagai bagian dari risiko kerja.

Alasan selanjutnya adalah sikap terburu-buru atau tergesa-gesa dalam menyelesaiakan pekerjaan. Hal ini dijadikan tuntuan perusahaan untuk dapat mengimbangi kecepatan kemajuan teknologi dan digital.

Pekerja yang tidak siap dengan kerja cepat dan tepat akan tereliminasi (PHK) atau digantikan sistem teknologi yang mempunyai akurasi kesalahan lebih kecil. Akhirnya keselamatan dan kesehatan kerja tereduksi dengan laju perkembangan digital.

Bahkan hingga saat ini kurang dari 15% perusahaan yang mampu bertransformasi ke dunia digital. Selebihnya hanya berusaha bertahan dari gempuran pandemi dan penjajahan industri digital.

Tantangan K3 bukan hanya bagi pekerja, namun juga perusahaan yang berpikir untuk bisa mengembangkan usaha yang berdaya saing. Ketika perusahaan hanya berorientasi pada keuntungan, maka keselamatan dan kesehatan pekerja akan dikesampingkan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun