Tuyul? Misalkan benaran ada, tak ajak kerjasama untuk mengentaskan kemiskinan di Indonesia. Saya suruh curi uang di bank dunia. Saya akan miskinkan Critiano Ronaldo, Bill Gates, Mark Zuckerberg, dan Luhut Binsar Pandjaitan. Saya bagikan uang hasil bertuyul kepada warga-warga miskin di pelosok-pelosok desa. Tanpa perlu memelas di portal kitabisa.com.
Preferensi Kisah
Lagian nih ya, misalkan hantu atau jin itu benar adanya, kan harusnya mereka ada juga dong di luar negeri. Emang pernah lihat film horor Amerika Serikat yang berkisah tentang hantu-hantu lucu dari Indonesia? Paling di sana adanya hantu semacam vampir, valak, atau allien. Pernah saya iseng tanya mahasiswa asing yang belum begitu fasih berbahasa Indonesia. Ketika ditanya seputar hantu lokal, mereka hanya diam dan geleng-geleng.
Kalau setan kan tidak perlu program transmigrasi dan menjadi TKI untuk melalang buana ke seluruh dunia. Masak mereka tidak mau menyebarkan populasi di vatikan atau Los Angeles gitu. Atau memang hantu Indonesia sengaja diciptakan oleh nenek moyang sebagai salah satu kekayaan bangsa, selain budaya dan alam rayanya?
Saking penasarannya, saya tanya sama teman yang begitu aktif bergulat di bidang sains. Menurutnya, jin dengan aneka sebutan itu adalah preferensi budaya masyarakat Indonesia saja. Mungkin karena pendahulu kita menggambarkan perwujudan jin itu demikian, sehingga otak kita menerima bentuk yang serupa. Maklum, kesenian tradisi jaman dulu kan penuh lakon untuk menggambarkan banyak peran. Alhasil, banyak tokoh hantu yang bisa digambarkan oleh Ki Soleh Pati.
Mungkin satu hal yang bisa menyadarkan saya bahwa memang hantu itu ada. Membukakan mata batin turis, kemudian disuruh menggambarkan apa yang sudah dilihatnya di salah satu tempat angker di Indonesia. Kalau bentuknya sama, baru saya percaya ada. Kalau ternyata beda (misalkan orang Indonesia lihat genderuwo, orang bule lihat Soeharto), berarti benar bahwa adanya hantu itu karena preferensi kita saja tentang kisah-kisah nenek moyang.
Joko Yuliyanto
Penggagas Komunitas Seniman NU. Penulis Buku dan Naskah Drama. Aktif Menulis Opini di Media Daring.
Bisa disapa melalui IG @Joko_Yuliyanto
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H