Penamaan istilah "rasan-rasan"Â bukan tanpa alasan, karena banyak di antara seniman teater yang gelisah tentang menurunya kualitas pertunjukan, termasuk di dalamnya musik teater. Zaman yang dulu banyak disediakan waktu untuk belajar lebih mengenai kesenian atau musik teater, sedangkan sekarang lebih sering disibukkan dengan gadget.
Ego mencari ilmu dan memperkaya wawasan seputar musik teater juga tampak berkurang. Sehingga referensi pertunjukan akan berkutat pada jenis dan bentuk yang sama. Hal tersebut yang kadang membuat beberapa penikmat seni teater enggan untuk meluangkan waktu melihat pertunjukan teater beserta artistik dan musik karena disuguhkan dengan hidangan yang sama.
Tidak ada pembatasan mengenai musik teater, cuma dalam penggarapan harus bisa lebih tajam untuk menguatkan kualitas pertunjukan. Tidak asal, yang kadang bisa menjadi bomerang. Ada pertunjukan teater yang alur cerita menarik, tapi musik menghancurkannya. Sebaliknya ada pula penokohan dan alur yang biasa tapi bisa disulap menjadi pertunjukan yang berkualitas berkat musik yang disajikan.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI