Mohon tunggu...
R. Joko Wardono
R. Joko Wardono Mohon Tunggu... -

Putra Mahkota Tak Bertakhta

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Tulisan Kita : Rapi Bukan Berarti Berkualitas !!!

30 Maret 2014   19:02 Diperbarui: 24 Juni 2015   00:17 94
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kebebasan dalam menulis, menjadikan semua orang dengan mudahnya menuangkan semua yang difikirkan lewat sebuah tulisan. Tak dapat dipungkiri pula, bahwa tulisan akan mewakili perasaan si penulis. Jika penuh dengan kebencian maka tulisan akan berisi tentang cacian dan hinaan. Berbeda dengan orang yang sedang jatuh cinta, maka kisah-kisah romantis akan mengalir di dalam tulisannya.

Lalu bagaimana dengan tulisan "aktual" ? Sangat mudah untuk menjawabnya. Pertama penulis sangat "peka" terhadap lingkungan sekitar, jadi setiap kejadian yang dijumpainya akan dijadikan sumber tulisannya. Kedua, ajang narsis. Kenapa saya katakan "ajang narsis" sebab tulisan yang berisi tentang berita aktual seakan berebut "headline" dan mendapat pengakuan dari pembaca bahwa penulis adalah "orang pertama yang paling tahu dan mengerti" tentang berita yang ditulisnya. Jangan mudah heran dengan realita ini, kebanyakan narasumber hanya mengutip dari beberapa referensi saja, walaupun harus terjun ke TKP, itupun sudah mendapat materi berita sebelumnya. Orang menganggap tulisan adalah hasil pemikiran.

Sebenarnya ini tak semuanya benar sebab banyak pula tulisan yang hanya berisi "copy-paste" alias jiplakan. Jika anak SD saja bisa mengarang cerita, tentu kita akan lebih mudah untuk menulis sebuah berita. Tapi, berita "kutipan" dari orang lain. Sangat murahan sekali, nggak ada kualitas dalam menulis. Paling tidak yang terkesan mencolok adalah bentuk opini saja yang jadi pelengkap sebuah tulisan. Saya yakin diantara kita sudah pasti paham tentang tema tulisan.

Namun tak mudah bila tulisan itu berupa reportase pribadi. Saya akan terkagum-kagum jika ada seorang penulis yang menulis tentang penelitian maupun penemuan yang didapatnya. Tulisan yang berupa opini saja terkesan "murahan" karena dasrnya adalah dugaan yang belum tentu benar dan dapat dijadikan kesimpulan. Lalu seperti apakah bentuk tulisan yang berkualitas itu ? Jika Anda bertanya seperti itu maka jawabannya adalah isinya. Kualitas sebuah tulisan juga terkadang hanya dilihat dan diukur dari kesempurnaan dalam menulis namun isinya ini itu tak jelas. Sebaliknya, tulisan yang terkesan berantakan walau mengandung banyak makna justru dianggap tulisan sampah. Sangat keliru jika ini dijadikan ukuran sebab menurut saya kualitas tulisan adalah diukur dari isi tulisan bukan dari bentuk tulisan.

Tapi itulah yang terjadi, kita seringkali malas membaca tulisan berantakan hanya karena dilihat dari bentuk tulisan yang terkesan murahan. Ingatlah, jika kita hanya berfikir demikian maka selamanya Anda menganggap bahwa tulisan yang salah adalah murahan sedang tulisan rapi walau tak ada makna lebih Anda prioritaskan. Mulailah untuk memahami sebuah tulisan jika Anda seorang penulis hebat, jangan hanya bisa mengkritik karena kesalahan dalam pengetikan, tapi juga kritiklah materi yang disampaikan. Hargailah tulisan orang jika ingin tulisan Anda dihargai orang juga. Semoga bermanfaat...

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun