Masa di mana senja hilang dalam lamunan
Murung tak terhitung oleh kupluk dan sarung
Dzikir hati dalam hening, laksa embun di atas genting
Semilir angin yang mengoyak daun terdengar lirih
Membisik musim menghembus aroma humus
Tangan menadah sepertiga waktu, memanjatkan iringan keinginan.
Sajak ini hanyalah caraku mengenangmu.
Sebuah rindu yang tak lazim,
diingatanku engkau daun yang tak pernah digugurkan musim.
Erat menempel pada ranting kemanjaan.
Merekat kuat pada kehidupanku.
Aku yang tak tersakiti oleh urutan takdir.
Engkau telah menjadi cahaya lembut yang meneggelamkan gulita.
Bias bayangmu semu, melirik sepi, menyelinap rapi
Bersama getar bibir mengiringi senandung isi hati.
Cahayaku jangan kau redup, dikala aku terbuai dalam mimpi.
Lama tak menyapa sajak
Simpuh tak beranjak pijak
Dahulu kau menemani dalam kekhusukan masa
Menuliskan kasih tergores pada garis do'a
Dalam lembaran kehidupan
Bersemayam di antara angan
Melayang mengangkasa
Tak terasa senja di pelupuk mata.
Mimpi akan daun gugur
Disapa angin tak bertegur
Joko susilo
18 Mei 2018
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H