Mohon tunggu...
Joko Rinanto
Joko Rinanto Mohon Tunggu... Penulis -

Menulislah, karena hidup adalah sebuah perjalanan pengaruh dan memengaruhi.

Selanjutnya

Tutup

Foodie Artikel Utama

Sari Kurma Rasa Singkong

5 Desember 2010   10:45 Diperbarui: 26 Juni 2015   11:00 854
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_78611" align="alignleft" width="300" caption="ilustrasi"][/caption] Pagi tadi saya dan rekan saya sempat berdiskusi tentang beberapa produk suplemen food. Akhir-akhir ini produk suplemen food dari sektor produk herbal sedang menjadi primadona. Beberapa produk yang sedang menjadi tajuk diantaranya  adalah suplemen food yang berasal dari tanaman obat asli Indonesia, propolis dan sari kurma. Sari kurma belakangan ini sering menjadi perbincangan karena keyakinan akan manfaat sari kurma sebagai pencegah trombositopenia. Kejadian Demam Berdarah Dengue yang seringakali menyebabkan trombositopenia (menurunnya jumlah trombosit) akibat pecahnya sel darah merah secara berlebihan pada kasus demam berdarah. Beberapa media, entah cetak dan elektronik pernah mengulas manfaat sari kurma. Bahkan belakangan dunia akademis pun melirik kurma sebagai bahan penelitian untuk skripsi atau tesis. Fenomena ini menandakan bahwa trend penggunaan sari kurma sedang berada pada posisi naik daun. Para produsen sari kurma berlomba-lomba mendesain produk sari kurma yang bersaing di pasaran. Lucunya produk yang dihasilkan cenderung bersaing terkait masalah harga jual. Itulah yang menjadi perbincangan kami. Produsen sari kurma cenderung tidak bersaing dengan menampilkan produk yang berkualitas baik, tetapi mengarah kepada penjualan produk dengan harga rendah atau pemberian diskon sebesar-besarnya. Aneh, sebenarnya jika suatu produk itu bertahan akan kualitas yang prima kenapa harus takut jatuh karena harga yang kurang murah? Tapi itulah fenomena yang terjadi sekarang ini. Banyak produsen dan pedagang sari kurma merek baru (follower) menjual produk sari kurma dengan harga lebih rendah dari produk pionirnya. Kejadian persaingan harga yang mulai tidak rasional ini memunculkan kemungkinan produk dengan kualitas rendah. Ternyata benar saja, untuk mensiasati volume sari kurma maka lahirlah sari kurma rasa singkong atau sari kurma rasa gula jawa. Ada-ada aja orang Indonesia ini, sangking jeniusnya bisa memformulasikan sari kurma rasa singkong. Saya awalnya bingung, dan mungkin anda juga. Tapi akhirnya saya menemukan jawabannya berdasarkan logika. Ya, bahan dasar sari kurma yang telah dibeli oleh produsen ditambah volumenya dengan pengenceran. Cara yang paling mudah yah dicampur air putih (aquadest) atau air galon. Nah, sari kurma yang telah bertambah volume atau beratnya ini akan menjadi encer. Untuk menjaga kekentalan sari kurma agar tidak terlihat encer digunakanlah pati Manihot utillisima atau tepung singkong dengan demikian kekentalan akan bisa diatur sesuai dengan kondisi yang diinginkan. Dengan begini jadilah sari kurma rasa singkong dengan harga lebih murah dan kualitas kekentalan bersaing, sedang kualitas secara farmakologis...... Serahkan saja sama Kepada Yang Maha Kuasa. Selain itu ada juga yang ngakalin persaingan harga dengan mencampur larutan sari kurma rasa singkong dengan larutan gula jawa agar manisnya tetap bertahan. Biasanya perbandingan yang didesain yaitu 1:1, artinya 1 liter sari kurma dicampur 1 liter larutan gula jawa. Maka jika anda meminum sari kurma justru menjadi radang tenggorokan atau betuk-batuk anda bisa periksa kembali label sari kurma tersebut apakah produk tersebut telah melalui proses izin dari lembaga terkait. Fenomena pengoplosan dalam dunia herbal adalah hal yang biasa. Beberapa herbal terkadang begitu saru untuk dibedakan secara kasat mata, semisal minyak sereh yang dioplos dengan minyak akar wangi. Pada tananaman tersebut selain tekstur tanamannya mirip, hasil minyaknya pun mirip, hanya harga minyak akar wangi lebih murah daripada harga sereh. Kira-kira begitulah fenomena yang saat ini sedang terjadi di masyarakat. Hal ini begitu logis dan bukan hal yang mustahil, mengingat banyak produsen herbal atau suplemen food yang berasal dari industri rumah tangga. Maka, baiknya adalah teliti sebelum membeli. Hal pertama yang harus diperhatikan adalah seberapa murah harga produk tersebut dan selanjutnya deteksi pelabelan dan izin dari produk sari kurma tersebut. Hal ini penting apabila anda tidak ingin membeli produk sari kurma rasa singkong gula jawa, atau bahkan setelah membaca tulisan ini anda menjadi penasaran bagaimana sensasi rasa sari kurma rasa singkong. Silahkan hunting sendiri aja dech ke TKP. Oleh: Joko Rinanto

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun