Mohon tunggu...
Joko Palu
Joko Palu Mohon Tunggu... profesional -

sahabat itu indah, indahnya sahabat

Selanjutnya

Tutup

Politik

Jokowi Memang Banyak Kelemahan

9 Juni 2014   02:14 Diperbarui: 20 Juni 2015   04:38 253
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Reshare link berita, tulisan, opini hingga berbagai tulisan yang entah telah memenuhi unsur jurnalistik, ataupun kaidah penulisan ilmiah atau tidak di media sosial, tentang pasangan capres-cawapres Pabrowo-Hatta dan Jokowi-JK, jumlahnya sangat banyak.

Baik yang isinya tentang positif maupun negatif kedua pasangan kandidat. Ada yang ditulis dengan halus, bahkan adapula yang langsung menunjuk hidung.

Dan semuanya seolah ditelan mentah-mentah, asal tentang negatif capres-cawapres pilihannya, terkesan sudah pasti betul.

Jujur, awalnya saya juga sempat terpengaruh dengan isi tulisan-tulisan, status hingga komentar-komentar yang mendukung pasangan capres-cawapres yang kucenderungi.

Namun, setelah semakin banyak berita, link berita dan status di media sosial kian tak masuk akal. Karena semakin kelihatan arah kalimat-kalimatnya, saya sadar dan paham, bahwa apapun itu motivasi dan isi tulisan/berita itu, tujuannya hanya dua, pembelaan terhadap pilihannya dan menjatuhkan bukan pilihannya.

Semakin jauh saya ikuti, maka makin dapat saya pahami, bahwa kelemahan paling banyak dan paling besar ada pada pasangan Jokowi-JK. Sehingga banyak sekali celah untuk mengkritisi Jokowi-JK. Kenapa?

Pertama; Jokowi memiliki pengalaman dua kali terpilih sebagai Wali Kota Solo/Surokarto. Dengan prestasi Walikota terbaik ke-3 di dunia, yang diberikan oleh City Mayors Foundation, dari sekitar 910 wali kota sedunia.*

Kedua ; Selama menjadi walikota Solo, Jokowi dianggap berhasil dalam rebranding kota Solo sebagai kota budaya dan tujuan pariwisata. *

Ketiga ; Walikota Surakarta, Joko Widodo menerima penghargaan untuk kategori Kota Terbaik dalam acara Delgosea Conference di Bangkok.*

Keempat; Jokowi sebagai gubernur DKI melakukan gebrakan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat DKI dengan program Kartu Jakarta Sehat dan Kartu Jakarta Pintar.*

Kelima ; Dua program Jokowi sabet penghargaan internasional, yakni Millenium Development Goals (MDGs) 2014.*

Keenam ; Pendapatan Asli Daerah (PAD) DKI meningkat dibawah kepemimpinan gubernur Jokowi, dengan rincian PAD 2012 adalah Rp 30,64 triliun, PAD pada tahun 2013 naik menjadi Rp 41,53 triliun, dan PAD tahun 2014 ditargetkan naik menjadi 64 triliun. Bandingkan dengan PAD Batam 2014 yang meningkat hanya sebesar 15 milyar.*

Ketujuh ; KPK memberikan penghargaan kepada Jokowi, sebagai juara dalam hal gratifikasi dan ketatnya pegawasan terhadap para pejabat negara.*

Kedelapan ; Berbagai program sukses di DKI buktikan kualitas kepemimpinan Jokowi.*

Kesembilan; okowi mendapat penghargaan khusus dalam kategori “Inspirasi Pemberdayaan Masyarakat” dari SSSG (Soegeng Sarjadi School of Government), award on Good Governance.*

Ke sepuluh; Berbagai penghargaan lainnya adalah The World 50 Greatest Leaders dari Fortune. Man of the Year 2014 dari Globe Asia Magazine. Terbaik Nomor 1 Indeks Pembangunan Ketenagakerjaan (IPK) dari Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Kemenakertras). Adiupaya Puritama 2013 dari Kementerian Perumahan Rakyat (Kemenpera). Anugerah Parahita Ekapraya (APE) dari Presiden Republik Indonesia. Tokoh Pluralisme 2013. *

Untuk Jusuf Kalla, hal yang paling mudah diingat dari tokoh Indonesia Timur ini adalah, pertama dia pernah jadi wakil SBY, pernah mempertemukan dua kelompok warga yang terlibat konflik komunal, Ambon dan Poso.

Kemudian mediasi antara masyarakat Aceh (GAM) dengan pemerintah RI. Sebagai ketua umum PMI, JK juga tak segan menunjukan empatinya terhadap muslim Rohingya.

Sementara Prabowo Subianto, dengan berbagai prestasinya sebagai personil TNI di kesatuan Koppasus, namun ‘konon’ dengan pemecatan. Karena diduga sering bergerak diluar jalur komando.

Yang pasti, keduanya memiliki prestasi dibidangnya masing-masing. Namun, untuk pencapresan ini ada perbedaan cukup tajam, jika Prabowo-Hatta berjuang keras agar diusung dan dipilih sebagai Capres-Cawapres. Tetapi Jokowi-JK memang dilamar rakyat melalui partai. Pelamaran inilah yang kemudian dijadikan rival politiknya sebagai Capres-Cawapres boneka.

Belum lagi soal stile, soal gaya bicara, dan soal-soal lainnya. Secara pribadi, ketika ada tulisan atau status medsos menyebut capres-cawapres dengan kalimat-kalimat negatif, saya lihat dan perhatiakn dulu siapa orangnya.

Misalnya dengan memperhatikan latar belakang dia dalam karir politik, kalau dia pernah jadi caleg, terpilih-tidak, kalau dia kader partai; posisinya apa, kalau dia kepala rumah-tangga, sukses gak?, jangan-jangan cerai atau bahkan ditinggal istrinya.

Dan satu lagi, menurut saya pribadi, yang terpenting dari seorang pemimpin adalah ide, gagasan dan kreatifitas me-menej bawahan dan persoalan. Tidak harus yang berbadan besar, tegap, sangar atau bersuara besar. Karena ciri-ciri itu, hanya ‘wajib’ dimiliki seorang pengawal atau tukang pukul.

Sehingga, biarlah Jokowi-JK berbadan kerempeng, tidak pandai pidato, tetapi lebih banyak memikirkan inovasi penanganan persoalan kerakyatan. Sebagaimana moto dan slogan hidup orang Bugis “Taro Ada Taro Gau” (satukan perkataan dan perbuatan). Untuk itu, pasangan Capres-Cawapres nomro urut 2 lah pilihan saya.

Keterangan ; * = http://capres2014.org/

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun