Sadarnya pemahaman bahwa dibolehkannya Sholat adalah bukan serta merta haknya sebagai individu, melainkan atas bantuan pertolongan Allah. Hal ini tidak menjadikan Sholatnya dilakukan dengan menyesuaikan kelonggaran waktunya bekerja. Melainkan, setiap datang waktu Sholat ia langsung menemui mandornya meminta izin Sholat. Meskipun atasannya terkadang tidak langsung mengiyakan, “Pekerjaanmu tanggung itu, selesaikan dulu baru Sholat!” Dengan santun Ia selalu mengingatkan si Mandor, “5 menit saja Sajang-nim, selesai Sholat saya selesaikan.” Si mandor kadang-kadang geleng-geleng kepala setiap dikalahkan oleh kuatnya komitmen pekerjanya ini kepada Tuhannya.
Hari demi hari, minggu demi minggu, sholat dengan pengawasan dari mandor dan disaksikan oleh teman-teman kerjanya dari Vietnam, China, Thailand dan Philipina. Sambil sesekali waktu si atasan salau mengecek dan melihat jam tangannya untuk memeriksa apakah ia benar-benar melakukannya 5 menit. Awalnya setiap melewati batas waktu yang disediakan, si Mandor langsung memanggilnya, “Ayo lanjutkan kerjamu”. Namun, komitmen itu menunjukkan bahwa ia bisa dipercaya.
Seiring waktu, “Keajaiban” itu akhirnya datang juga. Karena keasikannya bekerja pernah sekali waktu ia lupa tidak mengecek HP nya, sehingga tidak tahu telah masuk waktu Sholat. Tiba-tiba si Mandor bergerak mendekatinya. Spontan si atasan memberikan instruksi, “Sudah jam 12, kenapa kamu tidak Sholat?”
“Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: “Rabb kami ialah Allah” kemudian mereka istiqomah pada pendirian mereka, maka malaikat akan turun kepada mereka (dengan mengatakan): “Janganlah kamu merasa takut dan janganlah kamu merasa sedih; dan bergembiralah kamu dengan (memperoleh) surga yang telah dijanjikan Allah kepadamu”.” (QS. Fushilat: 30)
Selang tiga bulan kemudian suasana tegang setiap mulai masuk waktu sholat menjadi cair dan penuh persahabatan. Bukan reminder HP lagi yang mengingatkan, namun rekan-rekan kerjanya merasakan ada moment yang hilang jika Ia belum mengambil wudhu dan melaksanakan Sholat.
Puncaknya setelah empat bulan bekerja di sana, Pemilik pabrik mengundang pekerja-pekerjanya “Party”. Meskipun ia berkomitmen menjaga konsumsi dari makanan yang tidak halal, ia tetap hadir menghormatinya. Yang menarik dari percakapan pemilik pabrik saat didepan semua pekerjanya, “Saya suka dengan Agus, ia bekerja rajin dan komitmen pada pekerjaannya. Saya tidak tahu kalau ada orang Islam seperti dia”. Setengah bercanda si Bos berkata, “Saya sekarang suka Islam seperti Agus”.
Terkadang sebagai seorang Muslim, kita khawatir akan keamanan jika kita tinggal di negara yang kurang bersahabat dengan Islam seperti Amerika Serikat, Israel, Korea, Inggris atau negara-negara eropa lainnya. Namun sebenarnya kekhawatiran kita akan perlakuan buruk dari orang-orang di sana sama besarnya dengan kekhawatiran mereka bahwa kita akan berbuat kriminal/terorisme di negeri mereka. Itu yang menyebabkan Donald Trump memiliki gagasan untuk menutup akses Muslim masuk ke AS, seperti kekhawatiran yang di generalisasi.
Seperti yang dilakukan sebagian teman-teman yang lebih dulu tinggal di sana, memegang kukuh aqidah Islam adalah sangat penting.
Taatlah beribadah, namun ibadah kita tidak sama sekali memberikan kerugian bagi orang lain, terlebih mengancam keamanan orang lain.
Tolaklah ajakan berbuat mungkar. Yang kita tolak adalah perbuatannya, tanpa harus melukai orang yang mengajaknya.