Mohon tunggu...
Joko Suprianto
Joko Suprianto Mohon Tunggu... Guru - Guru

Menulis adalah menerbangkan impian dalam sebuah salinan

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Janji

10 Februari 2023   14:54 Diperbarui: 10 Februari 2023   15:13 162
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Janji  

Karya Joko Suprianto

Di jalan melayu blok 2D no 61 tepat dibawah lampu jalan sosok lelaki 17 tahun terlihat sedang menunggu seseorang. "sudah satu jam aku menuggu" sambal mondar mandir Yu menggerutu.

Sial kenapa belum datang juga padahal kan sudah janjian dari kemarin. sambil menaruh tas gendong bertuliskan eiger dibelaknggya. " ya sudah aku tunggu setengah jam lagi siapa tau dia akan muncul"

Dia mengeluarkan Samsung tipe SGH R220 dari saku kemeja kotak-koak berwarna hitam dan biru yang dia pakai. Sambal menghela napas dia menggerutu lagi " Huh pusing aku sudah jam 6 sore taapi belum datang juga, sedang apah sih dia aku telpon juga ga dia angkat "

Tepat dari arah jam 3 muncul seseorang dengan pakaian serba hitam dan memakai motor Honda Blade menghampiri. "sedang menggu siapa de ?" tanyanya kepadaku. Aku hampir kencing dicelana melihat wajahnya yang seperti mau memuluku aku menjawab. " iya pak sedang menunggu teman pak"  kuucapkan dengan bercucuran keringat dan suara pelan karena takut dan aku sadari dia adalah satpam dan bertuliskan Yohanes di papan nama baju hitamnya itu, satpam itu berkata lagi " Hari semakin gelap, cuaca juga sepertinya akan hujan kalau sudah selesai segeralah pulang !" aku menjawab "baik pak"

Sial.. sial.. sekali aku ini, sudah menunggu lama ditegur pula sama satpam kompelek sini. Kulampisakan dengan menendang tiang lampu jalan dan sedikit berteriak " kamu kemana sandria kenapa tak datang-datang"

Sepuluh menit berselang disaat aku sudah mau pulang tiba-tiba HP Samsung tipe SGH R220 ku bergetar dan kulihat nama Sandria memanggil. Sontak dengan perasaan senang aku segera menjawab " kamu dimana ? aku sudah menunggu dari tadi ?" dengan nada pelan sandria menjawab "Maafkan aku Yusril aku tidak bisa datang, sebagai bentuk adab ku kepada Ayah dan Ibu aku harus menuruti keinginanya untuk bertunangan dengan pilihan mereka, apa yang sudah kita bicarakan kemarin aku tak kuasa melakukannya. Maafkan aku yusril". Seketika hatiku kaku, sesak napas ini hujan menutupi sedihku, airmataku kalah deras dari hujan sore itu. Aku pulang membawa kesedihan sore itu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun