Mohon tunggu...
Joko_Siswanto
Joko_Siswanto Mohon Tunggu... -

tak ada kata terlambat untuk belajar

Selanjutnya

Tutup

Money

Mengakhiri Depresi Ekonomi ala Prof. Paul Krugman

3 Oktober 2016   17:12 Diperbarui: 3 Oktober 2016   17:18 487
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pada masa transisi pemerintahan Obama pada Desember 2008 terjadi penurunan nilai rumah dan harga saham yang berakibat pada penurunan nilai bersih kekayaan rumah tangga sebesar 13 triliun dollar AS. Setara dengan hilangnya nilai barang dan jasa yang diproduksi AS selama setahun. Lalu apa yang dilakukan? Sebagai ‘the first line of defence’ dalam menangani krisis The Fed menerapkan kebijakan moneter dengan menurunkan suku bunga. Tetapi suku bunga jangka pendek sudah sangat rendah atau hampir mendekati nol persen, sehingga tidak mungkin untuk memangkas suku bunga lebih rendah lagi.

Dalam kondisi seperti itu yang tersisa adalah kebijakan stimulus fiskal, melalui peningkatan pengeluaran pemerintah dan/atau pengurangan pajak, dengan diterbitkannya Undang-undang Reinvestasi dan Pemulihan AS (American Recovery and Reinvestment Act atauARRA)’. Namun stimulus fiskal sebesar 787 miliar dollar AS sangatlah kecil nilanya, sehingga tidak berarti dalam membuka lapangan kerja untuk perekonomian sebesar AS. Karena dari nilai itu, 40 persen berasal dari penurunan pajak, sisanya (60 persen) sebagian besar ditujukan bagi tunjangan pengangguran (unemployment benefit), kesehatan (Medicaid), dan bantuan kepada pemerintahan lokal (state dan local government) agar mereka tidak mengurangi pengeluaran. Hanya sebagian kecil saja digunakan untuk pembangunan gedung, jalan dan infrastruktur lainnya, yang menjadi bagian penting dari stimulus fiskal dalam menggerakan sektor ekonomi riil secara keseluruhan.

Krugman kemudian membandingkannya dengan program yang pernah dilakukan oleh Presiden F.D. Roosevelt melalui ‘Works Progress Administration’ yang melibatkan tiga juta tenaga kerja atau 10 persen dari angkatan kerja AS. Jika disamakan dengan kondisi saat ini berarti setara dengan penggunaan 13 juta tenaga kerja. Menurutnya, stimulus fiskal kali ini dianggap memadai jika nilainya mencapai 45 triliun AS, dengan asumsi krisis yang berlangsung selama tiga tahun (2007-2009) telah menyebabkan AS kehilangan produksi barang dan jasa senilai 15 triliun dollar AS tiap tahunnya. Jadi angka ARRA sebesar 787 miliar dollar AS hanya kurang dari dua persen dari nilai perekonomian AS yang seharusnya dicapai.

Jutaan kesempatan kerja yang hilang adalah fenomena nyata dan dirasakan langsung oleh masyarakat, sementara kekhawatiran terhadap dampak buruk dari besarnya defisit anggaran pemerintah akibat stimulus fiskal hanyalah hipotetis. Menurut Krugman pendapat kaum “austerian” bahwa dalam kondisi krisis justru anggaran pemerintah dikurangi sangat dipengaruhi oleh opini pasar yang diwakili oleh para pemain obligasi (Krugman menyebutnya ‘bond vigilantes’) yang tidak suka yield jatuh karena kebijakan ekspansi fiskal. Kebijakan yang diambil kaum ‘austerian’ di AS dan Eropa diulas khusus di bab 11.

 Disamping AS, Krugman juga mengritik rekomendari OECD, BIS, IMF, dan ECB yang menjadi rujukan banyak negara di Eropa dalam mengatasi depresi ekonomi. Bagi Krugman, kebijakan peningkatan suku bunga dan pengurangan defisit anggaran untuk meningkatkan kepercayaan pasar, seperti pernah disebut oleh Presiden ECB Jean-Claude Trichet, hanyalah dongeng (“confidence fairy”). Kepercayaan yang dirasakan adalah semu karena, misalnya, investor berharap pemerintah tidak menambah defisit dengan menambah utang sehingga suku bunga turun. Ekspektasi ini mendorong peningkatan investasi. Di tingkat rumah tangga pengurangan pajak akan meningkatkan belanja terhadap barang yang diproduksi investor. Namun pada kenyataannya mereka tidak punya uang atau likuiditas, sehingga pengurangan pajak sebesar apapun hanya dapat memenuhi kebutuhan dasarnya.

Oleh karena itu Krugman untuk kesekian kali menekankan pentingnya peningkatan belanja oleh pemerintah dalam mendorong permintaan investor dan rumah tangga di saat krisis. Tak kurang ekonom seperti Joseph Stiglitz dan Christina Romer sependapat dengan Krugman. Menariknya, penelitian terakhir oleh IMF – yang selama ini menganjurkan fiscal austerity – menunjukkan bahwa pada sekitar 173 kasus pengetatan anggaran di negara maju selama periode 1978-2009 mengakibatkan kontraksi ekonomi dan peningkatan jumlah pengangguran di negara tersebut.

Krugman percaya bahwa resep untuk menangani depresi ekonomi AS sudah tersedia berdasarkan pengalaman Great Depression 1930-an, sehingga pemerintah tidak perlu “reinventing the wheel”. Resesi ekonomi yang dimulai dengan peristiwa ‘Black Tuesday’ pada 1929 manakala seluruh harga saham di AS rontok, menyebabkan seperempat angkatan kerja di AS menganggur dan banyak orang kehilangan tempat tinggal. Presiden Roosevelt dengan program “New Deal”-nya berhasil membawa perbaikan ekonomi dan menurunkan jumlah pengangguran. Tetapi memang sejarah mencatat bahwa pengalaman AS keluar dari Great Depression banyak dipengaruhi oleh pengeluaran pemerintah yang sangat besar untuk membiayai Perang Dunia II. Secara berseloroh Krugman berkata “…what we really need right now is to fake threat of alien invasion that leads to massive spending on anti-alien defenses..” untuk meyakinkan pemerintah AS yang sekarang agar menggelontorkan stimulus fiskal yang sangat besar.

Lalu dari mana sumber pendanaan belanja pemerintah? Salah satu yang paling populer adalah utang. Banyak pengamat merasa khawatir dengan jumlah utang pemerintah AS yang besar, tetapi tidak bagi Krugman. Utang sangat membantu masyarakat miskin yang ingin memiliki rumah karena mereka tidak akan bisa memilikinya jika harus membeli secara kontan. Dan patut diingat, kata Krugman, utang seseorang adalah aset orang lain. Jadi secara keseluruhan kekayaan total masyarakat relatif tidak berubah. Dalam skala yang lebih luas, net international investment position AS pernah menyentuh angka 2,5 triliun dollar AS, angka yang cukup besar secara absolut. Namun relatif sangat kecil sekali artinya bagi perekonomian sebesar AS yang mampu memproduksi barang dan jasa senilai 15 triliun dollar AS tiap tahunnya.

            Membaca buku ini sangat mengasyikkan, apalagi bagi mereka yang tergolong “Keynesian” seperti Paul Krugman. Dengan bahasa yang sederhana yang sebisa mungkin menghindari  penggunanan terlalu banyak tabel dan grafik, buku ini baik sekali dalam mengungkap sisi praktis teori Keynes dalam menceritakan dan memberi solusi mengatasi depresi ekonomi di AS. Buku ini patut menjadi pelengkap koleksi perpustakaan para akademisi, praktisi, pengambil kebijakan, maupun pengamat ekonomi amatir seperti saya.

Jakarta, 10 Juli 2014

Catatan: Tulisan ini dibuat sebagai resensi buku karangan Prof. Paul Krugman berjudul "End This Depression Now!" (2013); Penerbit: WW Norton & Company, Inc.; ISBN: 978-0-393-34508-7; Jumlah halaman: xxiv + 259

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun