Mohon tunggu...
Joker Merah
Joker Merah Mohon Tunggu... pegawai negeri -

the real Joker

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Sensus Pertamaku

16 Mei 2011   03:11 Diperbarui: 26 Juni 2015   05:37 476
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hari terakhir pelaksanaan pencacahan lapangan yang menjadi tugas saya. Tibalah saya di rumah besar, yang cukup membuat kesal. Karena penjaganya terus saja mengatakan tidak ada orang di rumah, dan menolak memberikan informasi apapun, bahkan untuk membuat janji dengan si pemilik rumah sekalipun. Ingin saja rasanya mengabaikan anggota rumah tangga ini dari penduduk Indonesia yang wajib saya datangi. Namun mau bilang apa?

Di kunjungan ke empat, mungkin saya beruntung. Karena ketika penjaga rumah bilang, "Bapak tidak ada." Ada suara dari dalam yang bertanya "Siapa itu?"

Dengan muka kesal saya menjawab, "Petugas Sensus, Pak."

Akhirnya setelah menunggu 5 sampai 10 menit, Bapak itu mengizinkan saya masuk. Dan saya pun masih menatap penjaga rumah itu dengan kesal, karena telah membohongi saya.

Sambil meminta maaf karena telah membuat saya menunggu, si Bapak meminta pelayannya untuk membuatkan saya minum. Lalu datanglah secangkir teh hangat dengan sepiring donat dari toko yang cukup terkenal. Tentu saja saya jawab, "Tidak usah repot-repot, Pak." Karena memang data yang dia berikan lebih berarti dari itu semua. Data terakhir yang harus saya dapatkan, untuk kemudian berlibur. Karena kegiatan SP2000 ini bersamaan dengan masa libur kuliah.

Namun untuk menghilangkan rasa lelah dan ingin sekedar berteduh, di rumah ini betul-betul saya tanyakan semua item pertanyaan, yang sebetulnya tidak perlu saya tanyakan sekalipun (seperti jenis lantai, atap terluas, hehe... sebetulnya ini kan bisa dilihat). Dan tibalah pada pertanyaan PMKS. Jika sebelumnya si Bapak berkata bahwa pekerjaannya adalah Makelar Tanah, disini ia sepenuhnya mengakui bahwa ia adalah pengguna narkoba. Bahkan, untuk memenuhi kebutuhannya itu pula, dia juga memperjualbelikan narkoba. Wah, tidak karuan rasanya mendapatkan info ini. Seringkali saya tidak habis pikir bagaimana seseorang bisa begitu jujur pada orang yang baru dikenalnya, yaitu saya. Namun ya, tugas saya hanya merekam semua jawaban. Dan saya melakukan itu.

Hingga tiba di akhir pertanyaan, dan saya pun memutuskan untuk segera beranjak pergi. Tentu saja saya khawatir akan keselamatan diri saya. Karena dia juga mengatakan, alasan bahwa ia sulit ditemui bukan karena semata-mata ia sulit ditemui, tapi sedang berada dalam kondisi yang tidak mungkin ditemui.

Sebagai tuan rumah yang baik, dia meminta saya untuk mencicipi makanan dan minuman di hadapan saya. "Diminum dulu, Mbak. Kuenya juga dimakan..."

Namun saya hanya diam, tidak menjawab. Terus terang saya khawatir ada sesuatu di makanan atau minuman itu. Diluar dugaan, dia berkata, "Jangan khawatir, Mbak. Ini bagian dari rejeki saya yang halal..."

Tak urung saya tersenyum. Dalam hati saya berkata, "Bisakah dipisahkan mana yang halal dan mana yang haram..."

**

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun