Pandemi di Tiongkok sempat melumpuhkan berbagai macam kegiatan perekonomian. Namun setelah kurang lebih 400 juta warganya divaksinasi, kegiatan perekonomian termasuk pariwisata kembali menggeliat.Â
Satu tahun setelah pandemi saya pun memulai aktivitas pariwisata, kembali menjelajahi Tiongkok. Kali ini saya mengunjungi pusat perbelanjaan di kota Urumqi, provinsi Xinjiang, yaitu Xinjiang Grand Bazaar (Mandarin: Xinjiang Dabazha; Uighur: Shinjang Xelq'ara Chong Baziri)
Xinjiang Grand Bazaar di kota Urumqi adalah salah satu pusat perbelanjaan tradisional terbesar di dunia yang memiliki luas 4.000 m persegi. Bangunan di tempat ini bernuansa timur tengah, Islami, serta memiliki cita rasa etnis setempat, seperti Uighur, Kazakhs, Hui, Kyrgyz, dan suku-suku minoritas lain di Xinjiang.
Bazaar ini adalah tempat yang ideal bagi pengunjung untuk mencicipi suasana budaya yang unik dari masyarakat setempat. Terkadang, penyanyi dan penari memberikan pertunjukan di panggung yang disediakan di tengah bazaar.
Di pusat perbelanjaan ini terdapat lebih dari 3.000 gerai yang menjual pakaian, alat musik, tembikar, keramik, alat makan dari kuningan, perhiasan atau aksesoris tradisional khas suku minoritas Xinjiang, kacang-kacangan, buah-buahan kering, karpet, obat tradisional, buah-buahan segar, produk olahan susu, dan lain sebagainya.
Salah satu makanan khas yang dapat ditemukan dan jangan sampai terlewat di sini adalah roti pipih naan atau nang. Roti ini kadang juga disebut roti Uighur karena merepresentasikan kuliner khas dari masyarakat Uighur.
Sangat tidak mungkin untuk berjalan jalan di Xinjiang tanpa bertemu dengan kedai naan. Gerainya tampak cukup sederhana. Biasanya terdiri dari ruangan kecil untuk mencampur adonan di sebelah oven besar yang terletak di luar, yang disebut tannur atau tandoor.
Oven berbentuk silinder ini mirip dengan yang ada di wilayah Timur Tengah sebagaimana biasanya terbuat dari batu bata, kemudian dipanaskan dengan batu bara atau kayu. Selama hampir dua belas jam sehari, dua orang pekerja sibuk membuat adonan dan memanggang roti.
Bagi masyararkat Xinjiang memproduksi serta menjual roti naan ini adalah kebutuhan mendasar. Keterampilan mereka diturunkan dari generasi ke generasi dan diajarkan supaya kekayaan budaya mereka tetap lestari. Salah satu alasan mengapa harus tetap dilestarikan adalah karena membuat roti naan memang tidak mudah.
Memang tidak ada sekolah formal untuk melatih dan tidak ada buku resep yang pasti, karena jika ingin membuat roti naan sendiri mungkin dapat mencoba mengikuti reseptnya, namun hasilnya tidak akan sama.
Saya diberi tahu bahwa ada lebih dari 50 jenis roti naan. Untuk mengetahui detail jenis roti naan ini anda dapat mengunjungi museum roti naan yang terletak di dalam bazaar. Selain roti pipih naan, ada juga berbagai jenis roti Uighur lainnya, misalnya roti panggang isi daging kambing cincang.
Pastikan ketika berbelanja di bazaar ini anda dapat menawar dengan penjual. Beberapa barang dapat anda temukan dengan harga miring, namun beberapa gerai akan memberikan harga yang lebih tinggi daripada harga normal. Oleh karena itu, tetap berpikiran jernih sebelum merogoh kocek dalam dalam.
Xinjiang The Grand Bazaar ini berlokasi di jalan Shengli, Urumqi selatan. Salah satu cara umum menuju ke tempat ini adalah naik No. 110. Namun anda dapat juga menggunakan taksi konvensional atau taksi online lewat aplikasi DiDi.
Waktu terbaik untuk mengunjungi bazaar ini adalah saat cuaca hangat dari Mei hingga Oktober. Di musim panas, bazaar ini justru tambah ramai di malam hari. Karena jam malam, pada musim panas cuacanya akan sangat sejuk.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H