Mohon tunggu...
Yuniarto Hendy
Yuniarto Hendy Mohon Tunggu... Jurnalis - Dosen Bahasa Indonesia di Beijing

Youtube: Hendy Yuniarto

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Geliat The Grand Bazaar Urumqi Xinjiang Pascapandemi

26 Mei 2021   08:00 Diperbarui: 27 Mei 2021   13:52 1437
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pandemi di Tiongkok sempat melumpuhkan berbagai macam kegiatan perekonomian. Namun setelah kurang lebih 400 juta warganya divaksinasi, kegiatan perekonomian termasuk pariwisata kembali menggeliat. 

Satu tahun setelah pandemi saya pun memulai aktivitas pariwisata, kembali menjelajahi Tiongkok. Kali ini saya mengunjungi pusat perbelanjaan di kota Urumqi, provinsi Xinjiang, yaitu Xinjiang Grand Bazaar (Mandarin: Xinjiang Dabazha; Uighur: Shinjang Xelq'ara Chong Baziri)

Xinjiang Grand Bazaar di kota Urumqi adalah salah satu pusat perbelanjaan tradisional terbesar di dunia yang memiliki luas 4.000 m persegi. Bangunan di tempat ini bernuansa timur tengah, Islami, serta memiliki cita rasa etnis setempat, seperti Uighur, Kazakhs, Hui, Kyrgyz, dan suku-suku minoritas lain di Xinjiang.

Seorang penjaja dari suku Uighur di Grand Bazaar Urumqi (dokpri) 
Seorang penjaja dari suku Uighur di Grand Bazaar Urumqi (dokpri) 

Bazaar ini adalah tempat yang ideal bagi pengunjung untuk mencicipi suasana budaya yang unik dari masyarakat setempat. Terkadang, penyanyi dan penari memberikan pertunjukan di panggung yang disediakan di tengah bazaar.

Di pusat perbelanjaan ini terdapat lebih dari 3.000 gerai yang menjual pakaian, alat musik, tembikar, keramik, alat makan dari kuningan, perhiasan atau aksesoris tradisional khas suku minoritas Xinjiang, kacang-kacangan, buah-buahan kering, karpet, obat tradisional, buah-buahan segar, produk olahan susu, dan lain sebagainya.

Salah satu makanan khas yang dapat ditemukan dan jangan sampai terlewat di sini adalah roti pipih naan atau nang. Roti ini kadang juga disebut roti Uighur karena merepresentasikan kuliner khas dari masyarakat Uighur.

gerai roti naan, roti khas suku Uighur (dokpri)
gerai roti naan, roti khas suku Uighur (dokpri)

Sangat tidak mungkin untuk berjalan jalan di Xinjiang tanpa bertemu dengan kedai naan. Gerainya tampak cukup sederhana. Biasanya terdiri dari ruangan kecil untuk mencampur adonan di sebelah oven besar yang terletak di luar, yang disebut tannur atau tandoor.

Oven berbentuk silinder ini mirip dengan yang ada di wilayah Timur Tengah sebagaimana biasanya terbuat dari batu bata, kemudian dipanaskan dengan batu bara atau kayu. Selama hampir dua belas jam sehari, dua orang pekerja sibuk membuat adonan dan memanggang roti.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun