Sistem ujian kenegaraan tersebut dipertahankan sampai tahun 1905, lebih dari 1300 tahun setelah diberlakukan. Namun sistem ujian tersebut tidak pernah dihilangkan begitu saja dari sitem pendidikan Tiongkok. Kini ujian yang paling bergengsi adalah ujian masuk perguruan tinggi dan ujian masuk PNS.Â
Selain daripada dua ujian besar tersebut, masih ada ratusan ujian kecil dalam proses belajar sehari-hari. Sistem ujian dianggap dapat menilai kamampuan seorang secara lebih objektif dan adil agar setiap orang bisa memperoleh peluang untuk membuktikan dirinya, tetapi sistem ini pun mendatangkan dampak negatif yang seringkali disorot oleh masyarakat dan berbagai media, menjadi topik kontroversial tak berkesudahan.Â
Tidak sedikit yang menganggap bahwa para siswa tidak bisa mengembangan kreativitas karena karena pelajaran atau mata kuliah eksakta cenderung lebih diperhatikan daripada ilmu sosial dan seni. Banyak yang percaya bahwa pelajaran tersebut tidak begitu memengaruhi siswa untuk naik kelas atau masuk universitas yang terkenal.Â
Sementara kebanyakan guru hanya mengajar yang tertulis dalam kurikulum dan berkaitan dengan ujian, maka kemampuan belajar dan berpikir para siswa dalam berpikir kritis, analitis, ataupun kemampuan berbeda tidak berkembang.Â
Selain itu juga siswa seringkali kehilangan minatnya untuk menjelajahi ilmu-ilmu lain karena mereka menerima materi yang tetap dari tahun ke tahun serta mempelajari jawaban atas pertanyaan yang standar. Lama-kelamaan mereka terlihat seperti mesin belajar otomatis sementara menunggu guru yang mengetahui semua ilmu menyuapi dan memberikan perintah.Â
Dengan demikian setiap orang menjadi terlihat memiliki kemampuan yang sama. Mereka pun merasa takut untuk mengambil resiko untuk mengubah keadaan atau berpikir out of the box. Mereka cenderung memilih jalan aman meskipun harus bersaing dengan super ketat.Â
Pendidikan berorientasi ujian ini memang tidak baik untuk perkembangan siswa dalam berpikir kreatif. Sistem pendidikan tersebut belum mewujudkan keadilan pendidikan, namun tidak mungkin begitu saja dihilangkan karena ujian adalah ajang pembuktian siswa dari keluarga kelas bawah dan menengah untuk mengubah taraf kehidupan dan status sosial di masa depan dengan cepat.Â
Meskipun ujian bukan satu-satunya cara yang terbaik untuk mengukur kemampuan siswa, tetapi bagaimana menentukan standar semua guru, juga ditambah dengan kualitas atau prestasi seni dan budaya, bagaimana caranya menilai supaya semua dapat diakui dengan adil ? kalau keadilan dalam menentukan standar pendidikan tidak tercapai maka berakibat pada ketidakpuasan dan kemarahan masyarakat.
Adanya kesenjangan pendidikan di Tingkok adalah penyebab bahwa Tiongkok belum menjalankan pendidikan berorientasi kualitas yang menyeluruh. Fakta populasi besar tidak terelakkan dan sumber pendidikan yang terbatas, terutama pendidikan tinggi. Dalam situasi ini masyarakat sungguh-sungguh mementingkan keadilan menilai. Dalam perjalanan pendidikan, seorang siswa Tiongkok sungguh menghadapi kesulitan yang luar biasa tidak dapat dibayangkan.
Di sekolah menengah, kehidupan sehari-hari para siswa pada dasarnya seperti robot dengan tugas kerja yang monoton. Kehidupan sehari-hari mereka dapat dibagi menjadi 3 kegiatan utama, yaitu tidur, makan, dan belajar. Tentu belajar dan mengerjakan PR menempati porsi waktu yang paling lama.Â
Para siswa di Tiongkok merasa malu karena ketinggalan satu detik untuk belajar. Banyak dari mereka makan di kantin sambil belajar. Kegiatan belajar mereka rata-rata dimulai jam 7 pagi dan berakhir pada jam 10 malam. Sebagian siswa tinggal di asrama sekolah, sebagian siswa memilih untuk tinggal di luar sekolah. Orang tua mereka rela mengeluarkan sekitar 2.000 yuan atau lebih per bulan untuk menyewa satu kamar di apartemen dekat sekolahnya.