Selesai kujelaskan pada teman-temanku bagaimana ku akan menjalani hidupku, yang mungkin tak sesuai dengan permintaan dan standar sosial. Namun apakah hidup harus mengikuti tuntutan standar sosial itu, kurasa setiap individu bebas menentukannya, tak dibatasi pada anggapan seseorang atau kelompoknya.
Tentu ada yang merespon baik dan ada yang tak begitu setuju, namun bagiku itu tak menjadi persoalan yang penting. Ketika apa yang dilakukannya nyaman dan berguna untuk orang banyak, maka lakukanlah. Begitulah percakapan singkat dengan teman-teman sekolahku. Kulanjutkan dengan menyantap es krim putar rasa durian untuk melegakan tenggorokan. Tidak lupa beberapa gelas es buah yang menyegarkan di saat terik menyengat.
Kami kembali bersendau gurau bersama, menceritakan kelucuan, kebodohan, keluguan kami ketika masih bersekolah dulu. Kami juga tak lupa saling bertanya kabar guru kita masing-masing, khususnya guru yang paling galak adalah yang paling diingat.
Tibalah bagi kami untuk berpamitan, berpisah. Setidaknya untuk sementara waktu. Tapi bagiku mungkin butuh beberapa tahun lagi akan bertemu. Aku harus kembali ke perantauan, menyelesaikan tugas serta pekerjaanku. Foto reuni kusimpan baik-baik. Saatnya kupulang. Mengendarai sepeda motor lawas melewati persawahan. Jalanan pulang ke rumah ini akan selalu kuingat, begitu pula dengan reuni sekolah berikutnya yang kunantikan. Â Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H