Mohon tunggu...
Yuniarto Hendy
Yuniarto Hendy Mohon Tunggu... Jurnalis - Dosen Bahasa Indonesia di Beijing

Youtube: Hendy Yuniarto

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Setelah Isolasi Diri Dua Bulan

29 Maret 2020   19:58 Diperbarui: 30 Maret 2020   01:45 340
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Masyarakat mulai mendatangi taman (Dokumentasi pribadi)

Pada akhir Januari aku masih ingat di depan kompleks tiba-tiba penjagaan diperketat, dua tiga orang tambahan mengenakan tanda merah bertuliskan sukarelawan memeriksa identitas dan suhu badan semua orang yang masuk.

Walaupun Wuhan berjarak lebih dari 1000 km dari kota tinggal, namun suasana mencekam sangat terasa. Perusahaan, toko-toko, sekolah, dan transportasi sudah dibatasi dengan ketat. Semakin fobia melihat orang-orang bermasker N95 yang dianjurkan. Untung beberapa teman sempat mengirim bahan mentah dan makanan untuk kumasak beberapa minggu.

Selama masa hibernasi panjang dan isolasi diri tidak banyak kegiatan yang bisa kulakukan. Membaca buku mungkin kegiatan yang paling menyenangkan. 

Novel Tjerita dari Blora karangan Pramoedya, Soul Mountain karangan Gao Xinjiang, Kumpulan Cerpen Kompas tahun 2018, Reflections from Yogya karya prof Masri Singarimbun adalah beberapa buku yang kubaca secara maraton.Juga sempat kutulis 7 cerpen di Kompasiana yang salah satunya berjudul Fobia, menceritakan perasaan waktu isolasi diri, perasaan selalu was-was dengan lingkungan sekitar, bahkan ketika mendengar orang di dekatku bersin. 

Setiap hari mengamati statistik yang semakin mengkhawatirkan, dari ratusan menjadi ribuan, dari ribuan menjadi puluhan ribu, sampai akhirnya menurun sampai 80.000-an, dan seminggu yang lalu Wuhan tidak lagi memiliki pasien baru.

Kehidupan di Wuhan juga dikabarkan telah kembali menggeliat, termasuk dibukanya kembali jalur kereta api bawah tanah serta kereta cepat. Kabarnya pula awal bulan April kota yang menjadi awal pandemi ini sudah dibuka dari status lockdown dari pertengahan Januari. Beberapa kota juga sudah membuka transportasi, sekolah, pabrik, dan perusahaan. 

Masyarakat sudah banyak terlihat naik kendaraan umum pergi bekerja, toko-toko mulai kembali buka, dan pada akhir pekan banyak orang pergi ke taman untuk melihat bunga sakura bermekaran. 

Aturan cek suhu tubuh dan jaga jarak minimal 1 meter masih diberlakukan ketat oleh para aparat dan sukarelawan di berbagai tempat umum. Meskipun tawa tak terlihat karena tertutup masker, namun kegembiaraan dapat terlihat jelas dari gestur tubuh mereka. 

Status 0 pasien yang dicapai selama beberapa hari bukan ujung dari cerita wabah. Kini ditemukan ratusan orang asing dan orang asli yang kembali ke Tiongkok positif covid-19. Tiongkok pun kembali membuat peraturan untuk membatasi orang asing yang masuk. 

Mereka yang mendarat di kota-kota besar bisa dialihkan penerbangannya ke kota-kota kecil untuk mengkarantina orang-orang yang positif selama 14 hari. 

Orang asing yang positif covid-19 waktu tiba di Tiongkok telah disediakan tepat karantina atau hotel dengan biaya ditanggung yang bersangkutan. 

Selama dua bulan mengisolasi diri memang tidak mudah, apalagi bagi seseorang yang aktif bepergian untuk bekerja atau berjalan-jalan, berkumpul dengan teman. Namun dengan niat, kesadaran diri, dan pengawasan yang ketat oleh pemerintah daerah, aparat, dan sukarelawan semua bisa dilewati dengan lancar. Semoga keluarga, saudara, teman-teman, dan para kompasianer di Indonesia atau di manapun berada tetap diberi ketabahan dan kekuatan sampai wabah ini berakhir.

Beberapa foto saat bulan Februari dan setelah kehidupan mulai bergeliat pada akhir Maret 

Jalanan lenggang (Dokumentasi pribadi)
Jalanan lenggang (Dokumentasi pribadi)

Jalanan lengang (Dokumentasi pribadi)
Jalanan lengang (Dokumentasi pribadi)

Jalanan kembali ramai (Dokumentasi pribadi)
Jalanan kembali ramai (Dokumentasi pribadi)

Masyarakat mulai mendatangi taman (Dokumentasi pribadi)
Masyarakat mulai mendatangi taman (Dokumentasi pribadi)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun