Meskipun jumlah pemeluknya sangat sedikit, namun ajaran-ajaran Konfusianisme menunjukkan jati diri orang Tionghoa yang berbudaya khas dan memperkaya kebudayaan Indonesia yang Berbineka Tunggal Ika.Â
Kalimat Bhineka Tunggal Ika yang diambil dari kitab Sutasoma (abad 14) mirip seperti salah satu kutipan dari kitab Lun Yu yang berbunyi [he er bu tong] "yang luhur budi itu rukun meski tidak sama" yang menekankan keharmonisan dalam perbedaan.
Referensi
- Coppel, C. (1981). The Origins of Confucianism as an Organized Religion in Java, 1900-1923. Journal of Southeast Asian Studies,12(1), 179-196.
- Kian, K. (2015). The Expansion of Chinese Inter-Insular and Hinterland Trade in Southeast Asia, c. 1400--1850. In Henley D. & Nordholt H. (Eds.), Environment, Trade, and Society in Southeast Asia: A Longue DurePerspective (pp. 149-165). Leiden: Brill.
- Rafferty, E. (1984). Languages of the Chinese of Java--An Historical Review. The Journal of Asian Studies, 43(2), 247-272.Â
- Rahman, Fadly. (2016). Jejak Rasa Nusantara, Sejarah Makanan Indonesia. Jakarta. PT Gramedia Pustaka Utama.
- Skinner, G. (1959). Overseas Chinese in Southeast Asia. The Annals of the American Academy of Political and Social Science,321, 136-147.
- Sulaiman. (2009). Agama Khonghucu Sejarah, Ajaran, dan Keorganisasiannya di Pontianak Kalimantan Barat. Analisa. Journal of Social Science and Religion. Vol 16, No. 1.
- Tan, C. (1983). Chinese Religion in Malaysia: A General View. Asian Folklore Studies, 42(2), 217-252.
- Wade, Geoff. (2008). Engaging the South: Ming China and Southeast Asia in the Fifteenth Century. Journal of the Economic and Social History of the Orient, vol. 51, no. 4, pp. 578--638.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!