Mohon tunggu...
Yuniarto Hendy
Yuniarto Hendy Mohon Tunggu... Jurnalis - Dosen Bahasa Indonesia di Beijing

Youtube: Hendy Yuniarto

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Opini Remaja Milenial Tiongkok terhadap Orang Asing

30 Desember 2017   11:41 Diperbarui: 31 Desember 2017   03:24 1177
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Seiring kemajuan ekonomi yang pesat dalam dua dekade terakhir, banyak perusahaan dan institusi pendidikan di Tiongkok melakukan melakukan kerjasama dengan banyak negara di seluruh dunia. Negara dengan kekuatan ekonomi kedua di dunia ini juga semakin membuka pintunya dengan cukup lebar untuk para tenaga ahli di berbagai bidang. 

Oleh karena itu, sudah tidak mengherankan bahwa negara yang dulu dijuluki negeri tirai bambu ini juga menarik para tenaga kerja asing untuk datang dan bekerja. Berdasarkan sensus nasional tahun 2010, jumlah ekspatriat di Tiongkok berjumlah sekitar 600.000 orang dengan pusat persebaran di 3 kota, yaitu Guangzhou, Shanghai, dan Beijing. 

Adapun tiga warga negara yang paling banyak berasal dari Korea Selatan (21%), Amerika Serikat (12%), dan Jepang (11%). Selain para pekerja, terdapat pula mahasiswa asing yang pada tahun 2016 berjumlah 443.000 pelajar. Jumlah pekerja maupun pelajar akan semakin bertambah seiring dengan inisiatif Satu Sabuk Satu Jalan oleh pemerintahan Xi Jinping.

Semakin banyak orang asing yang datang di Tiongkok maka hubungan sosial dengan orang lokal juga semakin terbiasa. Di satu sisi orang asing membiasakan diri berhadapan serta menyesuaikan diri dengan segala perbedaan budaya dan di sisi lain orang lokal juga menanggapi serta berusaha untuk memahami perilaku orang asing. 

Cara menyikapi perbedaan budaya pun juga berbeda beda. Ada sebagian yang memahami dan bisa beradaptasi, ada pula yang menentang dan tidak mencoba beradaptasi sama sekali.

Faktanya, lebih dari 70% ekspatriat memang tidak bisa berbahasa Mandarin. Kemudian apakah hal ini akan menimbulkan kesan yang negatif di mata orang lokal ? lalu bagaimana dengan aspek yang lain ?. Opini orang lokal terhadap orang asing cukup menarik untuk diketahui dengan cukup mendalam, khususnya dari sudut padang remaja milenial. 

Beberapa pertanyaan yang diajukan kepada responden yaitu apakah jumlah orang asing yang datang terlalu banyak ? bagaimana hubungan responden dengan orang asing ? apa asumsi dasar tentang orang asing ? 

Apa saja yang tidak disukai dari orang asing ? dan beberapa pertanyaan menarik lainnya. Remaja milenial di Tiongkok tentu bukan generasi dengan mentalitas perang dingin yang membagi dua faksi dan saling hujat di antaranya. Sebaliknya, setelah kebijakan pintu terbuka atau reformasi ekomoni dan politik (1978) oleh Deng Xiao Ping menghasilkan generasi milenial yang semakin terbuka.

dokumentasi pribadi
dokumentasi pribadi
Survei dilakukan terhadap 40 mahasiswa Tiongkok dengan rentang umur antara  18 tahun hingga 30 tahun. Sebanyak 70% responden tidak setuju bahwa orang asing terlalu banyak. Responden yang diwawacarai memiliki hubungan yang bermacam-macam dengan orang asing. Sebanyak 59% adalah pertemanan, 2 % adalah teman kerja, dan 2% adalah pacar.

Asumsi dasar mereka terhadap orang asing adalah bisa berbahasa Inggris (50%). Opini tersebut cukup menarik dan masuk akal, karena kebanyakan orang asing memilih berkomunikasi dengan orang lokal menggunakan bahasa Inggris. Sebanyak 15% beranggapan bahwa orang asing memiliki kemampuan berolahraga yang hebat. 

Hasil inipun juga sangat logis karena mereka jarang menganggap enteng tentang olahraga. Salah satu pertanyaan orang lokal terhadap orang asing yang sering ditanyakan adalah kamu biasanya berolahraga apa dan bagaimana kemampuannya. 

Selain itu, mereka pun juga seringkali membandingkan kemampuan atlet dalam negeri dan luar negeri pada berbagai kompetisi olahraga. 2 % responden beranggapan orang asing adalah orang kaya.  Persentase ini sangat menarik karena hampir keseluruhan responden tidak beranggapan bahwa orang asing yang datang adalah orang yang beruang. 

Hasil ini juga sangat masuk akal karena memang banyak ekspatriat sengaja mencari pekerjaan. Adapun informasi lisan dari orang lokal yang penulis dapat adalah orang asing datang karena mereka tidak mampu mendapat pekerjaan di negara asal, sehingga mereka datang ke Tiongkok untuk bekerja, misalnya sebagai guru bahasa Inggris. 

Argumen penulis dapat diperkuat dengan pertanyaan yang sering ditanyakan orang lokal kepada orang asing, yaitu apakah kamu bekerja sebagai guru di sini ?. Sebanyak 2% responden berpendapat bahwa orang asing berkarakter atau bersifat romantis. Hasil ini menunjukkan bahwa hubungan percintaan antara remaja lokal dan asing sangat umum terjadi.

dokumentasi pribadi
dokumentasi pribadi
Sebanyak 47% responden setuju bahwa orang asing mempengaruhi gaya hidup remaja milenial Tiongkok. Mereka berpendapat bahwa orang asing mempengaruhi gaya hidup seputar pakaian, makanan, dan bahasa. 

Terkait perkembangan ekonomi dalam negeri, 25 % responden setuju dengan sebagaian percepatan ekonomi di negaranya adalah karena orang asing di negaranya. Sebaliknya, sebanyak 20% tidak setuju, dan sisa responden ragu-ragu atau sama sekali tidak tahu.

Hasil menarik berikutnya adalah sebanyak 87% responden menganggap tujuan orang asing datang ke negaranya adalah untuk belajar atau sebagai mahasiswa asing. Hanya 8% berpendapat bahwa orang asing di negaranya sebagai pekerja. Hasil ini tentunya sangat bertolak belakang dengan fakta jumlah pekerja yang lebih banyak daripada pelajar.

 Namun mengingat responden dalam survei ini adalah remaja, maka sangat masuk akal mereka berteman dengan para pelajar asing. Terkait kepribadian dan tingkah laku orang asing di mata orang Tiongkok adalah 65% menyatakan orang asing berkelakuan sopan, tetapi 10% di antara responden tidak setuju. 

Berhubungan dengan aspek perilaku, apa saja yang tidak disukai remaja tentang orang asing. 20% berpendapat mereka arogan dan sombong, 27% beranggapan mereka playboy, dan 10% berpendapat mereka mempengaruhi gaya hidup sehingga merusak tatanan lokal seperti adat serta kebiasaan. 

Sebagian besar ekspatriat memang berpenghasilan di atas orang lokal pada umumnya, sehingga mereka seringkali bertindak arogan dan dinilai oleh orang lokal kurang memiliki tata krama ketimuran. Selain itu, terkait penilaian playboy memang dapat dilihat di lapangan, yaitu tidak sedikit orang asing mempermainkan orang lokal dengan memacarinya.

Hal tersebut tentu dengan berbagai alasan yang disengaja. Namun terkait alasan-alasan tersebut penulis tidak dapat menjabarkan secara detail di sini.

Berhubungan dengan kesempatan bekerja, para remaja milenial Tiongkok sepertinya tidak terlalu khawatir bahwa pekerjaan mereka akan ditempati oleh asing. Sebanyak 42% responden tidak setuju bahwa orang asing dapat mengambil alih pekerjaan mereka. Namun 20% responden khawatir dan setuju bahwa orang asing akan menempati pekerjaan mereka sehingga berakibat kurangnya kesempatan bekerja. 

Terkait hasil tersebut, dua kemungkinan memang benar. Di satu sisi, terdapat persyaratan yang ketat bagi orang asing untuk bekerja, termasuk mendapatkan visa kerja. Selain  itu, terdapat posisi pekerjaan tertentu yang persyaratannya sangat longgar untuk orang asing. Selanjutnya, apakah pemerintah Tiongkok harus membatasi jumlah orang asing ? sebanyak 80% responden tidak setuju orang asing dibatasi, sisanya tidak tahu dan tidak setuju.

Pada kesimpulannya adalah tentang harapan remaja milenial terhadap orang asing di negaranya. Sebanyak 80% responden  menginginkan kerjasama dalam berbagai bidang, sedangkan sebanyak 12% persen remaja milenial menginginkan orang asing dapat meningkatkan kemampuan bahasa asing mereka. 

Dengan kesimpulan ini maka kita mengetahui bagaimana opini remaja milenial terhadap orang asing meskipun hanya dengan survei dan pengamatan yang sederhana.

Referensi :

1

2

3

4

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun