PJB memastikan menggunakan metode kehati-hatian dan ramah lingkungan untuk menjaga biota laut ini tidak masuk ke dalam mesin pembangkit dan tetap terjaga kelestariannya. Ubur-ubur dikendalikan dengan tiga lapis pengaman berupa jaring-jaring.
Mengajak Nelayan Sekitar
Selain itu, PJB menggandeng nelayan di sekitar unit pembangkit untuk melakukan penanganan kunjungan ubur-ubur ini. Dengan menggunakan tujuh perahu nelayan, ubur-ubur dijaring menggunakan jala nelayan lalu digiring dan dilepas di tengah laut dengan tujuan menjaga kelestarian lingkungan dan tidak membunuh ubur-ubur. Sungguh kerjasama yang luar biasa melawan aneksasi 'makhluk asing'.
Sebanyak 15 personil yang dibantu oleh nelayan sekitar bersiaga selama 24 jam dengan sistem shift untuk menjaring ubur-ubur.
"Personil ditempatkan di titik penempatan jaring untuk menghalau potensi masuknya ubur-ubur ke area unit pembangkit Paiton," terang Mustofa.
Direktur Utama PT PJB, Iwan Agung Firstantara menegaskan pihaknya tetap berkomitmen untuk menjaga keandalan pasokan listrik, khususnya di Sistem Kelistrikan Jawa Bali.
"Kejadian ini bukan hal yang mudah bagi kami, karena serangan ubur-ubur ini terjadi pada saat pandemi Covid 19 dan di tengah bulan Ramadan, namun sebagai lini terdepan kelistrikan kami berkomitmen untuk mengatasi kejadian ini dengan sepenuh hati," pungkas Iwan.
Jadi, jika Anda merasakan pasokan listrik se-Jawa Bali aman-aman saja dipasok dari PLTU Paiton, pembangkit terbesar di Asia Tenggara yang usianya lebih dari seperempat abad itu, sesungguhnya ada perang besar yang tak kita lihat: perang besar antara pabrik setrum melawan ubur-ubur!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H