Pura-pura saja berpikir Candra nggak stalk twtku sampai bawah, karena aku sendiri malu sekaligus gapapa sih biar dia peka aku ada rasa lagi dengannya. Aku merasa terang-terangan dan gas terus jangan sampai lepas karena pikirku mungkin ini kesempatan kedua. Masih dalam kondisi yang belum berubah, chat kami terputus beberapa hari lamanya. Akhirnya aku berpikir keras bagaimana membuat topik pembicaraan yang Candra antusias serta sulit mengakhirinya. Aha, aku berencana menjadi guru salah satu sub tes dalam SBMPTN yaitu PBM (Pemahaman Bacaan dan Menulis). Candra sendiri mahir dalam hitung-menghitung, namun jarang berlatih PBM. Kuawali dengan chat pukul 02:40 dini hari.
"Candraa" a nya dua, biar kelihatan manis
"Knp la?" jawabnya pukul 6.29
"Main kuis yukk?"
"Kuis apa"
"PBM, tapi kalau mau aja sihh"
"Boleh. Dmn?"
"Soal PBMnya aku yang buat sendirii, 1-50 pilih angka berapa?"
"17"
"Okayy, satu hari 17 soal yaa, kelas dimulai besok, semangat PBM Candraa"
"Oke"
Yes, berhasil. Jujur aku takut caraku ini membuatnya risi. Tetapi balik lagi ke niat awal selain modus agar bisa chat, sama-sama belajar agar mendapat hasil terbaik di tahun kedua ini.
Hari demi hari kelas PBM berjalan lancar. Agar materi yang kusampaikan jelas, aku membuat soal yang kalimatnya menghibur sekaligus memakai bahasa sehari-hari. Masih kuingat soal nomer 17 waktu itu mengecek apakah kata yang digaris miring baku atau tidak.
"Wah sudah soal terakhir nih semangat yaa. 17. Aku terlanjur jatuh hati padamu"
"Benar baku. Oh syit damagenya ga ngotak" disertai emoticon tersipu malu
Duh Candra, sepertinya aku sudah dapat lampu kuning darimu nih. Sejak saat itu aku dan Candra semangat sekali belajar mempersiapkan materi SBMPTN. Kami saling membantu ketika akupun kesulitan dalam mengerjakan soal PK (Pengetahuan Kuantitatif). Ketika aku sedang berhalangan untuk memulai kelas PBM, tidak ada percakapan. Sampai akhirnya ada notifikasi pesan dihapus.
"Apaan sih Ndraa, kebiasaan banget kalo chat pasti dihapus. Apaan cepetttt"
"Nggak jadi, aku malu"
"Ihhh aku marahhh" dengan nada bercanda yang diimut-imutkan
"Aku memimpikanmu semalam"
Jantung seperti ingin copot, lalu aku tertawa sambil berguling-guling di kasur. Candra, apakah saat ini kamu mulai bisa membuka hatimu kembali?Â
to be continued~
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H