Mohon tunggu...
Yo Sugianto
Yo Sugianto Mohon Tunggu... profesional -

penggemar sepakbola, belajar menulis dan suka puisi

Selanjutnya

Tutup

Olahraga

Berkaca dari Batalnya Semen Padang ke ISL

4 Desember 2012   04:05 Diperbarui: 24 Juni 2015   20:13 1774
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Menarik untuk mengamati batalnya Semen Padang SP) pindah ke kompeitisi Indonesian Super League (ISL), alias tetap bertahan di Indonesian Premier League (IPL). Pembatalan ini terjadi dua bulan setelah klub itu mengeluarkan pernyataan yang meyakinkan soal kepindahannya ke ISL yang dinilai jauh lebih kompetitif dari segi kualitas profesional dan dukungan suporter ketimbang IPL.

Salah satu alasan utama dari SP untuk membatalkan niatnya ke ISL, seperti dikatakan oleh  CEO PT. Kabau Sirah, Erizal di Jakarta 30/11 lalu lantaran ISL meminta mereka untuk menarik pemain yang ada di timnas Indonesia. Beberapa pemain SP yang memperkuat Timnas Indonesia di Piala AFF antara lain Wahyu Wijiastanto, Vendry Mofu, Novan Setya dan Elie Aiboy.

Sah-sah saja SP memberikan alasannya untuk batal ke ISL, namun kita juga belum lupa sikap klub ini ketika memutuskan pindah ke kompetisi yang dikelola PT LIga Indonesia ini.  Usai pertemuan klub-klub ISL di Hotel Park Line, Jakarta (27/09) lalu, Benas Azhari, Komisaris Sekretaris PT Kabau Sirah menyatakan tidak ada persyaratan khusus. Semua klub sudah mendukung dengan positif, hanya prosedur yang harus dilewati.

Jika mengacu pada alasan utama SP yaitu soal syarat menarik pemainnya dari timnas itu terasa mengada-ada, karena saat mempertimbangkan kepindahannya ke ISL tentu telah mempelajari peta politik yang ada di dunia persepakbolaan tanah air. Hasil rapat Joint Committee (JC)  tentang pembentukan timnas yang bagi KPSI (Komite Penyelamat Sepakbola Indonesia) adalah duduk bersama membicarakan masalah itu. Sikap yang jelas dan dipatuhi oleh klub-klub yang tergabung dalam ISL.

Di akhir Oktober 2012 lalu, SP sendiri sempat melontarkan niatnya menarik sembilan pemainnya yang saat ini mengikuti pemusatan latihan tim nasional senior Indonesia. Pemanggilan kesembilan pemain itu dilakukan untuk memperkuat Semen Padang dalam sejumlah laga uji coba menjelang bergulirnya Indonesian Super League (ISL) musim 2012/2013.

Sikap klub-klub ISL sendiri bisa dimaklumi karena PSSI di bawah kepemimpinan Djohar Arifin sejak mengawali roda kekuasaannya telah melakukan tindakan-tindakan yang menyakiti hati para klub tersebut, bahkan menyingkirkan Statuta. PSSI dengan seenaknya menawarkan perubahan format kompetisi yang sudah diputuskan dalam Kongres PSSI di Bali tetap ISL dengan pengelolanya PT Liga Indonesia (PT LI). Tak hanya itu, dua klub yang sudah dipecat lewat kongres juga dipulihkan oleh rapat Exco (Eksekutif Komite).  Alasannya karena “sejarah dan permintaan sponsor”.

Setelah itu ISL dinyatakan sebagai kompetisi illegal (break away league), sama halnya Liga Primer Indonesia (LPI) tahun 2010 setelah bergulir di era kepengurusan Nurdin Halid. Para pemain berbakat yang selama ini menghiasi wajah timnas dilarang oleh PSSI untuk bergabung dengan alasan sesuai anjuran FIFA.

Lalu lahir JC yang mengakui keberadaan ISL, dan dua kompetisi yang ada (ISL dan IPL) berjalan hingga terbentuknya satu kompetisi baru. Pengakuan yang juga menjadi dasar bergabungnya SP ke ISL, selain rendahnya nilai marketing dari kompetisi IPL. Padahal, sebe­lum­nya, IPL getol menyebut dirinya sebagai liga yang ingin menjadikan sepakbola sebagai industri dan mengedepankan sisi bisnis.

Belum lagi adanya surat Sekjen PSSI ke Federasi Sepakbola Malaysia (FAM) pada 4 Oktober 2012 yang tetap menyebutkan bahwa klub-klub yang berlaga di ISL adalah illegal. Surat itu dilengkapi dengan daftar 32 tim yang dianggap berstatus terhukum yang berasal dari ISL dan Divisi Utama yang dikelola oleh PT Liga Indonesia. 

Maka melihat apa yang telah diputuskan, batalnya SP ke ISL dengan alasan “demi merah putih” tak perlu disesali karena sikap plin-plan semacam ini tidak bagus untuk keutuhan klub-klub ISL sendiri. Belum lagi soal resistensi yang muncul jika hal ini terjadi, baik karena SP tak berdarah-darah berjuang di musim kompetisi lalu, maupun akan melukai hati PSIM yang mestinya lebih berhak duduk di ISL.

Pada sisi lain, batalnya SP dan mungkin juga Persijap ke ISL juga merupakan pelajaran berharga bagi KPSI dan PT LI sendiri untuk tidak terburu-buru menyatakan persetujuannya jika nantinya akan terdapat lagi klub IPL yang mau bergabung ke ISL tanpa mengikuti aturan main (sistem degradasi) yang sudah ada. Keutuhan peserta klub lebih penting dari sekedar politis, apalagi ternyata klub yang akan bergabung tersebut tak memiliki kebulatan tekad seperti yang digembor-gemborkan.

Bagaimanapun, SP dan perdebatan timnas haruslah dianggap sebagai bagian dari masa lalu, dengan segala kontroversinya ini merupakan jalan yang terbaik bagi PT LI sendiri dalam mengarungi musim kompetisi yang baru pada 5 Januari 2013 mendatang. ***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun