Mohon tunggu...
JOHRIANSYAH
JOHRIANSYAH Mohon Tunggu... Mahasiswa - Kritikus Muda

Penulis

Selanjutnya

Tutup

Sosok

Nelayan vs Oligarki : Siapa Sosok Kholid?

21 Januari 2025   00:25 Diperbarui: 21 Januari 2025   00:25 30
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kholid  Nelayan Intelektual/Yt: ILC

Di tengah maraknya pembangunan dan proyek-proyek infrastruktur, suara-suara pembela lingkungan dan masyarakat kecil seringkali terabaikan. Namun, di wilayah Kabupaten Tangerang, Banten, seorang nelayan bernama Pak Kholid tampil sebagai sosok inspiratif yang berani melawan proyek pembangunan pagar bambu yang dinilai merugikan masyarakat nelayan dan ekosistem laut.

Pak Kholid, dengan lantang menyuarakan kekhawatiran dan penolakan terhadap proyek tersebut. Baginya, keberadaan pagar bambu tidak hanya mengganggu aktivitas melaut dan mencari nafkah para nelayan, tetapi juga berpotensi merusak ekosistem laut yang menjadi sumber kehidupan mereka.

"Ekosistem laut adalah warisan berharga yang harus kita jaga. Bukan hanya kepentingan ekonomi sesaat yang harus diutamakan," tegas Pak Kholid.

Keberanian Pak Kholid ini mencerminkan beberapa hal penting:

Perjuangan Hak-Hak Nelayan Kecil: Aksi Pak Kholid merupakan representasi dari perjuangan nelayan kecil yang seringkali terpinggirkan dalam pembangunan. Ia membuktikan bahwa suara masyarakat akar rumput memiliki kekuatan untuk didengar.

Kesadaran Dampak Lingkungan: Penolakan terhadap proyek pagar bambu didasari oleh kesadaran yang tinggi akan dampak negatif yang mungkin timbul terhadap lingkungan laut. Hal ini menunjukkan pentingnya mempertimbangkan aspek ekologi dalam setiap proyek pembangunan.

Prioritas Ekosistem Laut: Pak Kholid mengingatkan kita semua bahwa kesehatan ekosistem laut harus menjadi prioritas utama. Kepentingan ekonomi tidak boleh mengorbankan keberlanjutan lingkungan.

Aksi Pak Kholid mendapat dukungan dari berbagai pihak, termasuk [Sebutkan pihak-pihak yang mendukung, misalnya organisasi lingkungan, tokoh masyarakat, dll.]. Mereka sepakat bahwa pembangunan harus berjalan selaras dengan prinsip-prinsip keberlanjutan dan memperhatikan dampak sosial serta lingkungan.

Ketidakadilan yang Terasa Nyata

Kholid tidak berhenti di situ. Ia bicara lebih dalam soal hukum yang seringkali berat sebelah. Untuk masyarakat kecil, aturan seperti tombak; salah sedikit, langsung kena. Namun bagi pemilik kekuasaan, hukum justru sering jadi perisai.

"Pemanfaatan ruang laut itu ada aturannya. Tanpa izin, jelas melanggar hukum. Tapi, kenapa hukum seperti lupa arah kompas kalau berhadapan dengan orang besar?" tegasnya.

Kholid tidak hanya bicara soal hukum. Ia bicara tentang hidup. Tentang perut nelayan yang kosong karena akses ke laut dihalangi. Ia bicara soal keadilan yang, entah kenapa, selalu berjalan lebih lambat saat berhadapan dengan mereka yang punya uang.

Publik  Bersama Kholid

Keberanian Kholid menuai simpati. Media sosial ramai dengan dukungan. Kholid disebut-sebut sebagai suara yang selama ini hilang dari layar televisi: suara rakyat kecil. Namun, dukungan itu juga datang dengan catatan. Beberapa pihak mengingatkan, penyebutan nama tanpa bukti kuat bisa jadi bumerang bagi Kholid.

Tapi bagi Kholid, risiko itu tidak menggentarkan. Baginya, perjuangan ini bukan untuk dirinya sendiri. "Laut ini bukan milik mereka yang punya tembok tinggi. Laut ini milik kita semua, milik anak-anak kami," katanya.

Bagaimana Selanjutnya?

Proyek  pagar laut ini telah menjadi perhatian nasional. Berbagai pihak, dari LSM hingga masyarakat umum, mendesak pemerintah untuk menyelidiki dugaan pelanggaran ini. Namun, di sisi lain, belum ada tindakan nyata yang dilakukan. Hingga akhirnya Pemerintah, melalui TNI AL melakukan pembokaran.

Kholid sendiri tetap melaut, seperti biasa. Namun kini, ia bukan sekadar nelayan. Ia adalah simbol perlawanan. Seorang pria sederhana yang, dengan kail kecilnya, mencoba menangkap ikan besar dalam kolam kekuasaanDiharapkan, keberanian dan ketegasan Pak Kholid dapat menginspirasi masyarakat luas untuk lebih peduli terhadap lingkungan dan berani menyuarakan kebenaran. Kasus ini juga menjadi pelajaran bagi para pemangku kebijakan untuk lebih cermat dalam merencanakan dan melaksanakan proyek pembangunan, dengan mengedepankan dialog dan partisipasi masyarakat serta memperhatikan kelestarian lingkungan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosok Selengkapnya
Lihat Sosok Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun