Mohon tunggu...
Johny Sompret
Johny Sompret Mohon Tunggu... Supir - No messenger was install

Nama saya Johny Sompret

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Pilihan

Vaping, Antara Hobi dan Kebutuhan

4 September 2019   09:17 Diperbarui: 4 September 2019   10:58 216
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saya akan mulai tulisan ini terkait motivasi vaping. Sejak awal, niat saya vaping itu memang untuk menggantikan posisi rokok konvensional. Sekarang yang jadi pertanyaan, dulu sewaktu masih merokok itu orientasinya kemana? 

Apakah karena kebutuhan atau lebih ke gaya hidup untuk meningkatkan rasa percaya diri, solidaritas, adaptasi dengan lingkungan. Jawaban tiap orang pasti beda, bisa karena kebutuhan bisa juga pilih keduanya. 

Tapi saya yakin, faktor kebutuhan lebih mendominasi alasan orang memutuskan untuk merokok. Kenapa yakin? Karena rokok mengandung zat adiktif berupa nikotin.

Sebenarnya nikotin dalam dosis tertentu juga dibutuhkan tubuh, tapi takaran itu sangat sedikit, fungsinya hanya sebagai penyeimbang. Sebuah penelitian yg dirilis American Journal of Psychiatry mengungkapkan, reaksi kimia antara nikotin dan oksigen membentuk asam nicotinic. Efek dari turunan senyawa ini bisa bermanfaat bagi tubuh diantaranya menenangkan, meningkatkan suasana hati, dan merangsang aktivitas otak, fungsi motorik serta memori. Tapi jika melebihi dari kadar yg dibutuhkan, nikotin mempunyai sifat destruktif.

Selain menimbulkan kecanduan yang sulit disembuhkan, nikotin juga bisa meningkatkan tensi darah, risiko kanker, pengerasan pembuluh darah dan hati serta merusak susunan saraf pusat. (Jadi jangan pernah berdelusi vaping itu 100% aman selama masih ada nikotin disitu). Itu baru nikotin, padahal di dalam satu batang rokok terdapat 4000 bahan kimia lain yang masing-masing mempunyai efek yg sama bahayanya.

Karena belenggu zat adiktif inilah kenapa orang susah sekali lepas dari rokok. Rokok bagi mayoritas penggunanya sudah dianggap sebagai kebutuhan, satu-satunya cara yg paling efektif untuk memenuhi asupan nikotin adalah merokok. 

Tentu saja, di luar itu ada juga orang yg merokok karena orientasi hobi, misalnya penikmat cerutu dan perokok pipa tapi jumlahnya lebih sedikit dibanding regular smoker. Karena pertimbangan zat perusak lain yg ada di dalam rokok, orang mulai mencari alternatif/cara lain yg lebih aman. 

Disinilah vaping muncul menawarkan solusi sebagai salah satu cara yg diklaim lebih aman untuk menikmati nikotin. Jadi dari sini mulai jelas ya, kenapa vaping itu awalnya mempunyai posisi sama seperti merokok, bukan identikal tapi hanya sebagai sarana baru untuk memenuhi kebutuhan nikotin.

Ternyata vaping tidak semudah yang dibayangkan, vaping butuh pengetahuan, butuh eksplorasi dan tentunya experience. Berbeda dengan rokok, orang tinggal nyalain korek langsung bisa menikmati nikotin. 

Secara teknis vaping terdiri dari beberapa komponen yg harus diketahui fungsi dan karakteristiknya. Tiap komponen vaping, mulai dari baterai, koil sampai atomizer butuh informasi dalam penggunaan. 

Dari sisi output rokok hanya menawarkan aroma tembakau dan cengkeh, vaping dibuat lebih inovatif. Di samping mampu meminimalisir efek zat kimia lain yg ada di dalam rokok, vaping menawarkan sensasi flavour dari beraneka macam makanan/minuman. Vaping di desain lebih atraktif dengan tujuan menarik minat perokok untuk beralih ke vape. 

Selain dapat menikmati nikotin sebagai kebutuhan pokok, seorang vaper juga bisa merasakan aroma makanan dan minuman yg dihasilkan dari liquid sebagai salah satu media penghasil uap.

Idealnya sih begitu, tapi seiring berjalannya waktu, makin banyak alat atau device vape yg ditawarkan produsen untuk memaksimalkan sensasi rasa yg ada di dalam sebuah liquid. 

Tentu saja setiap device mempunyai kapasitas masing-masing dalam menghasilkan flavour, tergantung bahan, desain dan tentu saja harga. Perbedaan kualitas output ini yg membuat banyak vaper sekarang cenderung berlomba-lomba mengejar kenikmatan rasa daripada sensasi nikotin yg didapat. Fenomena ini membuat arah orientasi mulai berubah, vaping yg awalnya demi memenuhi kebutuhan nikotin bertransformasi menjadi penikmat sensasi rasa.

Untuk mendapatkan sensasi rasa yg maksimal tentunya dibutuhkan petualangan, walhasil ada aktivitas baru yg ditekuni. Seringkali mereka terlalu asyik dalam mengejar ilusi rasa, sehingga tujuan awal vaping untuk memenuhi kebutuhan nikotin menjadi terabaikan. Persepsi vaping sebagai sebuah kebutuhan mulai berubah haluan menjadi hobi baru yang (bisa dibilang) menyita waktu.

Ketika orientasi vaping sudah menjadi hobi, diakui atau tidak mereka sebenernya telah dimanipulasi oleh kondisi. Maksudnya begini, rasionalitas vape itu sebagai media alternatif untuk menikmati nikotin. 

Nah, nikotin bukan lagi target atau prioritas utama yg dikejar, posisi nikotin bergeser menjadi target sekunder. Vaping sebagai hobi fungsinya berubah menjadi alat untuk menikmati flavour.

 Bandingkan dengan hobi lain, meskipun fungsinya sama yaitu demi mengejar kepuasan, targetnya masih realistis dan tetap pada jalur yang benar. Fotografi misalnya, targetnya dari awal adalah sebuah tampilan sebuah obyek foto. Mana ada orang beli kamera canggih cuma dipakai buat ngintip orang mandi? 

Usaha apapun yg dilakukan tetap fokus pada hasil foto yang maksimal. Kepuasan didapat ketika foto yang dihasilkan sesuai ekspektasi. Begitu juga audio, berapapun uang yg mereka keluarkan itu semua demi mengejar sound atau output yang optimal.

Banyak juga yang punya argumen, vaping itu tidak melulu masalah nikotin, apalagi buat mereka yg tadinya bukan perokok. Vaping itu passion dan seni yang mengkombinasikan nikotin dan flavour. 

Saya tidak mau ambil pusing, seberapa mahal device vape yg kalian pakai atau berapa duit yang sudah dikeluarkan demi memenuhi ego hobi vaping. Pada intinya begini, terserah mau melihat vape itu dari sudut pandang mana.. bebas. Idealnya sih vape itu tidak untuk penggunaan jangka yg amat panjang. 

Ada zat stimulan, namanya nikotin yg dihirup saat vaping. Secara medis jika zat itu terakumulasi dalam takaran yang berlebihan akan menimbulkan berbagai masalah kesehatan. 

Belum lagi zat-zat lain yang ikut ter-vaporize, bisa jadi itu juga akan membawa masalah di masa mendatang. Kita semua tidak tau, umur vape relatif muda sedangkan proses penelitian vape masih berlanjut hingga kini dan belum pada kesimpulan final. Semoga juga ada inovasi atau temuan baru untuk alternatif bahan yang sudah terbukti aman jika dikonsumsi dalam jangka panjang.

Mungkin tiap vaper punya prinsip hidup sendiri-sendiri, jadi tulisan ini tidak bisa dijadikan pedoman buat yg lain. Saya hanya ingin kita (vaper) melihat vape secara obyektif dan proporsional, sehingga kemungkinan-kemungkinan apapun yg terjadi di masa yg akan datang bisa diantisipasi dari sekarang. 

Intinya, mari kita buktikan bahwa vaping memang benar-benar the best way to stop smoking. Bukan hanya kebiasaan dan aktivitas smoking yg harus kita stop tapi seluruh unsur dan kandungan yg ada di dalam smoking berhasil kita hilangkan.

Saran saya jangan sampai terperangkap lebih dalam di dunia vaping, cobalah merubah mindset sejak awal kalau vaping hanyalah media perantara sebelum paru-paru kita benar-benar terbebas dari segala zat yg berbahaya. 

Sebisa mungkin manfaatkan fungsi vape semaksimal mungkin, jangan malah dijadikan sebagai sarana ketergantungan nikotin yang baru. Perspektif vaping versus smoking mestinya mulai dirubah, jelas vaping terbukti lebih higienis atau apalah itu namanya, mulailah membuat perbandingan antara vaping dengan non vaping.

Sumber : 

Blog pribadi

https://ajp.psychiatryonline.org/doi/10.1176/appi.ajp.2008.08050780

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun