Tulisannya begitu teduh buat saya dan membuat saya sadar. Bahwa saya masih mempunyai teman yang hati-nya sama dengan saya. Yaitu, hanya berbicara kemanusiaan.
Rae Sita Patappa menyadarkan saya, bahwa ini hanyalah persoalan kemanusiaan saja. Bersimpati untuk para korban di Paris (dan tempat lain di seluruh dunia).
Begitu menyedihkan ketika membaca berbagai komentar di detik.com. dalam ruang komentar dalam setiap berita mengenai tragedi di Paris, semua saling berdebat dan saling menyalahkan. Begitu juga di medsos lainnya.
Yang Reaksioner langsung serta-merta mengatakan,”ini akibat dunia barat terlalu campur tangan di timur tengah.”, “Kalian yang memulai di timur tengah.”, dan banyak komentar lainnya.
Komentar juga berkata,”kenapa dunia tidak pernah peduli di Palestina, tapi giliran Paris begitu ribut?” jujur saya bingung menjawabnya. Karena ketika saya bersimpati dan empati terhadap korban di Paris, itu hanyalah ekspresi saya bersimpati.
Begitu juga dengan komentar yang main menyalahkan agama tertentu. Menuding agama tertentu dalam persoalan ini. Itu membuat saya sedih. Tidak ada satupun agama yang mengajarkan kekerasan, kejahatan, dan keburukan.
Kalaupun ada yang mengatas-namakan agama, kita sudah cukup paham bahwa mereka hanya menggunakan agama sebagai jualan politiknya dan tujuan kelompok atau pribadinya saja. Sehingga menyalahkan agama tertentu adalah hal yang picik dan tidak dewasa dalam berplkir (menurut saya)
Namun, sekali lagi tulisan Sita di atas begitu membuat hati saya teduh. Dia menunjukan kepada saya bagaimana rasa bersimpati tanpa harus mengukur rasa simpati dan mengungkit-ungkit peristiwa lainnya.
Saya yang kadang juga subjektif disadarkan oleh dirinya. Persoalan kejahatan entah yang terjadi di Paris, Palestina, Suriah, Iraq, dan Negara lain, haruslah disikapi dengan rasa kemanusiaan yang tinggi. Murni persoalan kemanusiaan. Murni bersimpati dan berempati.
Tanpa ada harus ada pengkotak-kotakan Agama, Suku, Ras, Kita bersimpati.
#PrayforParis #PrayforPalestine #PrayforHumanity #UnitedAgainstsTerrorism