Mohon tunggu...
John Taena
John Taena Mohon Tunggu... lainnya -

Kita ada di dunia bukan untuk mencari seseorang yang sempurna untuk dicintai, namun untuk belajar mencintai orang yang tidak sempurna dengan cara yang sempurna. Mungkin menulis adalah salah satu cara yang sempurna...

Selanjutnya

Tutup

Nature

Energy Terbarukan, Solusi Krisis BBM

15 Desember 2011   16:15 Diperbarui: 25 Juni 2015   22:13 233
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hobi. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Di usia kemerdekaan yang ke - 65 tahun masih banyak warga negera di Indonesia tercinta ini belum sepenuhnya menikmati manfaat pembangunan. Cita – cita luhur, para pemrakarsa proklamasi bangsa untuk mengisi kemerdekaan dengan pembangunan guna mewujudkan kesejahteraan dan keadilan social bagi seluruh bangsa belum terjawab hingga saat ini.

Di daerah – daerah terpencil, terlihat dengan jelasketerbatasan untuk mengakses segala sesuatu yang dapat menunjung kesehateraan dan peningkatan taraf hidup ekonomi rumah tangga. Akibatnya, manfaat kemerdekaan lebih dirasakan oleh para elit dalam mempertahankan kekuasanya. Sementara rakyat kecil masih tetap berada di bawah garis kemiskinan.

Sebagian besar warga Negara yang tinggal di daerah mengalami kendala yang sama yakni, kesulitan untuk mengakses pelayanan public. Pelayanan public di bidang kesehatan dan pendidikan guna meningkatkan sumber daya manusia (SDM) masih jauh dari harapan. akibatnya, berbagai potensi dan kekayaan alam yang dapat diolah untuk meningkatkan kesejahteraan hidup belum bisa dioptimalisasikan.

Sumba, merupakan salah satu pulau terselatan di Indonesia yang menyimpan cukup banyak kekayaan alam. Namun hingga saat ini, warga di Kabupaten Sumba Timur masih hidup di bawah garis kemiskinan. Penyebab kemiskinan di daerah ini adalah masalah SDM yang belum memadai.

Dilihat dari lama usai pendidikan, warga di daerah itu rata – rata baru mengenyam pendidikan selama 5,8 tahun. Artinya untuk menamatkan pendidikan di bangku sekolah dasarsaja warga belum bisa. Pertanyaanya, apa yang telah terjadi dengan warga Kabupaten Sumba Timur selama 65 tahun bangsa ini merdeka?

Minimnya sarana dan prasarana serta tenaga tenaga didik menjadi persolan klasik yang dialami anak – anak desa selama ini. Disampaing itu, penerangan dari PT. Pembangkit Listrik Nasional (PLN) untuk membantu anak – anak sekolah belajar malam juga tidak ada. Hal ini mengakibatkan banyak anak – anak desa terpksa harus meninggalkan bangku sekolah dasar.

Luas dan topografi wilayah yang berbukit menjadi kendala tersendiri bagi pemerintah dalam upaya mendekatkan pelayanan public. Apalagi harus memasang jaringan listrik hingga ke pelosok – pelosok dengan tempat pemukiman pendudukannya yang tidak terkonsentrasi. Atas pertimbangan mahalnya bahan bakar fosil, menyebabkan terhambatnya pelayanan di bidang penerengan ini.

***

Selama 65 tahun ini, PT. PLNpersero mengalami kesulitan untuk melayani warga hingga ke pelosok seperti warga di kabupaten Sumba Timur. Alasanya, pola pemukiman penduduk yang tersebar tidak terkonsentrasi serta banyak yang berada diantara lereng bukit. Selama 65 tahun ini, hanya di ibukota kabupaten dan ibukota kecamatan yang memiliki listrik.

Langkah terobosan yang yang dapat dilakukan pihak pemerintah selama ini adalah mengalokasikan bantuan mesin generator untuk. Meskipun demikian, solusi demikian belum bisa memenuhi tuntutan. Pasalnya listrik tenaga diesel yang menggunakan bahan fosil atau solar kurang pas karena terlampuan mahal. Biaya operasional penerangan listrik dengan tenaga generator cukup besar untuk semalam.

Pemanfaatan energy terbarukan yang ramah dan bersih lingkungan solusi bagi warga di daerah tersebut. Program pemerintah pusat, menetapkan Sumba sebagai pulau terbesar yang akan menggunakan energy terbarukan pada tahun 2012 bisa menjawabi kebutuhan akan listrik.

Tenaga matahari, angin, dan juga air terjun merupakan potensi – potensi alam yang bisa digunakan untuk pembangkit listrik ramah serta bersih lingkungan. Biogas sebagai alternative lain untuk menggantikan solar bisa diperoleh dari Pulau yang dikenal memiliki padang savanna dan ternak ini.

Warga setempat kini menaruh harapan yang sanagt besar kepada pihak pemerintah yang sedang menjalin kerjasama dengan Belanda untuka menjadikan Sumba sebagai Pulau terbesar di dunia yang menggunakan energy terbarukan. 70 persen warga di daerah itu yang belum menikmati listrik hingga kini sedang menunggu komitmen pemerintah. Apabila program ini berjalan sesuai rencana maka, tahun 2012 ini 2000 kepala keluarga setempat sudah bisa menikmati listrik.

Sejak satu setengah tahun silam, Hivos, salah satu LSM Belanda yang mejalin kerja sama dengan pemerintah mulai action. Kegiatan – kegiatan yang dilakukan oleh pihak LSM tersebut di daerah ini adalah membangun fasilitas pembangkit tenega listrik. Ke depan listrik di daerah ini akan dibangkitkan oleh tenaga angin, air, surya dan biogas yang diperoleh dari tinja hewan.

Perjalanan menuju Sumba,sebagai pulau terbesar pertama di dunia yang memanfaatkan energy terbarukandan ramah lingkungan sudah mulai ada titik tearnga. Kini sekitar 1.339 jiwa dari 278 di daerah itu telah menggunakan listrik tanpa bahan bakar fosil. 65 tahun hidup tanpa listrik, kini bisa bernapas lega. Pasalmya Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH)pertama di daerah ini telah diresmikan. Semoga bisa terwujud “Sumba An Iconic Island To Demonstrate The Potential Of Renewable Energy.”

Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun